PPKM saat Nataru, Asita Jateng Sebut Tidak Berpengaruh pada Pariwisata


Wakil Ketua Asita Jawa Tengah, Daryono. (MP/Ismail)
MerahPutih.com - Pemerintah memberlakukan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 pada periode Natal 2021 dan Tahun Baru (Nataru) 2022.
Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Jawa Tengah, Daryono mengatakan, kebijakan PPKM Level 3 tidak semuanya berdampak pada pengelola wisata dan travel di Jawa Tengah.
Baca Juga
Varian Omicron Tak Pengaruhi Kebijakan Arab Saudi Soal Umrah
Pasalnya, melihat kondisi saat ini justru sudah banyak wisatawan yang sudah berwisata di awal Desember atau sebelum diberlakukan PPKM Level 3.
"Jadi kami perkirakan pada saat Nataru nanti PPKM Level 3 tidak begitu terpengaruh pada pengelola wisata dan travel di Jawa Tengah," kata Daryono pada MerahPutih.com, Jumat (3/12).
Dikatakannya, kebijakan PPKM Level 3 nanti sedikit berpengaruh pada travel yang membuat paket wisata akhir tahun. Namun, untuk travel lainnya yang tidak jual paket wisata akhir tahun tidak akan terpengaruh.
"Saya rasa itu wajar karena kecenderungan selera konsumen tahun ini dalam berwisata di tengah pandemi sekarang berubah tidak lagi pada momen hari hari raya besar (Lebaran dan Natal). Kalau alasan lain liburan di hari biasa karena sepi dan aman untuk kesehatan tidak berkerumun," katanya.
Ia menyebut tren wisata leisure tidak lagi mengambil masa peak season juga akan berlaku pada tahun depan. Menurutnya, saat ini objek wisata justru ramai kunjungan bahkan di hari-hari biasa.
"Momen liburan di akhir pekan sudah mulai bergeser. Perubahan minat wisatawan ini mulai dipahami oleh travel agent dan pelaku pariwisata," katanya.
Baca Juga
Libur Akhir Tahun, Ribuan Pekerja Hotel Terkena PHK Kembali Dipekerjakan
Sementara itu, dari bisnis perhotelan juga mencatatkan rekor okupansi justru tidak pada hari besar, tetapi pada Oktober dan November. Ia berharap puncak peak season Nataru ini bakal berganti di low season tahun depan.
"Awal tahun seperti Januari, Februari, dan Maret biasa disebut low season. Bulan-bulan itu biasanya sepi kunjungan wisata," katanya.
Namun imbas pergeseran perilaku wisatawan, lanjut dia, masa low season diprediksi bakal menjadi pengganti peak season Nataru 2021. Bahkan okupansinya diperkirakan lebih tinggi ketimbang peak season biasanya.
"Kalau kami melihat, kunjungan wisata akan tinggi saat low season sampai Lebaran tahun depan. Apa yang dirasakan pelaku pariwisata saat ini bisa tergantikan," katanya.
Daryono menambahkan pihaknya mendukung kebijakan pemerintah yang akan menerapkan pembatasan aktivitas sosial akhir tahun. Namun, ia menilai pembatasan ini tidak akan berefek signifikan pada destinasi wisata.
"Program vaksinasi sudah gencar dilakukan. Ditambah lagi banyak destinasi wisata yang juga mengantongi sertifikat CHSE. Saya pikir tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena prokes 5M sudah kami lakukan," pungkasnya. (Ismail/Jawa Tengah)
Baca Juga
Cuaca Ekstrem Membayangi Sebagian Wilayah Indonesia hingga 9 Desember
Bagikan
Andika Pratama
Berita Terkait
MBG Jadi 'Senjata Rahasia' Pemerintah untuk Tarik Wisatawan, Sampai Bikin Dunia Kagum dan Geleng-Geleng Kepala

DPR Desak Pemerintah Kembangkan Wisata Budaya Berbasis Desa

Perang Timur Tengah Meledak, Indonesia Justru Panen Turis? Begini Strategi Kemenparekraf

12 Destinasi di Jakarta Pilihan Kemenparekraf untuk Libur Sekolah Juni-Juli 2025, Anak Auto Cerdas dan Happy!

Polemik Tambang Tak Goyahkan Raja Ampat, Pariwisata Tetap Aman dan Berkelas Dunia

Industri Hotel Merana di Libur Panjang, DPR Ingin Pemerintah Lakukan Hal Ini

Pengembangan Pariwisata Berbasis Minat, Respon Indonesia terhadap Tantangan Ekonomi Global

Jangan Panik! Tarif Trump Justru Buka Pintu Emas Pariwisata Lokal Jadi Tulang Punggung Negeri

Indonesia Tourism Board, Strategi Mewujudkan Indonesia sebagai Destinasi Wisata Unggulan ASEAN

Emirates Airlines Ingin Tambah Penerbangan ke Indonesia, Siap Kerahkan Pesawat Besar Airbus A380 dan Boeing 777
