Kesehatan

Sering Mengantuk? Jangan-Jangan Kamu Alami Hypersomnolence Disorder

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Jumat, 25 November 2022
Sering Mengantuk? Jangan-Jangan Kamu Alami Hypersomnolence Disorder

Selalu merasa mengantuk merupakan indikasi dari penyakit tertentu. (Foto: Pixabay/AdinaVoicu)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SEDIKIT-sedikit bilang jompo, padahal masih berada di usia produktif. Inilah problem kekinian anak muda Indonesia. Biasanya fresh graduate yang baru saja mendapatkan pekerjaan atau mereka yang belum menginjak usia 40-an dan masih aktif bekerja sering merasa lelah secara berlebihan.

Rasa kantuk kerap datang beberapa kali dalam sehari. Padahal semalam waktu tidur terasa cukup panjang. Selama kamu masih masuk ke dalam kategori usia produktif, rasa kantuk yang berlebihan bisa jadi indikasi hypersomnolence disorder, loh. Apa, tuh?

Menurut medicalnewstoday.com, hypersomnolence disorder dijuluki sebagai deretan episode tidur yang terjadi dalam satu hari meskipun seseorang tidak melakukan aktivitas berat atau mengalami insomnia. Hypersomnolence disorder rata-rata menyerang orang di usia 17 sampai 24 tahun.

Ini merupakan alarm dari otak untuk memberikan sinyal bahwa ada yang tak beres di dalam tubuh kita. Bisa karena penyakit tertentu, bisa juga karena kelainan genetik sistem saraf otak yang diturunkan dari orangtua. Apa saja yang bikin hypersomnolence disorder muncul?

Baca juga:

Penjelasan Ahli Gizi Soal Kantuk Setelah Makan

sering mengantuk
Infeksi bisa menyebabkan tubuh kelelahan secara berlebihan. (Foto: Pixabay/Tumisu)

1. Stres

Salah satu hal yang paling menguras tenaga dan pikiran adalah stres. Karena sudah stres terlalu lama, sistem kerja tubuh menjadi kacau sehingga produksi hormon tertentu terhambat di tengah jalan.

Pikiran yang terlalu lelah juga otomatis membuat tubuh kekurangan energi sehingga kamu akan merasa kantuk selama beberapa kali dalam sehari bahkan tertidur tanpa sadar meski sedang berada di tengah keramaian.

2. Kecanduan Alkohol

Jika dikonsumsi dalam jumlah wajar dan tidak dalam jangka waktu berdekatan, minuman beralkohol memang bisa menjadi penenang pikiran di tengah hiruk-pikuk kesibukan. Namun, kecanduan minuman beralkohol akan membuat tubuh beraksi untuk menolak zat-zat yang terkandung di dalamnya karena dapat merusak berbagai organ vital.

Karena menurunnya kerja tubuh akibat dirusak oleh minuman beralkohol, kamu akan sering merasa ngantuk dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk tidur.

Baca juga:

Mengakali Indera Perasa Biar Rasa Kantuk Aing Hilang

sering mengantuk
Segera periksa ke dokter jika kamu mengalami gejala hypersomnolence disorder. (Foto: Pixabay/Voltamax)

3. Infeksi Penyakit

Ketika tubuh mengalami infeksi bakteri atau virus, otak akan mengirimkan perintah ke berbagai saraf dan organ vital untuk fokus menyembuhkan area yang terkena infeksi. Otak akan bekerja lebih keras dari biasanya jika kamu belum menyadari bahwa tubuhmu terinfeksi sesuatu.

Karena tetap dipaksa melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasanya, tubuh kehilangan energi lebih banyak. Kamu pun merasakan sensasi kantuk terus menerus meskipun tidak mengalami indikasi infeksi seperti peningkatan suhu tubuh.

4. Trauma Otak

Benturan hebat di bagian kepala berpotensi merusak beberapa saraf penting di dalam otak. Meskipun dokter sudah mengatakan kamu akan baik-baik saja dan bisa kembali melakukan aktivitas seperti biasa, trauma otak bisa kambuh sewaktu-waktu dengan menunjukkan gejala tertentu seperti hypersomnolence disorder, yaitu rasa kantuk yang luar biasa dan datang selama beberapa kali dalam sehari. (Mar)

Baca juga:

Sains Menjawab Alasan Hujan Membuat Kita Mudah Mengantuk

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Maria Theresia

Your limitation -- it's only your imagination.

Berita Terkait

Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Bagikan