Bahaya Terselubung dari Makanan Ultra Proses
Sabtu, 30 Januari 2021 -
JIKA dahulu kita terbiasa mengonsumsi real food sebagai makanan sehari-hari, seperti makanan yang diolah dan dimasak dengan tambahan bumbu dan rempah-rempah.
Maka di zaman modern ini, banyak orang yang malah cenderung mengandalkan makanan olahan dan makanan ultra proses, seperti aneka keripik dan minuman ringan dalam kemasan. Padahal, kita tahu bahwa di dalamnya mengandung pengawet, pewarna buatan, dan umumnya mengandung tinggi gula dan garam.
Baca Juga:

Berbagai makanan olahan ini dengan cepat menggantikan makanan asli di seluruh dunia. Namun dalam jangka panjang, makanan tersebut akan berdampak buruk bagi kesehatan. Maka dari itu, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) meluncurkan dokumen Bahaya Terselubung dari Makanan Ultra Proses dalam rangka peringatan Hari Gizi Nasional 2021.
Ketua Umum AIMI, Nia Umar S.Sos, MPH, IBCLC, menjelaskan makanan ultra proses memiliki tiga ciri dasar. Yang pertama dibuat dalam pabrik kemasan, sehingga produk siap saji ini dapat dikonsumsi kapan dan dimana saja. Produk ultra proses selanjutnya diiklankan dengan tujuan untuk menggantikan makanan asli. Makanan asli biasanya terdapat dalam jumlah kecil atau hampir tidak ada dalam produk ultra proses.
"Makanan ultra proses diolah dengan cara karbonasi, pemadatan, pengocokan, penambahan massa, pemipihan, pengurangan pembentukan busa, dan lain lain. Umumnya terdapat lima atau lebih kandungan dalam makanan ultra proses," kata Nia dalam konferensi pers.
Dia juga mengatakan bahwa makanan ultra proses mengandung satu atau lebih zat tambahan. Bahan tambahan ini dapat berupa gula, minyak, garam, antioksidan, penstabil, dan pengawet. "Zat tambahan lainnya juga berupa pewarna, penstabil warna, pengental, penambah rasa, dan pemanis non gula. Bahan-bahan aditif ini membuat produk dengan rasa yang lebih mudah diterima," ungkapnya.
Baca Juga:

Nia melanjutkan, makanan ultra proses berbeda makanan olahan. Biasanya, makanan olahan dihasilkan dari makanan asli yang ditambahkan gula, minyak, atau garam. "Makanan ini biasanya diproses dengan cara diawetkan, diasinkan, diasamkan, atau difermentasi. Proses pengolahan ini bertujuan meningkatkan daya tahan produk atau memodifikasi rasa," jelasnya.
Di Indonesia, contoh grup makanan tersebut seperti asinan, terasi, keripik buah, dan sayur. Minuman beralkohol seperti bir dan anggur juga masuk dalam kategori ini. Jumlah kandungan gula dan garam menjadi penentu, apakah produk dalam makanan olahan tersebut sehat atau tidak.
Penelitian membuktikan, makanan ultra proses dapat berdampak buruk bagi kesehatan, termasuk penyakit asma, obesitas, kanker, penyakit jantung, depresi, kelemahan, hingga kematian. "Tidak ada penelitian yang menemukan manfaat konsumsi makanan ultra proses bagi kesehatan," ungkapnya.
Mengonsumsi makanan asli dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah obesitas. Lebihnya, ini akan membantu melawan COVID-19. Oleh karena itu, kamu harus lebih jeli dalam memilih makanan. Kemudian, jangan terkecoh oleh apa yang diiklankan tentang makanan.
“Waspadalah terhadap informasi dari industri. Percayai sumber informasi seperti WHO, pemerintah atau kelompok peminat kepentingan publik,” tutupnya. (scp)
Baca Juga: