5 Gaya Pengasuhan Anak, Mana yang Lebih Baik?
Ilustrasi anak. (Foto: Pexel/ Pixabay)
MerahPutih.com - Anak merupakan calon penerus bangsa. Keberadaan mereka mesti menjadi perhatian penuh pemerintah sehingga di masa depan ada generasi yang membangun negaranya.
Seiring dengan peringatan Hari Anak Nasional pada 23 Juli, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam menentukan bagaimana masa depan anak, yakni pendidikan yang dimulai dari rumah.
Pendidikan di rumah merupakan pondasi awal bagi anak, bagaimana menghadapi dunia luar, dunia sosial di mana sehari-harinya ia akan berinteraksi.
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa gaya pengasuhan dapat membantu mendorong pengembangan kompetensi psikososial yang sehat. Hal ini pada gilirannya akan mempengaruhi prestasi akademik dan kehidupan sosial anak pada masa mendatang.
Baca juga:
Dilansir dari laman ugm.ac.id, Psikolog Diana Setiyawati menyebutkan pada umumnya terdapat lima jenis pola pengasuhan. Seperti berikut penjelasannya:
1. Permisif
Pola asuh permisif dikenal sebagai pola asuh yang bebas, di mana membebaskan anak itu tanpa pengawasan sehingga anak ini tumbuh besar menjadi individu yang berperilaku impulsif-agresif, memberontak, mendominasi, dan kurang berprestasi di masa mendatang.
Hal tersebut merupakan risiko dari pendidikan yang tidak punya aturan atau harapan yang jelas, tidak konsisten dalam menerapkan disiplin atau memberikan umpan balik, membiarkan preferensi anak, serta jarang memaksa anak untuk sesuai dengan standar orang tua.
2. Otoriter
Pola asuh otoriter umumnya mempunyai gaya yang kaku, ketat, cenderung mengekang, bahkan overprotektif. Ini sejatinya bisa membuat anak malah mudah terlibat konflik, mudah tersinggung, rentan terhadap stres, emosi tidak stabil, dan sulit mengambil keputusan.
3. Authoritative
Gaya pengasuhan dengan authoritative style menekankan aturan dan harapan yang jelas, ada kedekatan dan kontrol, bersikap terbuka pada anak, dan memberikan umpan balik. Didikan ini bisa membuat anak menjadi mandiri, ceria, mampu mengelola stres, dan berprestasi.
Baca juga:
Diana sendiri menyebut pola asuh yang paling ideal adalah authoritative style. Di samping itu, hal yang perlu diperhatikan terkait pengasuhan adalah adanya dukungan (kedekatan) dan kontrol (fleksibilitas).
4. Tidak Terlibat
Uninvolved style menerapkan gaya pengasuhan dengan aturan dan harapan yang tidak jelas, mengabaikan, hingga membiarkan anak selama tidak mengganggu orang tua. Didikan ini dapat membuat anak jadi menarik diri, soliter atau menyendiri, dan kurang berprestasi. Tak hanya itu pengasuhan seperti inni berisiko tidak adanya bounding antara anak dan orang tua.
5. Penolakan
Gaya pengasuhan penolakan memiliki aturan dan harapan yang kaku, tidak perhatian terhadap kebutuhan anak, dan jarang memiliki harapan terhadap anak. Didikan ini dapat membuat anak bersikap tidak dewasa pada masa mendatang hingga memiliki masalah psikologis. (Tka)
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Masalah Anak Picky Eater Ternyata Bisa Diatasi Lewat Permainan Sensorik
Mengintip Keseruan Anak-anak Bermain Air Aliran Sungai Ciliwung Jakarta
Suka Cita Ratusan Anak Ikuti Sunatan Massal di Gedung DPR Jakarta
Atiya Purnomo Rilis Lagu ‘Ayo Garuda’, Persembahan Semangat untuk Timnas Indonesia
Pemerintah Targetkan 12 Sekolah Garuda Rampung pada 2026, 4 Siap Beroperasi
Datangi Polda Metro, KPAI Kawal Ratusan Anak yang Ditangkap Saat Demo 25 Agustus
Aksi Anak-anak Ikuti Karnaval Meriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Jakarta
Kisah Pilu Bocah Sukabumi Meninggal Akibat Cacing, Pemerintah Akui Layanan Kesehatan Masih Pincang
Terungkap! Ini Dalang di Balik Tunjangan Gila-gilaan untuk Dokter Spesialis dan Subspesialis di Daerah 3T
Menlu RI: Presiden Prabowo Bahas Pusat Belajar Anak Pekerja Migran dengan Malaysia