UNESCO Akui Iftar Sebagai Warisan Budaya Tak Benda


Iftar kini menjadi salah satu warisan budaya tak benda dunia. (Foto: Pexels/Michael Burrows)
SALAH satu tradisi dalam agama Islam kini kian luas dikenal orang. Sebab, iftar atau buka puasa baru saja diakui sebagai warisan budaya tak benda. Hal ini secara resmi diakui oleh Badan Kebudayaan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNESCO.
Dilansir Times of India, UNESCO dikabarkan mulai menetapkan iftar sebagai salah satu warisan budaya pada Jumat (8/12). Iftar diakui sebagai warisan budaya tak benda karena adanya empat negara yang mengajukan proposal terkait tradisi sosial-budaya ke pihak UNESCO. Empat negara mengajukan hal tersebut adalah Iran, Turkiye, Azerbaijan, dan Uzbekistan.
Baca juga:
Bahasa Indonesia Ditetapkan sebagai Bahasa Resmi Konferensi Umum UNESCO

Guna membahas hal ini, Komite Antar Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda pun mengadakan diskusi sejak awal Desember 2023. Diskusi yang berjalan selama kurang lebih beberapa hari ini berlangsung di Botswana, sebuah negara di Afrika bagian Selatan.
Iftar merupakan aktivitas berbuka bagi umat Muslim yang telah menjalankan ibadah puasa, terutama pada bulan Ramadan. Iftar juga dikenal dengan sebutan eftari atau iftor. Aktivitas berbuka puasa ini dilakukan sesaat setelah terbenamnya matahari, kala azan Magrib berkumandang. Iftar dilakukan setelah sederet hal keagamaan ditunaikan.
Bukan sekadar makan malam, iftar juga punya makna yang lebih dalam bagi para umat Muslim. Bulan Ramadan dan kegiatan berbuka puasa kerap menjadi momen untuk memperkuat hubungan bersama orang terdekat. Entah itu keluarga atau teman. Selain itu, iftar juga kerap menjadi landasan untuk berbagai aktivitas, seperti kegiatan amal, solidaritas, dan pertukaran sosial.
Baca juga:
Musik Dangdut Ikuti Sidang Penetapan Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO

Di berberapa negara, umat Muslim biasanya mengawali buka puasa dengan cara mengonsumsi kurma dan meminum teh. Namun, ada pula negara yang punya hidangan buka puasa nan khas. Seperti kolak, es pisang ijo, dan cendol di Indonesia. Ada pula bubur lambuk dan lemang yang populer di Malaysia serta beberapa tempat berbudaya Melayu.
UNESCO menyebut bahwa budaya dan tradisi berbuka puasa cenderung lebih kuat kala diturunkan oleh keluarga, misalnya dari orang tua ke anak. Saat bulan Ramadan, orang tua juga sering melibatkan anak mereka dalam menyiapkan berbagai hal untuk kebutuhan iftar. (mcl)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Kartu Kuning 2 Tahun Berakhir, Geopark Kaldera Toba Kembali Raih Status Kartu Hijau UNESCO

Pramono Sebut Jakarta Harus Punya Lembaga Adat Betawi, Jadi Identitas Kuat sebagai Kota Global

Viral! Surat-Surat R.A. Kartini Masuk Daftar Memory of the World, Bukti Perempuan Indonesia Punya Kontribusi Penting untuk Peradaban Dunia

Rencana Pembangunan 600 Vila di Pulau Padar Komodo, Menhut Tunggu Aprisal UNESCO

Keberagaman budaya Indonesia Masih Jadi Magnet Bagi Wisatawan Mancanegara

Genre Imajinasi Nusantara, Lukisan Denny JA yang Terlahir dari Budaya Lokal hingga AI

Menbud Pastikan Pacu Jalur yang Kini Viral Sudah Lama Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda Nasional

Pemprov DKI Segera Rampungkan Perda yang Melarang Ondel-ondel Ngamen di Jalan, Rano Karno: Mudah-mudahan Sebelum HUT Jakarta

Wajah Baru Indonesia Kaya Konsiten Usung Budaya Indonesia dengan Konsep Kekinian

Komisi X DPR Soroti Transparansi dan Partisipasi Publik dengan Menteri Kebudayaan
