Uji Coba Plasma Konvalesen di AS Dihentikan

Muchammad YaniMuchammad Yani - Rabu, 03 Maret 2021
Uji Coba Plasma Konvalesen di AS Dihentikan

Uji coba ini dihentikan. (Foto: nbcnews.com)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

NATIONAL Institutes of Health (NIH), AS menghentikan uji coba plasma darah konvalesen dari pasien sembuh untuk pasien dengan gejala COVID-19 ringan hingga sedang setelah kelompok independen menyimpulkan bahwa terapi itu tidak mungkin bermanfaat.

Pada bulan Januari, REMAP-CAP, sebuah uji klinis internasional yang mengeksplorasi pengobatan potensial untuk COVID-19, menghentikan studinya yang menguji plasma darah konvalesen setelah para peneliti uji coba tidak menemukan manfaat. Menyusul pada Selasa (2/3), NIH menyatakan bahwa pihaknya menghentikan uji coba yang sama.

Baca juga:

Epigallo, Kandungan Teh Hijau Mampu Atasi COVID-19

Data and Safety Monitoring Board (DSMB) bertemu pada 25 Februari untuk meninjau data dan menentukan bahwa sementara pengobatan plasma tidak menyebabkan kerusakan, itu tidak mungkin menguntungkan kelompok pasien gejala ringan dan sedang. Demikian pernyataan NIH dalam rilisnya. Setelah pertemuan tersebut, DSMB merekomendasikan agar NIH berhenti mendaftarkan pasien baru ke dalam penelitian tersebut.

Uji coba ini dianggap sia-sia. (Foto: 123RF/Evgeniy Kalinovskiy)
Uji coba ini dianggap sia-sia. (Foto: 123RF/Evgeniy Kalinovskiy)

Plasma, yang diambil dari pasien yang telah pulih dari COVID-19 dan mengembangkan antibodi melawan virus, diinfuskan pada pasien yang sakit. Para ilmuwan berharap itu akan membantu memulai sistem kekebalan pada pasien tersebut untuk melawan virus.

Ilmuwan dan pejabat kesehatan masyarakat sebelumnya mengatakan mereka skeptis plasma darah konvalesen dapet menjadi terapi pengobatan yang efektif untuk pasien dengan COVID-19. Keraguan ini tetap ada bahkan setelah Food and Drug Administration (FDA) mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat untuk pengobatan pada bulan Agustus. Saat itu, mantan komisaris FDA Dr. Scott Gottlieb mengatakan, pengobatan tersebut mungkin membantu pasien tetapi tidak terlihat seperti home run.

Baca juga:

Tak Sembarang Masker Bisa Cegah Penularan Virus Corona!

Uji coba NIH dilakukan di 47 unit gawat darurat rumah sakit di seluruh Amerika Serikat dan telah mendaftarkan 511 dari 900 pasien yang direkrut. Setelah pasien atau peserta penelitian menerima plasma atau plasebo, peneliti melacak apakah mereka perlu perawatan IGD/UGD lebih lanjut, harus dirawat di rumah sakit, atau meninggal dalam 15 hari setelah memasuki uji coba.

Uji coba ini sebelumnya mendapat dukungan mantan presiden Trump. (Foto: qz.com)
Uji coba ini sebelumnya mendapat dukungan mantan presiden Trump. (Foto: qz.com)

Pasien-pasien ini juga memiliki setidaknya satu faktor risiko yang terkait dengan COVID-19 parah, seperti obesitas, hipertensi, diabetes, penyakit jantung, atau penyakit paru-paru kronis, tetapi tidak ada yang cukup sakit pada saat dirawat di rumah sakit. Analisis data terbaru dari penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam proporsi peserta yang mengalami salah satu tingkat keparahan.

REMAP-CAP sendiri menghentikan studinya yang menguji plasma darah konvalesen setelah analisis awal terhadap lebih dari 900 peserta percobaan yang sakit parah dalam perawatan intensif menunjukkan bahwa pengobatan dengan cara ini tidak secara nyata meningkatkan kondisi kesehatan pasien. (aru)

Baca juga:

LIPI Tegaskan Masker Kain Sulit Terurai, Beda dengan Masker Medis

#Kesehatan #COVID-19
Bagikan
Ditulis Oleh

Muchammad Yani

Lebih baik keliling Indonesia daripada keliling hati kamu

Berita Terkait

Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Bagikan