WHO Nyatakan Anak dan Remaja Sehat Tidak Perlu Vaksin COVID-19

Zulfikar SyZulfikar Sy - Kamis, 30 Maret 2023
WHO Nyatakan Anak dan Remaja Sehat Tidak Perlu Vaksin COVID-19

Arsip - Seorang siswa Palestina disuntik vaksin COVID-19 di kamp pengungsi Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah (18/1/2022). (ANTARA FOTO/Xinhua/Rizek Abdeljawad/wsj)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis pembaruan rekomendasi vaksinasi COVID-19, usai pertemuan Kelompok Penasihat Strategis Pakar Imunisasi (SAGE) pada 20-23 Maret 2023.

WHO menyatakan bahwa anak-anak dan remaja yang sehat mungkin tidak perlu divaksin COVID-19. Sementara itu, orang-orang lanjut usia dan kelompok berisiko harus mendapatkan dosis penguat (booster) tambahan 6-12 bulan setelah suntikan dosis terakhir mereka.

"Negara-negara harus mempertimbangkan konteks spesifik mereka dalam memutuskan apakah akan terus memvaksin kelompok berisiko rendah, seperti anak-anak dan remaja yang sehat, tetapi tidak mengorbankan vaksin rutin yang sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan kelompok usia ini," kata Ketua SAGE Dr. Hanna Nohynek.

Baca Juga:

Badan Karantina Kesehatan Nasional Bakal Kendalikan Wabah Seperti COVID-19

WHO merevisi peta jalan untuk memprioritaskan penggunaan vaksin COVID-19 guna menunjukkan dampak strain Omicron dan kekebalan tingkat populasi yang tinggi akibat infeksi dan vaksinasi.

Peta jalan tersebut menguraikan tiga kelompok penggunaan prioritas untuk vaksinasi COVID-19, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Kelompok prioritas tinggi termasuk orang dewasa yang lebih tua, orang dewasa yang lebih muda dengan komorbiditas yang signifikan, orang dengan kondisi gangguan kekebalan--termasuk anak-anak berusia 6 bulan ke atas, orang hamil, dan petugas kesehatan di garis depan.

Untuk kelompok tersebut, SAGE merekomendasikan penguat tambahan 6-12 bulan setelah dosis terakhir.

Kelompok prioritas menengah termasuk orang dewasa yang sehat, biasanya di bawah usia 50-60 tahun.

Mereka dianjurkan untuk mendapat suntikan primer dan dosis penguat pertama.

"Meskipun penguat tambahan aman untuk kelompok ini, SAGE tidak merekomendasikannya secara rutin," kata SAGE, seperti dikutip Antara.

Baca Juga:

Jokowi Klaim Indonesia Berhasil Atasi COVID-19 Ketimbang Negara Lain

Hal itu dikarenakan hasil pemberian penguat tambahan terhadap kesehatan anggota masyarakat dari kelompok tersebut relatif rendah.

Mengenai kelompok prioritas rendah, yang mencakup anak-anak dan remaja sehat berusia 6 bulan hingga 17 tahun, SAGE menegaskan bahwa dosis primer dan penguat aman dan efektif.

Mengingat beban penyakit yang rendah, SAGE mendesak negara-negara yang mempertimbangkan vaksinasi pada kelompok usia ini untuk mendasarkan keputusan mereka pada faktor-faktor kontekstual, seperti beban penyakit, efektivitas biaya, dan prioritas kesehatan. (*)

Baca Juga:

Indonesia Mampu Selesaikan Masalah Sendiri Setelah Lolos Hantaman COVID-19

#Vaksin Covid-19 #WHO
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir

Berita Terkait

Indonesia
Ribuan Anak Terancam Otak Keropos Akibat Cacingan! Pahami 4 Langkah Mudah Lindungi Buah Hati dengan Konsep WASHED
Per 2021, masih ada 26 kabupaten dan kota dengan prevalensi kecacingan di atas 10%.
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Ribuan Anak Terancam Otak Keropos Akibat Cacingan! Pahami 4 Langkah Mudah Lindungi Buah Hati dengan Konsep WASHED
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone
Informasi ini diunggah akun Facebook “Jefri Papahnya Aqiela”.
Frengky Aruan - Senin, 09 Juni 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone
Dunia
Perkuat Pencegahan dan Respons Pandemi, WHO Adopsi Kesepakatan Global Pertama
Perjanjian tersebut akan memperkuat kemampuan kolektif dunia dalam mencegah dan merespons pandemi di masa depan.
Dwi Astarini - Rabu, 21 Mei 2025
Perkuat Pencegahan dan Respons Pandemi, WHO Adopsi Kesepakatan Global Pertama
Dunia
WHO Nyatakan Mpox masih Darurat Kesehatan, Kasus dan Penyebaran Geografisnya Terus Meningkat
kekerasan di Republik Demokratik Kongo bagian timur, yang telah menghambat rencana penanganan, menjadi faktor yang memengaruhi keputusan ini.
Dwi Astarini - Jumat, 28 Februari 2025
 WHO Nyatakan Mpox masih Darurat Kesehatan, Kasus dan Penyebaran Geografisnya Terus Meningkat
Dunia
Trump Mulai Pertimbangkan Ulang Putusan Amerika Serikat Keluar dari WHO
Trump tampaknya mulai mempertimbangkan ulang keputusan AS keluar dari badan kesehatan dunia WHO
Wisnu Cipto - Minggu, 26 Januari 2025
Trump Mulai Pertimbangkan Ulang Putusan Amerika Serikat Keluar dari WHO
Video
Donald Trump Tarik Amerika Serikat Keluar dari WHO
“WHO tipu kita. Semua orang tipu Amerika Serikat dan itu sudah cukup. Hal ini tak akan terjadi lagi,”
Rezita Kesuma - Kamis, 23 Januari 2025
Donald Trump Tarik Amerika Serikat Keluar dari WHO
Dunia
WHO Akui AS Donor Tunggal Terbesar, Minta Trump Batalkan Putusan Keluar
WHO menyatakan akan menghubungi pemerintahan Presiden Donald Trump untuk mempertimbangkan kembali keputusan Amerika Serikat 9AS) keluar dari badan organisasi kesehatan dunia itu
Wisnu Cipto - Rabu, 22 Januari 2025
WHO Akui AS Donor Tunggal Terbesar, Minta Trump Batalkan Putusan Keluar
Dunia
Baru Dilantik, Donald Trump Langsung Tarik Amerika Serikat Keluar dari WHO
Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menarik Amerika Serikat (AS) keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Wisnu Cipto - Selasa, 21 Januari 2025
 Baru Dilantik, Donald Trump Langsung Tarik Amerika Serikat Keluar dari WHO
Dunia
Direktur WHO Hampir Kena Serangan Israel di Yaman, Hanya Beberapa Meter dari Lokasi Ledakan
Direktur WHO berada di Yaman saat Israel menyerang negara itu.
Ikhsan Aryo Digdo - Jumat, 27 Desember 2024
Direktur WHO Hampir Kena Serangan Israel di Yaman, Hanya Beberapa Meter dari Lokasi Ledakan
Dunia
WHO Soroti Kondisi RS di Gaza, Serukan Gencatan Senjata
Gencatan senjata menjadi satu-satunya solusi untuk melindungi sistem kesehatan yang runtuh di Jalur Gaza.
Dwi Astarini - Jumat, 01 November 2024
WHO Soroti Kondisi RS di Gaza, Serukan Gencatan Senjata
Bagikan