Kesehatan

Sains Menjawab Alasan Hujan Membuat Kita Mudah Mengantuk

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Rabu, 06 Juli 2022
Sains Menjawab Alasan Hujan Membuat Kita Mudah Mengantuk

Tidur saat hujan turun memang nikmat. (Foto: Pexels/Artem Podrez)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SAAT hujan memang paling nikmat untuk bermalas-malasan. Banyak orang memiliki alasan untuk tidak melakukan aktivitas apapun, kecuali berbaring di atas kasur dan memejamkan mata karena suasana hujan amat mendukung. Hujan memang bikin mudah mengantuk.

Namun, seperti dilansir Grunge, ada bukti ilmiah yang menyebabkan kita mengantuk saat hujan. Beberapa faktor terkait hujan ternyata membuat mata kita sangat berat untuk tetap terjaga meskipun di pagi atau siang hari.

Baca Juga:

Hari Ini adalah Hari Tidur Sedunia

Ternyata hujan membuat kita mudah mengantuk. (Foto: Pixabay/Sourabh yadav)

1. Sinar matahari

Sinar matahari memicu tubuh manusia untuk menghentikan produksi melatonin. Melatonin adalah hormon yang membuat kita mengantuk seperti saat di malam hari. Ketika kamu tidak melihat sinar matahari pertama di pagi hari, tubuh kamu akan kekurangan melatonin dan ini membuat kamu mengantuk.

2. Aroma hujan

Aroma hujan begitu menyenangkan, menenangkan, dan menyejukkan. Hal ini disebabkan oleh reaksi kimia yang terjadi ketika hujan. Selama musim kering, ada beberapa jenis tumbuhan yang mengeluarkan minyak yang kemudian terserap ke dalam tanah.

Ketika hujan turun, minyak tersebut akhirnya terbawa oleh air dan tercampur dengan senyawa kimia bernama geosemin yang dihasilkan oleh bakteri di dalam tanah.

Baca Juga:

Trik Tidur Nyenyak untuk Tingkatkan Produktivitas selama WFH

Minyak dari tumbuhan dan geosemin dari bakteri tanah yang bercampur akan menghasilkan aroma musky. Aroma yang dihasilkan saat hujan inilah yang menjadi salah satu penyebab orang-orang mudah menguap dan mengantuk.

Saat Hujan turun bisa meningkatkan kualitas tidur. (Foto: Pixabay/Daniela Dimitrova)

3. Suara rintik hujan

Suara rintik hujan memiliki pola ritmis tertentu. Pola ritmis tetes-tetes air hujan yang membentur atap, jendela, payung, ataupun tanah ini disebut sebagai pink noise.

Pink noise merupakan sebuah kategori kebisingan yang berada di rentang frekuensi pendengaran manusia, yakni antara 20 Hz sampai 20.000 Hz. Pink noise mempunyai karakter khusus, yakni memiliki volume yang lebih rendah pada frekuensi-frekuensi suara lebih tinggi.

Berdasarkan beberapa riset, karakter pink noise dapat meningkatkan kualitas tidur manusia. Sebab, pink noise dapat menurunkan tingkat aktivitas di dalam otak manusia. (mrf)

Baca Juga:

Kurang Tidur Pengaruhi Hormon dan Menyebabkan Kenaikan Berat Badan

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Bagikan