Asal-usul Asteroid yang Musnahkan Dinosaurus 66 Juta Tahun Lalu Ditemukan
Selasa, 20 Agustus 2024 -
MerahPutih.com - Para ilmuwan telah menemukan asal-usul asteroid dahsyat yang memusnahkan dinosaurus 66 juta tahun lalu.
Batuan yang hancur itu diperkirakan memiliki lebar setidaknya enam mil, yang kemungkinan besar dihantamkan ke Bumi dari luar Tata Surya.
Studi dari Universitas Cologne menemukan, bahwa asteroid tersebut pertama kali terbentuk di suatu tempat di luar orbit Jupiter.
Kemudian, asteroid itu diperkirakan telah terlempar keluar dari orbit atau mungkin diakibatkan dari tabrakan dengan batu lain, sehingga menyebabkan tabrakan apokaliptik dengan Bumi.
Baca juga:
Ilmuwan NASA Temukan Kristal Kuning di Mars, Pertama Kalinya dalam 30 Tahun
Lalu, kawah tumbukan yang terbentuk setelah batu terpental ke Bumi (disebut kawah Chicxulub), terkubur di bawah Semenanjung Yucatan di Meksiko.
Ilmuwan Temukan Jejak Rutenium
Para ilmuwan memperkirakan, rutenium tersebut pasti berasal dari Chicxulub. Sebab, rutenium sangat jarang diproduksi di Bumi.
Rutenium, kata mereka, merupakan “sidik jari umum” batuan di sabuk asteroid utama. Hal ini juga konsisten dengan asteroid tipe C (kaya karbon).
Selanjutnya, batuan angkasa luar yang sama itu ditemukan di sabuk asteroid yang letaknya berada di antara Mars dan Jupiter.
Baca juga:
Ilmuwan Mario Fischer-Godde mengatakan kepada AFP, "Sekarang kita dapat, dengan semua pengetahuan ini... mengatakan bahwa asteroid ini awalnya terbentuk di luar Jupiter."
Ia juga menambahkan, sebuah proyektil yang berasal dari pinggiran Tata Surya telah menentukan nasib dinosaurus. Namun, temuan tersebut masih belum menunjukkan secara pasti dari mana asalnya.
Fischer-Godde menyebutkan, pihaknya tidak bisa memastikan di mana asteroid itu bersembunyi sebelum menabrak Bumi.
Ada juga usulan yang mengatakan, bahwa komet memusnahkan dinosaurus. Namun, Fischer-Godde menjelaskan, temuan timnya mengesampingkan hipotesis tersebut.
Asteroid 66 Juta Tahun Lalu Sebabkan Dampak Buruk
Pukulan tersebut melemparkan sejumlah besar puing ke udara dan menyebabkan gelombang pasang besar yang melanda benua Amerika.
Peneliti dinosaurus dari Museum Sejarah Nasional, profesor Paul Barrett mengatakan, asteroid itu menghantam dengan kecepatan tinggi dan secara efektif menguap.
“Ini membuat kawah besar, jadi di sekitar lokasi terjadi kerusakan total. Gelombang ledakan besar dan gelombang panas terjadi dan melontarkan material dalam jumlah besar ke atmosfer. Ini mengirimkan jelaga ke seluruh dunia. Itu tidak sepenuhnya menghalangi Matahari, tapi mengurangi jumlah cahaya yang mencapai permukaan Bumi,” ujarnya dikutip dari The Sun, Senin (19/8).
Baca juga:
Fischer-Godde menyatakan, meski temuannya memberikan wawasan langka tentang masa lalu planet ini, tetapi penemuan tersebut juga merupakan peringatan bagi masa depan Bumi.
"Jika akan ada asteroid tipe C di orbit yang melintasi Bumi, kita harus sangat berhati-hati. Karena itu mungkin yang terakhir kita saksikan," katanya. (sof)