PPATK Diminta Telusuri Pengumpulan Dana Aksi Teror Lewat Crowdfunding


Pengamanan ledakan bom di Katedral Makasar. (Foto: Antara(
MerahPutih.com - Pengumpulan dana aksi-aksi teror di Indonesia, sudah beralih dengan menggunakan teknologi terkini dengan pola crowdfunding organisasi nirlaba di Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan PPATK dimita segera melacak dugaan transaksi-transaksi gelap tersebut.
"Kami meminta BNPT untuk terus meningkatkan koordinasi dengan lembaga terkait khususnya PPATK guna melacak sinyalemen yang ada," kata Wakil Ketua DPR M Azis Syamsuddin keterangan tertulis kepada wartawan di Jakarta, Jumat (16/4).
Baca Juga:
34 Napi Terorisme di Lapas Gunung Sindur Ucap Ikrar Setia kepada NKRI
Kecurigaan Azis tersebut sejalan dengan penggalangan dana melalui kampanye di media sosial. Yakni dengan modus bantuan kemanusiaan untuk bencana alam, korban konflik di timur tengah, warga terpapar COVID-19 hingga berkedok bantuan panti asuhan.
pt,
Azis meminta masyarakat untuk waspada terhadap adanya jaringan terorisme dalam media sosial. Menurut dia, kelompok terorisme kerap memeiliki kecenderungan menyasar kelompok yang kerap menghabiskan waktu di media sosial.
"Dilanjutkan dengan ajakan, bergabung dalam grup WhatsApp hingga diajarkan merakit bom hingga doktrin menjadi pengantin sebuah istilah lama yang mereka adopsi," katanya.
Sementara itu, terduga teroris yang diburu Densus 88 Antiteror Polri, Saiful Basri, menyerahkan diri ke Polsek Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ia menyerahkan diri ke Polsek Pasar Minggu pada Kamis (15/4) pagi
Kabag Penum Divisi Humas Mabes Polri Kombes Ahmad Ramadhan menyebut Saiful Basri menyerahkan diri karena merasa identitasnya telah diketahui banyak orang.
"Kami sampaikan SB menyerahkan diri dengan alasan identitas dirinya telah diketahui oleh banyak orang melalui medsos sebagai DPO," kata Ramadhan kepada wartawan, Jumat (16/4).

Ramadhan menyebut Saiful Basri diduga terlibat dalam perencanaan membuat bom, perencanaan teror, hingga percobaan bom di Bogor, Jawa Barat dan melakukan pelatihan serta percobaan bom di daerah Ciampea, Bogor.
"Pelaku diduga mengetahui pembelian remote dan aseton dan menyiapkan arang-arang sebagai bahan peledak," ucapnya.
Saiful Basri saat ini telah diserahkan ke Densus 88. Usai Saiful Basri menyerahkan diri, DPO teroris di Jakarta tinggal tersisa tiga orang.
"Dari total enam DPO yang sudah ada, tiga DPO sudah diamankan dan tinggal tiga DPO lagi yang masih dalam pengejaran Densus 88, yaitu ARH, YI, dan SN," ujarnya. (Knu)
Baca Juga:
Dua Warga Jakarta Selatan Jadi Buronan Kasus Terorisme
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Polisi Minta PPATK Telusuri Aliran Dana ke Para Pelaku Kerusuhan Demo Jakarta

Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia

785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta

DPR Ternyata Soroti PPATK Blokir Rekening Masyarakat hingga Royalti Hak Cipta Lagu

PPATK Tegaskan Cuma Blokir Rekening e-Wallet Terindikasi Judol, Tahun Ini Ada Rp 1,6 T

Langkah PPATK Dikhawatirkan Bikin Warga Berbondong-bondong Tarik Uang dari Bank

Awas Penipuan! DPR Ungkap Biaya Pembukaan Blokir Rekening PPATK Itu Palsu

Rekening Ketua MUI Cholil Nafis Diblokir PPATK: Kebijakan yang Tak Bijak

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

PPATK Temukan Rekening Bank Dijual Bebas di Marketplace, Diduga untuk Cuci Uang
