6 Cara Mengenalkan Duka pada Anak Kecil


Ilustrasi anak. (Foto: Pexel/ Alexander Grey)
MerahPutih.com - Perasaan duka merupakan bentuk emosi yang dirasakan oleh semua manusia tidak terbatas gender atau usia. Namun secara khusus untuk kasus mengenalkan bentuk duka kepada anak kecil juga perlu dilakukan dengan baik.
Duka yang dialami oleh anak jika tidak tersalurkan dengan tepat justru dapat berdampak buruk bagi perkembangan emosionalnya di masa depan.
Dilansir dari The Gottman Institute disebutkan bahwa anak yang mengalami duka seperti misalnya kehilangan sosok yang disayanginya, akan menunjukkan bentuk kedukaannya dengan kemunduran dari perilakunya yang sebetulnya sudah jauh berkembang pesat.
Bentuk perilaku itu biasanya terakumulasi dalam bentuk tantrum, tidak banyak bicara, kembali mengompol dan berbicara dengan bahasa bayi.
Baca juga:
Pentingnya Lagu Anak-Anak untuk Tumbuh Kembangnya, Waspadai Nyanyian Berbahasa Asing
Orang dewasa sekitarnya tidak boleh abai dengan kondisi psikologis yang ditunjukan anak ketika dihadapkan dengan duka. Sebab tak jarang, orang dewasa melihat duka bagi anak kecil bukan sebuah persoalan besar, faktornya hanya dilihat sebatas anak kecil dapat dengan mudah berganti suasana hatinya.
Supaya tidak salah kaprah dan tidak salah langkah, berikut ini ada 4 cara mengenalkan duka dan bagaimana menyikapinya bagi anak:
1. Jelaskan duka dengan bahasa anak
Hal paling utama untuk membantu anak yang baru saja kehilangan orang terdekat adalah dengan memberi pemahaman tentang kematian sesuai usianya. Gunakanlah bahasa yang dimengerti anak, tidak perlu menggunakan istilah halus ketika membahas kematian.
Hal ini dilakukan guna memberikan pengantar kepada anak, bahwa duka tentang kehilangan orang yang disayang adalah kenyataan. Jelaskan kemungkinan yang bakal terjadi usai ditinggalkan orang yang disayang dengan baik dan contoh yang konkrit, sehingga anak tidak kesulitan mencerna informasi soal apa yang sedang dihadapinya saaat ini dan hal apa yang akan dihadapinya setelah ini.
2. Sebaiknya jangan gunakan eufemisme saat membahas kematian.
Terkadang orang tua cenderung menggunakan kata atau istilah penghalus ketika bicara soal duka alias kematian. Padahal kematian adalah suatu hal yang pasti yang bakal dihadapi oleh semua orang.
Baca juga:
Misalnya, menggambarkan kondisi orang yang meninggal dengan kata tidur. Jadi ketika anak mendapati orang yang disayanginya tidur itu akan menjadi satu hal yang paling menakutkan.
Tak hanya itu, menggunakan bahasa eufemisme membuat anak bisa merasa dibohongi, sebab ekspektasi-ekspektasinya terhadap orang yang diayanginya akan kembali.
Misalnya anak yang kehilangan bapaknya. Ketika bapaknya hendak dikuburkan justru orang dewasa sekitarnya menyebut sang ayah pergi sebentar. Padahal itu bagian dari menipu.
3. Bantu mengekspresikan kesedihan
Biasanya ketika anak dihadapkan kondisi kehilangan bisa menjadi lebih banyak diam, atau biasa saja atau mulai aktif bertanya-tanya soal orang yang disayangnya beberapa hari setelah duka.
Jika anak tidak bisa mengekspresikan kesedihannya itu dapat dimulai dengan membantu adalah dengan menggambar, membuat lembar memo, melihat album foto, atau bercerita.
4. Ajak ke Pemakaman
Menghadiri pemakaman memang dapat membantu memberikan closure, namun beberapa anak belum siap untuk pengalaman yang intens seperti itu. Maka dari itu, jangan pernah memaksa anak untuk menghadiri pemakaman.
Supaya momentumnya membawa anak ke pemakaman tidak mengejutkan si anak makanya orang tuanya harus berulang kali menyebutkan apa itu tempat pemakaman, mengapa orang meninggal berakhir di sana dan bagaimana prosesnya. Sampaikan dengan pelan-pelan.
Baca juga:
Hal ini dilakukan untuk mengenalkan soal ke pemakaman. Sebutkan bahwa mengunjungi ke makam adalah peristiwa yang sangat menyedihkan, sehingga beberapa orang mungkin akan menangis di sana.
5. Bahas tentang kehidupan setelah kematian
Terkait poin ini tampaknya bakal lebih sensitif. Setiap orang tua punya pendekatan yang berbeda-beda. Namun biasanya pendekatan tersebut berangkat dari keyakinan iman dan kepercayaan.
Pemahaman tentang kehidupan setelah kematian bisa membantu anak yang sedang berduka. Selain membahas tentang akhirat, juga dapat menghibur anak dengan gagasan bahwa seseorang terus hidup dalam hati dan pikiran orang lain. (Tka)
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Pemerintah Targetkan 12 Sekolah Garuda Rampung pada 2026, 4 Siap Beroperasi

Datangi Polda Metro, KPAI Kawal Ratusan Anak yang Ditangkap Saat Demo 25 Agustus

Aksi Anak-anak Ikuti Karnaval Meriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Jakarta

Kisah Pilu Bocah Sukabumi Meninggal Akibat Cacing, Pemerintah Akui Layanan Kesehatan Masih Pincang

Terungkap! Ini Dalang di Balik Tunjangan Gila-gilaan untuk Dokter Spesialis dan Subspesialis di Daerah 3T

Menlu RI: Presiden Prabowo Bahas Pusat Belajar Anak Pekerja Migran dengan Malaysia

Ingat Ya Bunda! Beri Makan Anak Jangan Hanya Fokus Pada Nasi dan Mie

Pelaku Pelecehan Penumpang Anak Citilink Terancam 15 Tahun Bui, Kondisi Korban Masih Trauma

Anak di Bawah Umur di Cianjur Diperkosa 12 Orang, Polisi Harus Gerak Cepat Tangkap Buron

1 dari 5 Anak di Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah
