Resolusi Tahun Baru, Menyampaikan Kritik dengan Tepat
Jumat, 28 Desember 2018 -
PERNAHKAH kamu mengkritik atau dikritik orang lain? Dalam dunia kerja, kritik digunakan atasan terhadap bawahan guna membangun kinerja yang lebih baik.
Itulah mengapa banyak orang yang percaya bahwa kritik merupakan hal yang bagus dan bisa mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu lebih baik lagi. Bahkan, efeknya dipercaya melebihi efek pujian.
Namun, ketika media sosial makin merajalela, setiap orang merasa berhak menjadi pengkritik terhadap orang lain yang bahkan tidak dikenalnya.
Jika sudah demikian, tentu timbul pertanyaan, apakah kritikan memang sesuatu yang baik untuk diterapkan? Atau justru merupakan sesuatu yang harusnya dihindari?
1. Dampak kritikan pada anak-anak

Seperti dilansir Go Dok, anak-anak dengan rentang usia 1 tahun hingga ia beranjak dewasa, biasanya menjadi salah satu objek kritik favorit orangtua mereka. Umumnya, kritik terhadap si anak akan disertai ancaman atau pemberian hukuman yang justru akan membuat anak lebih suka menarik diri dan menjadi serba rahasia.
Banyak orangtua yang tidak sadar bahwa kalimat, seperti 'kenapa kamu keluar rumah sampai malam, kayak anak enggak bener', dan 'kalau kamu bolos sekolah lagi, ibu enggak bakal kasih kamu uang jajan seminggu', justru akan membuat anak takut untuk bercerita mengenai hal-hal yang jadi penyebab ia berbuat seperti itu. Sikap yang seperti itu justru akan menyulitkan kamu dalam mendidiknya lebih lanjut.
Kebanyakan orangtua mengkritik tindakan anak hanya karena tindakan tersebut tidak sesuai dengan apa yang mereka anggap benar. Hal itu tidak baik, karena tanpa kritik terus-menerus, sebetulnya seorang anak selalu ingin berkembang dan berbuat yang terbaik.
Namun, terkadang kritikan dalam cara yang salah justru menghalangi dan membuat mereka jadi kecil hati. Jadi, meskipun kamu selalu berpikir bahwa kritik kamu bertujuan baik dan membangun, percayalah, mendengarkan keluhan dan kisah si anak serta memberikan saran kepadanya merupakan solusi yang jauh lebih baik.
2. Dampak kritikan terhadap orang dewasa

Berbeda dengan kepercayaan 'kritik yang membangun', dampak kritik terhadap orang dewasa justru seringkali bersifat negatif. Sejatinya, hal itu tergantung pada si pemberi kritik dan bagaimana kritik tersebut disampaikan.
Kebanyakan kritik dalam dunia orang dewasa disampaikan antara rekan kerja atau di antara pasangan (laki-laki dan perempuan). Dalam hal ini, sebagian besar pihak pemberi kritik menerapkan cara yang salah dalam menyampaikannya. Mereka justru menunggu terlalu lama untuk menyampaikan kritik sehingga penyampaiannya dibarengi emosi.
Dalam sebuah artikel yang dimuat dalam Journal of Applied Psychology, disebutkan, sebuah eksperimen dilakukan untuk menguji dampak kritik terhadap beberapa orang (sampel). Hasilnya menunjukkan bahwa cara penyampaian kritik yang salah dari atasan kepada rekan kerja justru menyebabkan konflik di tempat kerja, timbulnya ketidakpercayaan, dan perselisihan kekuasaan.
Dalam studi lainnya, yang juga bertujuan menguji reaksi orang terhadap kritik, ditemukan bahwa mereka yang menerima kritik keras justru menjadi tidak ingin bekerja lebih baik. Orang-orang itu justru cenderung ingin menghindari si pemberi kritik dan menjadi malas untuk bekerja sama dengannya di kemudian hari.
Hal itu terkait dengan kritik keras yang diberikan dengan cara yang salah dan hanya fokus pada kesalahan personal, sehingga orang yang dikritik justru menjadi lebih malas dalam melakukan pekerjaan mereka.
Sebaliknya, terdapat dampak kritik terhadap orang dewasa dalam jenis kritik yang berbeda. Kritik jenis itu, yang disampaikan tanpa emosi, dijelaskan secara spesifik dan tepat, serta menggunakan penuh perhatian, justru bisa membuat seseorang terpacu untuk bekerja lebih baik.
3. Jadi, bagaimanakah kritik yang baik?

Dampak kritik terhadap orang dewasa memang bergantung dalam cara penyampaiannya. Biasanya, kritik yang membuat seseorang menjadi malas ialah yang bersifat menyalahkan secara personal, hanya fokus pada kesalahan, disampaikan dengan emosi berlebih, menyerang kepribadian seseorang, serta memaksakan salah satu sudut pandang.
Sebaliknya, kritik yang bagus tidak akan fokus pada kesalahan itu sendiri, dan tidak akan bersifat menyalahkan. Kritik yang bagus fokus kepada solusi dan bagaimana cara agar situasi berkembang menjadi lebih baik.
Kritik yang bisa diterima tidak disampaikan dengan emosi, tapi dengan penuh perhatian dan fokus terhadap kinerja, bukan kepribadian seseorang. Ketimbang memaksa, kritik yang baik justru sifatnya mengajak dan bukan memerintah atau menegaskan kontrol seseorang terhadap orang lain. (zaim)
Baca Juga: 'Pede' Pamerkan Selulit, Model ini Ajak Perempuan Mencintai Diri Sendiri