Jakarta Panasnya Minta Ampun, Ahli WHO Desak Pemprov DKI Pasang Keran Air Gratis

Ilustrasi cuaca panas. ANTARA/HO
Merahputih.com - Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara periode 2018-2020, Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk segera menyediakan fasilitas air minum gratis di ruang publik terbuka, terutama di tengah kondisi cuaca panas yang ekstrem.
"Mungkin bisa dilakukan di pasar, atau perempatan yang penuh orang, atau di taman terbuka yang tidak banyak pohon, atau di area Car Free Day pada hari Minggu dan lainnya," jelas Tjandra saat dihubungi di Jakarta, Kamis (16/10).
Penyediaan fasilitas air minum ini bertujuan untuk memastikan setiap warga Jakarta dapat memenuhi kebutuhan cairan harian mereka, yakni minimal delapan gelas atau lebih, guna menghindari dehidrasi.
Baca juga:
Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
Apek teknis penyediaan harus diatur dengan cermat agar kebersihan air tetap terjamin, biaya tidak memberatkan masyarakat, dan kebutuhan hidrasi warga terpenuhi secara maksimal.
Selain itu, ia juga mendorong Pemprov DKI untuk memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) memberikan kemudahan akses dan pelayanan optimal bagi warga yang jatuh sakit akibat dampak cuaca panas.
Di sisi lain, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat bahwa musim kemarau basah yang sedang berlangsung berpotensi menurunkan daya tahan tubuh. Akibatnya, penyakit seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan pneumonia menjadi lebih rentan menyerang masyarakat.
Namun, potensi penyakit ini dapat diminimalisir dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), meliputi rutin mencuci tangan menggunakan sabun, menghindari kerumunan, memakai masker di tempat ramai, menerapkan etika batuk dan bersin, serta menjaga asupan gizi, istirahat cukup, dan berolahraga teratur.
"Tentu teknisnya perlu diatur bagus agar di satu sisi kebersihan tetap terjaga, harga tidak terlalu mahal dan kebutuhan cairan warga terpenuhi," ujar Tjandra.
Baca juga:
Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena cuaca panas terik di Indonesia disebabkan oleh pergerakan semu matahari di selatan ekuator pada bulan Oktober, dengan suhu puncak mencapai 37,6 Celcius. Fenomena ini diprediksi akan berlanjut hingga November 2025.
"Kendati demikian, Pemprov DKI pada Rabu (15/10) menyatakan kondisi cuaca di Jakarta masih dalam kategori normal dan tidak mengkhawatirkan,"
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Jakarta Panasnya Minta Ampun, Ahli WHO Desak Pemprov DKI Pasang Keran Air Gratis

Ungkap Penyebab Cuaca Panas Ekstrem 37,6 Derajat Celcius, BMKG: Radiasi Matahari Capai Titik Maksimal

Sejumlah Masalah Kesehatan Bisa Muncul Akibat Cuaca Panas Ekstrem, Ini yang Harus Dilakukan

Aktivitas Warga Antisipasi Fenomena Cuaca Panas Ekstrem Melanda Jakarta

Tanggapi BMKG soal Cuaca Ekstrem, Gubernur Pramono: Jakarta Aman, yang Penting Hatinya Enggak Panas

BMKG Prediksi Panas Ekstrem akan Mereda pada Akhir Oktober

Suhu Jabodetabek Panas Sejak Pagi, BMKG: Sinar Matahari Langsung Menembus Tanpa Penghalang

Panas Terik Menyengat Jabodetabek, BMKG Ungkap Penyebab Utama Kenaikan Suhu Udara

Meksiko Diterjang Banjir, Sedikitnya 64 Tewas dan 65 Hilang

Banjir Menyerbu Wilayah Catalonia di Spanyol, Mengurung Warga di dalam Mobil
