Seni Bantu Perbaiki Kesehatan Mental


Coretan bisa menjadi bentuk terapi seni.(foto: freepik/freepik)
CORET-coret buku dan iseng melipat kertas brosur jadi origami sering dianggap kegiatan remeh. Padahal, keduanya merupakan aktivitas seni yang bisa memperbaiki kesehatan mental. Lalu, bagaimana seni bisa berhubungan dengan kesehatan mental?
Pada abad ke-20, terapi seni digunakan untuk mengobati tentara yang terkena PTSD. Terapis seni American Art Therapy Association (AATA) Girija Kaimal mengatakan terapi seni kreatif dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti coretan yang tidak terstruktur atau aktivitas yang lebih spesifik.
BACA JUGA:
"Pengalaman seperti trauma sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata jadi terapi yang dapat mendukung dan menghubungkan pasien dengan ekspresi nonverbal benar-benar merupakan dasar dari terapi seni kreatif," kata Kaimal kepada Smithsonian Magz.
Ketika seseorang kesulitan mengungkapkan perasaannya dalam kata-kata, menggambar, melukis, memahat, membuat kolase, atau membuat topeng dari bubur kertas dapat membantu mereka membuka emosi dan menerjemahkannya menjadi sesuatu yang nyata.

Hal itu memungkinkan mereka untuk berbagi sedikit tentang apa yang mereka alami dengan orang-orang di sekitar mereka. Melalui seni, pengobatan terapi juga lebih aman dan sehat untuk menyalurkan stres serta emosi negatif lainnya daripada memaksa mereka berbicara atau terlibat dalam coping mechanism yang buruk.
BACA JUGA:
Manfaat Storytelling untuk Kesehatan Mental, Salah Satunya Bantu Tingkatkan Daya Ingat
Terapis dituntut untuk kreatif dalam mengajak pasien terlibat dalam terapi seni. Terapis seni dan Direktur Trauma-Informed Practices and Expressive Arts Therapy Institute Cathy Malchiodi mengatakan terapis bisa meminta pasien untuk membuat gerakan atau suara, sebelum benar-benar menyuruh bercerita. Setelah itu, pasien akan menggunakan warna, bentuk, dan garis untuk mengekspresikan emosi mereka.
"Aku meminta mereka untuk membuat gerakan atau bahkan mencoba membuat suara bernafas dan kemudian menggunakan warna, bentuk, serta garis untuk menunjukkan seperti apa bentuknya," tutur Malchiodi kepada majalah Art in America pada Oktober 2021.

Praktik terapi artistik membantu mengeluarkan pengalaman batin yang sulit dan terpendam, yang tidak bisa diungkapkan hanya dengan kata-kata. "Saat kita membatasi diri hanya pada kata-kata, kita kehilangan sebagian besar pengalaman hidup kita. Beberapa orang dapat mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata dengan indah, tetapi kebanyakan dari kita tidak bisa. Memiliki bentuk ekspresif tambahan benar-benar hanya memungkinkan orang seutuhnya untuk menampilkan diri mereka sendiri," tutup Kaimal.(kmp)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja

Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja

Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja

Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
