Universitas Brawijaya Dukung Pembentukan Ekosistem Pertanian untuk Anak Muda


Masa depan pangan Indonesia berada dalam posisi rawan jika semakin sedikit anak muda terjun ke sektor pertanian. (Foto: Pxels/Archie Binamira)
PEMUDA jadi petani? Apa bisa? Jawabnya, bisa. Masalahnya adalah, mau atau tidak mau.
Masa depan pangan Indonesia berada dalam posisi rawan jika semakin sedikit anak muda terjun ke sektor pertanian.
Menurut Presiden Jokowi, pada 2021, kebanyakan petani Indonesia, 71 persennya, telah berusia 45 tahun. Jika semakin sedikit anak muda yang ingin jadi petani, semakin rawan pula ketahanan pangan Indonesia ke depan.
Karena itulah Presiden Jokowi mendukung inisiatif Kementerian Pertanian terkait pelatihan petani milenial. Inisiatif ini beroleh dukungan pula dari civitas academica Universitas Brawijaya lewat program Kuliah Kerja Nyata mahasiswanya.
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 14 Fakultas Vokasi Universitas mengadakan acara sosialisasi bertajuk “Pengelolaan Tanah dan Praktik Eco Enzyme” di Balai Dusun Jatimulyo Desa Jatiguwi, Kabupaten Malang, pada Sabtu (4/2).
Tak mudah untuk jadi petani. Selain perlu dukungan dari kebijakan negara, anak muda wajib memahami keilmuan terkait. Di titik inilah sosialisasi seperti ini dipandang penting.
Baca juga:

Sosialisasi melibatkan pemangku desa dan para dosen Universitas Brawijaya. Antara lain Kepala Dusun Jatimulyo, Munir; Dosen Pembimbing Lapangan KKN, Muhammad Irfan Islami; instruktur sosialisasi, Dr. Moch. Syamsul Hadi; Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Dr. Arie Srihardyastutie; dan Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya.
Jumlah peserta sebanyak 20 petani muda yang tergabung dalam kelompok Taruna Tani Dusun Jatimulyo. Peserta memaparkan kendala yang mereka hadapi di dusun mereka, yaitu kualitas tanah.
Dr. Moch. Syamsul Hadi menjelaskan bahwa kita harus memahami lingkungan pertanian kita, unsur-unsur kimia, biologi, dan fisika secara sama baiknya.
Praktik pertanian yang tidak seimbang hanya akan mendegradasi kualitas tanah. Ketergantungan pada pupuk kimia tidak akan membuat tanah menjadi lebih produktif.
“Padahal tidak pada semua kondisi lahan pertanian, kita harus jor-joran memberikan pupuk kimia ataupun racun kimia; karena bisa jadi hal tersebut malah membunuh organisme baik bagi tanaman kira”, tandas Syamsul.
Syamsul menyarankan agar kelompok tani menguji sampel tanah pertaniannya secara bersama agar mengetahui secara pasti komposisi kandungan tanah yang mereka miliki.
Baca juga:
Inovasi Pertanian, Bayer Fokus pada Hasil Panen Ramah Lingkungan

Syamsul berjanji bahwa pihak UB akan membantu uji lab ini agar petani kelompok tani Dusun Jatimulyo mengetahui strategi yang tepat untuk mengembalikan kualitas tanah mereka.
Pembicara lain, Dr. Arie Srihardyastutie, memberikan materi dan praktik pembuatan Eco Enzyme untuk meningkatkan kualitas tanah dan kualitas tumbuh tanaman.
Eco Enzyme adalah hasil fermentasi limbah sampah organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula aren, gula merah, atau gula tebu), dan air.
Arie mengatakan bahwa penerapan Eco Enzyme pada pertanian sudah marak di luar negeri (Thailand) dan dalam negeri (Bali). “Meskipun kita memanfaatkan sisa-sisa limbah sayuran dan buah-buahan rumah tangga, namun hasilnya telah teruji sangat efektif bagi pertanian di dalam maupun luar negeri,” kata Arie.
Irfan Islami dalam keterangan tertulisnya kepada Merahputih.com, menyebut kegiatan ini sebagai bentuk dukungan mahasiswa dan kampus kepada program pemerintah desa dan dusun untuk meningkatkan program ketahanan pangan desa Jatiguwi.
"Melalui penyediaan pupuk organik padat dan cair, kebun pembibitan, dan KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) yang dilakukan oleh para petani muda," sebut Irfan.
Irfan berharap sosialisasi Pengelolaan Tanah dan Praktik Eco Enzyme di Dusun Jatimulyo Desa Jatiguwi ini mampu mendatangkan wawasan baru bagi para petani muda, khususnya di Desa Jatiguwi
Dari situ, petani muda dapat berlanjut menerapkan ke praktik pertanian yang mandiri dan berkelanjutan. (dru)
Baca juga:
Gandeng Microsoft, Produsen Benih Siap Dukung Sistem Pertanian Berbasis Data
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Komisi VI DPR Minta Kementan Tingkatkan Pengawasan Bantuan Alat Pertanian

Indonesia Sediakan 20 Hektar Lahan Pertanian Buat Dikelola Bersama Dengan Palestina

Hai Anak Muda, Hipertensi Mengicarmu! Begini Cara Mengatasinya

Dari Lumbung Padi ke Teknologi Greenhouse: RI-Belanda Resmikan Era Baru Pertanian Berkelanjutan

Prabowo Ajak Singapura Lebih Banyak Investasi di Sektor Kesehatan dan Pertanian Modern

TNI Mau Rekrut 24 Ribu Tamtama untuk Pertanian, DPR: Harusnya Diserahkan ke Kementan

Menilik Anak Muda Manfaatkan Perpustakaan Taman Literasi Blok-M Jakarta yang Beroperasi hingga Malam Hari

Indonesia Ingin Uni Emirat Arab Jadi Pintu Masuk Produk Pertanian ke Pasar Global

Wamentan Sebut Balai Pertanian di Karawang Markas Satria Baja Hitam

RI Punya 64 Balai Rahasia, Wamentan: Kita Bisa Kuasai Pangan dan Energi Dunia
