Donor Darah Kurang Efektif Obati COVID-19
Selasa, 27 Oktober 2020 -
ADA studi terbaru yang mengungkapkan kalau pasien COVID-19 penerima plasma dari pasien yang pulih dari Corona tak menurunkan angka risiko kematian akibat penyakit itu. Kesimpulan ini dibuat usai para peneliti di India meneliti 464 pasien virus Corona sedang.
Maksudnya ialah mereka adalah pasien yang kadar saturasi oksigen 93 persen atau lebih rendah ketika bernapas ddi dalam ruangan. Kriterianya yakni ketika seseorang yang terinfeksi SARS-CoV-2 harus dirawat di rumah sakit. Karena saat itu virus bisa menimbulkan penyakit.
Baca juga:
Sering Dijadikan Obat, Heroin Ternyata Mengancam Penggunanya
Dalam jurnal yang diterbitkan di BMJ, Aparna Mukherjee, ilmuwan epidemiologi dan penyakit menular di Dewan Riset Medis India, mencatat pasien dalam studinya akan dianggap sakit parah di negara lain, karena definisi penyakit sangat bervariasi di seluruh dunia.

Ketika sampai rumah sakit, beberapa pasien dalam penelitian diberikan dua dosis plasma penyembuhan dari mereka yang telah sembuh dari penyakit dan menyumbangkan darahnya yang kaya sel kekebalan mereka. Dibandingkan mereka yang dirawat dengan perawatan standar, pasien yang diberi plasma rupanya memiliki rerata kematian setelah 28 hari.
Baca juga:
"Studi ini memiliki ukuran sampel yang besar dan menunjukkan bahwa ketika plasma diinfuskan pada pasien dengan COVID-19 sedang (serupa dengan yang parah di negara lain), itu tidak mengurangi kematian atau perkembangan menjadi COVID-19 yang lebih kritis," ucap Aparna Mukherjee dikutip dari Time pada Senin (26/10).

Hasil studi ini menambah perdebatan berkelanjutan tentang seberapa bergunanya plasma penyebuhan. Plasma konvalesen sendiri ialah terapi tertua yang digunakan dokter dalam mengobati penyakit menular, berdasarkan gagasan bahwa orang yang terinfeksi dan pulih secara alami memiliki persediaan sel kekebalan yang tepat untu melawan virus atau bakteri tersebut.
Sayangnya, sistem kekebalan manusia sangat bervariasi. Volume sel yang lemawan penyakit juga tidak bisa diprediksi dan dapat berkisar dari tingkat hampir tak memadai hingga sumbel sel kekebalan yang sangat kaya. (Yni)
Baca juga: