Redam Polusi Udara, Ratusan Kilogram Garam Ditabur di Langit Jabodetabek


Arsip foto - Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Selasa (25/7/2023). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/nym/pri
MerahPutih.com - Pemerintah mulai melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan menaburkan sebanyak 800 kilogram garam di langit Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut, penyemaian mulai dilakukan sejak Sabtu (19/8) dengan 1 sorti penerbangan.
Penyemaian awan hampir selama 2 jam penebangan (14.15-16.00 WIB) dengan menaburkan garam di atas ketinggian 9 ribu-10 ribu kaki.
Baca Juga:
Solusi Yang Ditawarkan Pengusaha Tekan Polusi Udara
Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo mengatakan, TMC untuk mengurangi polusi udara di wilayah Jabodetabek baru pertama dilakukan. Posko TMC dipusatkan di Bandara Lanud Husein Sastranegara Bandung.
"Sabtu kemarin sudah dilaksanakan satu sorti penerbangan dengan target penyemaian di wilayah Kabupaten Cianjur, Depok, Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat," ungkap Budi dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Senin (21/8).
Budi menambahkan, kegiatan TMC untuk mengurangi polutan sudah pernah dilakukan oleh beberapa negara yaitu Tiongkok, Korea Selatan, Thailand, dan India.
Sementara di Indonesia baru pertama kali dilaksanakan di wilayah Jabodetabek.
Menurut Budi, cara yang lebih efektif untuk mengurangi polutan di daerah tertentu memang dengan menjatuhkan atau mengguyurnya dengan air hujan.
Namun jika hal tersebut tidak memungkinkan dilakukan, maka TMC dapat dilakukan dengan menargetkan "mengganggu" stabilitas atmosfer.
"Ini yang akan kita ganggu, dibuka ibaratnya, sehingga kumpulan-kumpulan polutan yang terkungkung di sekitar wilayah Jakarta bisa terus naik ke atas," tuturnya.
Baca Juga:
Pemprov DKI Larang ASN Bawa Kendaraan Tiap Hari Rabu Tekan Polusi Udara Jakarta
Kendati begitu, lanjut Budi, metode TMC tanpa hujan tersebut memerlukan persiapan matang. Untuk saat ini, pihaknya masih perlu mendesain dan membuat konsul untuk menempatkan dry ice di dalam kabin pesawat.
"Dry ice ini yaitu CO2. Jika packaging dan handling di pesawat sembarangan, kru bisa kehabisan oksigen atau hypoksia," terangnya.
Budi menjelaskan, ada satu alternatif bahan semai lain yang bisa dicoba dan lebih memungkinkan untuk diimplementasikan yaitu menggunakan kapur tohor.
Bahan ini akan mengondisikan udara menjadi lebih panas.
"Tapi prinsipnya sama, mengondisikan suhu di lapisan isotherm pada ketinggian tertentu untuk mengganggu kestabilan atmosfer," tutup Budi. (Knu)
Baca Juga:
Kader PDIP Minta Heru Budi Serius Tangani Polusi Udara, Jangan Hanya KTT ASEAN
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Pagi Ini Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia, Nomor 1 Kota di Afrika

Jakarta Susun Mitigasi Kurangi Emisi GRK 30 Persen hingga 2030

Pagi ini, Kualitas Udara di Jakarta Terburuk Kedua di Dunia

Ketika Udara Bersih Menjadi Kebutuhan: Solusi Praktis untuk Lingkungan Sehat di Rumah

4 Hari Berturut Kualitas Udara Jakarta Masuk 4 Besar Kota Terburuk di Dunia

Udara Jakarta Terburuk Kedua Dunia Setelah Kemarin Nomor 4, Warga Diimbau Pakai Masker

Hari Ini Kualitas Udara Jakarta Terburuk ke-4 Dunia, Nomor 1 Kinshasa

Menteri LH: Kendaraan Berat Tak Lolos Uji Emisi Kena Sanksi

Pemprov DKI Libatkan Daerah Aglomerasi untuk Atasi Polusi Udara Jakarta

Jakarta Dihantam Polusi Terburuk Ketiga Dunia pada Selasa (15/7), Warga Diminta Pakai Masker Saat di Luar Ruangan
