Akhiri Tradisi Negara Netral, Swedia dan Finlandia Segera Gabung NATO
Kamis, 30 Juni 2022 -
MerahPutih.com - Negara-negara yang tergabung dalam Fakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) melakukan KTT di Madrid, Rabu (30/6). KTT ini digelar setelah rampungnya KTT G7 yang berlangsung di Jerman.
Dalam KTT ini, NATO mengundang Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan aliansi militer tersebut. Undangan ini setelah invasi Rusia ke Ukraina mendorong kedua negara mengakhiri tradisi netralitas mereka.
Baca Juga:
Parlemen Setuju Finlandia Gabung NATO
"Kami telah memutuskan untuk mengundang Finlandia dan Swedia menjadi anggota NATO," kata para pemimpin NATO dalam deklarasi.
Lancarnya undangan bergabung bagi kedua negara, setelah Turki mencabut hak vetonya. Ratifikasi bertambahnya dua anggota NATO, diperkirakan memakan waktu hingga satu tahun.
Dengan bergabungnya Finlandia dan Swedia, mereka otomatis dilindungi oleh klausul pertahanan kolektif Pasal 5 NATO yang menempatkan mereka di bawah payung pelindung nuklir Amerika Serikat.
"Kami akan memastikan kami dapat melindungi semua sekutu, termasuk Finlandia dan Swedia," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
Rencana ini diyakini akan meningkatkan kehadiran pasukan NATO di wilayah Nordik, mengadakan lebih banyak latihan militer dan patroli angkatan laut di Laut Baltik untuk meyakinkan Swedia dan Finlandia.
NATO didirikan pada 1949 untuk mempertahankan diri dari ancaman Soviet. Invasi Rusia pada 24 Februari 2022 ke Ukraina memberi organisasi itu dorongan baru untuk bersatu.
"Kami mengirimkan pesan yang kuat kepada (Presiden Rusia Vladimir) Putin: 'Anda tidak akan menang'," kata Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dalam pidatonya.
NATO juga setuju memperlakukan Rusia sebagai ancaman paling penting dan langsung terhadap keamanan sekutu dan menyetujui konsep strategis baru pertama NATO, yaitu dokumen perencanaan induknya dalam satu dekade.
Perdana Menteri Belgia Alexander de Croo menyebut invasi Rusia ke Ukraina sebagai ancaman langsung terhadap cara hidup Barat, merujuk pada dampak perang yang lebih luas, seperti kenaikan harga energi dan pangan. Selain itu, NATO menyebutkan Tiongkok sebagai tantangan. (*)
Baca Juga:
NATO Gelar Pertemuan Bikin Kesepakatan Kirim Tambahan Senjata Bagi Ukraina