Alasan Sejumlah Orang Berhenti Mencari Kebahagiaan
Minggu, 23 Oktober 2022 -
SETIAP orang tentu ingin bahagia. Entah itu datang dari diri sendiri, keluarga, teman, kekasih, pekerjaan, hobi, dan lainnya. Namun, kebahagiaan yang sesungguhnya adalah perasaan yang datang tanpa diminta, datang tanpa dicari, bahkan tanpa dikejar. Sebab, kebahagiaan tidak lagi sama artinya bila ada perjuangan untuk mendapatkan itu.
Kebahagiaan juga tak selalu seperti yang terlihat dari luar. Setidaknya itu yang diungkapkan Kammie Gornia seperti yang dikutip laman Possibility Change. Ia baru saja lulus kuliah secara terhormat dengan gelar ganda, sudah memiliki apartemen sendiri, dan mendapat pekerjaan baru.
Baca juga:
Bantu Anak Capai Kebahagiaannya

Namun, ia merasa tetap ada yang hilang. Perasaan itu membuatnya begitu frustrasi, rasanya seperti ada yang tak beres namun tak dapat ditemukan jawabannya. Semua yang terlihat begitu keren dari luar, nyatanya tidak memberi kebahagiaan pada diri dari dalam.
Gornia menambahkan bahwa dirinya memang memiliki masalah pada makan dan citra tubuhnya. Hal itu membuatnya cenderung mengisolasi diri dari orang lain, mengasingkan diri. Semakin ia melakukannya, semakin pula ia menyalahkan diri atas kenyataan bahwa dirinya tak bahagia.
Ia memutuskan untuk melakukan pencarian terhadap kebahagiaan. Ia mulai menonton film dokumenter, membaca buku, artikel, blog, dan lainnya. Namun, semakin dicari, Gornia justru semakin menaruh lebih banyak harapan pada informasi yang diterima, dan pada saat yang sama rasa bahagia itu justru semakin jauh rasanya.
Baca juga:
Jaga Hidup Tetap Bahagia dan Sehat Menjelang Menopause

Akhirnya, Gornia memutuskan untuk berhenti mencari. Ia lebih banyak fokus pada dirinya sendiri. Melakukan banyak hal untuk diri, dan membiarkan kebahagiaan datang dengan sendirinya. Ia mencoba melupakan masalah tentang mencari solusi, dan membiarkan semuanya terjadi apa adanya.
Ia lebih banyak membiarkan tubuh dan pikirannya menentukan apa yang ingin dilakukan, ketimbang apa yang seharusnya dilakukan. Ia menyebut praktik itu sebagai 'Kehidupan Sensual', karena mengharuskan diri menjadi lebih sensual pada kehidupan sehari-hari. (waf)
Baca juga:
Kunci Hidup Bahagia Sepenuhnya Menurut Psikolog