Pemanasan Global makin Nyata, Agustus Tercatat sebagai Bulan Terpanas Ketiga secara Global


Ilustrasi panas ekstrem. (Foto: Unsplash/Neora Aylon)
MERAHPUTIH.COM — AGUSTUS tercatat sebagai bulan terpanas ketiga secara global. Panas ekstrem telah menyulut kebakaran hutan dan gelombang panas di berbagai negara. Layanan pemantau pemanasan global Eropa, pada Selasa, menegaskan urgensi menghadapi perubahan iklim dan mempersiapkan diri atas dampak mematikannya.
Eropa barat daya mengalami gelombang panas ketiga musim panas ini, kebakaran melanda Spanyol dan Portugal, sedangkan banyak wilayah Asia mencatat suhu di atas rata-rata selama bulan terik yang hampir menyentuh rekor tertinggi. Lautan dunia, yang berfungsi mengatur iklim bumi dengan menyerap kelebihan panas dari atmosfer, juga mencatat suhu mendekati rekor tertinggi untuk Agustus. Lautan yang lebih panas ini berkaitan dengan cuaca ekstrem yang semakin memburuk.
“Dengan lautan dunia yang tetap sangat hangat, kejadian-kejadian ini menegaskan tidak hanya urgensi untuk mengurangi emisi, tetapi juga kebutuhan penting untuk beradaptasi dengan iklim ekstrem yang lebih sering dan intens,” kata Samantha Burgess, pemimpin strategi iklim di Copernicus Climate Change Service milik Uni Eropa.
Suhu global terus meningkat akibat emisi gas rumah kaca yang dipicu aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dalam skala besar sejak revolusi industri. Copernicus mencatat data ini menggunakan miliaran pengukuran satelit dan cuaca, baik di darat maupun laut, dengan catatan yang tersedia sejak 1940.
Baca juga:
Apa Itu Pemanasan Global? Ini Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Secara rata-rata, suhu global pada Agustus tercatat 1,29 derajat celsius lebih tinggi ketimbang masa praindustri, sedikit lebih rendah daripada rekor bulanan pada 2023 dan setara dengan 2024. Kenaikan kecil ini mungkin tampak sepele, tetapi para ilmuwan memperingatkan bahwa hal itu sudah cukup untuk mengacaukan iklim dan membuat badai, banjir, serta bencana lain menjadi lebih sering dan lebih parah.
Dalam buletin bulanannya, Copernicus menyebut Eropa Barat mengalami suhu paling tinggi di atas rata-rata. Prancis barat daya dan Semenanjung Iberia terdampak paling parah. Institut Kesehatan Carlos III menyebut Spanyol mengalami gelombang panas selama 16 hari yang menyebabkan lebih dari 1.100 kematian. Kebakaran hutan di Spanyol dan Portugal juga memaksa ribuan orang mengungsi.
Minggu lalu, para ilmuwan menyatakan perubahan iklim akibat ulah manusia membuat kondisi panas, kering, dan berangin yang memperbesar kebakaran menjadi 40 kali lebih mungkin terjadi.
Di luar Eropa, suhu paling tinggi tercatat di Siberia, sebagian Antarktika, China, Semenanjung Korea, Jepang, dan Timur Tengah. Inggris, Jepang, dan Korea Selatan mengalami musim panas terpanas sejak setiap negara itu mulai mencatat data iklim.
Rekor suhu lautan tercatat di Samudra Atlantik Utara, di sebelah barat Prancis dan Inggris, pada Agustus. Di kawasan Mediterania, situasinya lebih beragam dan tidak seekstrem pada 2024.(dwi)
Baca juga:
500 Juta Orang Tewas karena Cuaca Panas Ekstrem Setiap Tahun
Bagikan
Berita Terkait
Mayoritas Wilayah Indonesia Berawan Tebal dan Hujan pada Minggu (14/9)

Gejala Alam di Samudra Hindia Sebabkan Jakarta dan Sekitarnya Alami Cuaca Ekstrem Sepekan Mendatang

BMKG Beri Peringatan Cuaca Ekstrem, Daerah Harus Respons Peringatan Dini

Perubahan Iklim, Pakistan Dilanda Banjir Mematikan Membuat Lebih dari Dua Juta Orang Dievakuasi

Pemanasan Global makin Nyata, Agustus Tercatat sebagai Bulan Terpanas Ketiga secara Global

Hujan Ekstrem Bakal Landa Tangerang, Warga Harus Waspadai Banjir

Ekskavator Dikerahkan, Kementerian PU Gerak Cepat Bersihkan Sampah Banjir Bali dari Badung hingga Denpasar

Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Selama 4 Hari di Provinsi Banten

Bali Dilanda Banjir, Denpasar Terparah: 5 Korban Meninggal, 2 Orang Hilang Masih dalam Pencarian

Warga NTT Diminta Waspada Cuaca Ekstrem hingga Timbulkan Bencana Hidrometeorologi
