7 Kesalahan Umum Perusahaan yang Sebabkan Pegawai Mundur
Senin, 01 Mei 2017 -
Kehilangan pegawai berkualitas tentu menjadi kerugian bagi perusahaan. Masa-masa sulit pun harus dilalui oleh timnya sampai posisi tersebut terisi. Seringkali alasan yang dimunculkan adalah "mungkin dia bukan orang yang tepat untuk tim dan perusahaan ini".
Lepas dari jodoh atau tidaknya orang tersebut dengan tim dan perusahaan, ada baiknya perusahaan evaluasi diri. Karena, ternyata alasan-alasan di balik itu cukup sederhana dan sebenarnya dapat dihindari oleh perusahaan. Menyukai pekerjaan tidak cukup untuk membuat seseorang bertahan.
Ada beberapa kesalahan umum yang cenderung dilakukan perusahaan terhadap pegawainya. Sehingga, meskipun pegawai menyukai bidang pekerjaannya, ia memutuskan untuk mundur. Berikut 7 kesalahan umum tersebut.
1. Mereka mempekerjakan pegawai secara berlebihan
Pegawai yang "diperas" berlebihan tidak akan produktif, bahkan pegawai berkualitas sekalipun. Mempekerjakan pegawai berkualitas secara berlebihan justru memberikan pesan bahwa mereka "dihukum" atas kinerja yang bagus. Penelitian dari Stanford menunjukkan bahwa produktivitas per jam menurun tajam ketika jam kerja melebihi 50 jam seminggu. Bukan hanya menurun, produktivitas berubah buruk saat bekerja melebihi 55 jam seminggu
2. Mereka membuat terlalu banyak peraturan
Perusahaan butuh peraturan. Benar, tetapi mereka tidak perlu berpandangan sempit dalam membuat ketertiban. Peraturan yang bertele-tele, terlalu kaku, dan lainnya yang justru menambah beban pikiran pegawai, akan membuat para pegawai tidak betah. Peraturan, yang juga dibuat untuk keadilan dan kenyamanan pegawai dalam bekerja, seolah berubah menjadi momok yang mengiringi setiap langkah pegawai.
3. Mereka berorientasi pada keuntungan tanpa memperhatikan pegawai
Tentu saja keuntungan, hasil, dan klien itu penting. Namun, kesuksesan pada akhirnya bergantung pada orang-orang yang mengerjakannya. Pegawai punya hak untuk dicukupkan kebutuhannya (termasuk kebutuhan libur), dikembangkan kemampuannya, dan dihargai kontribusinya. Harus ada keseimbangan antara "profesional" dan "manusiawi" dalam perusahaan mengejar ambisinya. Karena, apa yang perusahaan lakukan terhadap pegawai, akan kembali kepada perusahaan juga.
4. Mereka tidak menyampaikan pesan organisasi secara jelas
Tampaknya mudah mengirim tugas kepada pegawai dan pekerjaan berjalan begitu saja. Namun itu hanyalah tujuan jangka pendek yang dilakukan setiap harinya. Pegawai perlu tahu dengan jelas visi dan misi perusahaan, harapan perusahaan, serta tujuan dari pekerjaan mereka. Jika itu semua jelas, maka pegawai dapat bekerja secara terarah, bahkan memiliki inisiatif untuk membuat sesuatu lebih baik. Ide dan inisiatif tidak akan muncul jika gambaran itu tidak tertanam jelas dalam diri pegawai. Pegawai yang bekerja tanpa tujuan dan tidak terarah pada akhirnya akan menyerah dan berpindah ke tempat lain.
5. Mereka melanggar janji, kesepakatan, dan komitmen
Jangan berjanji jika tidak dapat ditepati. Jangan menutupi sesuatu jika ingin mendapat kepercayaan. Kejelasan dan kepastian itu penting bagi pegawai. Jika perusahaan menjanjikan sesuatu, tepatilah. Jika ada tantangan atau masalah, sampaikanlah di awal. Jika pegawai merasa terjebak dan pada akhirnya sadar bahwa perusahaan tidak sepenuhnya jujur dan berkomitmen, loyalitas mereka akan turun. Dan, bukan tidak mungkin kekecewaan mereka berujung pada surat pengunduran diri.
6. Mereka tidak memberi kesempatan kepada pegawai untuk berkreasi
Google mengamanatkan para pegawainya meluangkan setidaknya 20% dari waktu mereka untuk melakukan "apa yang mereka percaya akan sangat menguntungkan Google". Proyek ini ternyata berkontribusi besar dalam memajukan Google. Menyediakan kesempatan bagi pegawai untuk mengejar passion-nya akan meningkatkan produktivitas dan kepuasan bekerja. Namun, seringkali perusahaan "mematikan" semangat kreativitas itu dan lebih memilih pegawainya fokus bekerja tanpa mendapat kesenangan yang lain.
7. Mereka membuat bekerja tidak lagi menyenangkan
Penting untuk membiarkan pegawai "sedikit lepas kendali". Jika faktor fun tidak ada lagi dalam bekerja, maka pegawai pun jenuh dan produktivitas menurun. Google misalnya, yang melakukan banyak hal untuk membuat suasana kerja menyenangkan, seperti makan gratis, bowling, dan kelas fitness. Idenya sederhana: jika bekerja menjadi hal yang menyenangkan, pegawai tidak hanya berkinerja lebih baik, tetapi juga bertahan lebih lama.
Anda setuju? Untuk para pegawai, ketujuh hal tersebut juga dapat menjadi pertimbangan bagi Anda saat akan masuk ke perusahaan baru. Atau, Anda dapat menilai perusahaan tempat Anda bekerja saat ini dan—jika mungkin—memberikan feedback kepada manajemen. Bagi Anda yang merasa jenuh dengan pekerjaan, Anda dapat membaca tips berikut: Tips Hilangkan Rasa Jenuh Saat Bekerja.