Kesehatan Mental

Perilaku Hiperseks Bisa Jadi Tanda PTSD

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Jumat, 03 Maret 2023
Perilaku Hiperseks Bisa Jadi Tanda PTSD

Hiperseks bisa menjadi gejala gangguan mental lain. (Pixabay/congerdesign)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

HUBUNGAN intim antara suami dan istri memang menjadi salah satu pilar rumah tangga terpenting selain stabilitas ekonomi dan komunikasi yang sehat. Hubungan intim harus dilakukan dengan nyaman serta tanpa paksaan dari satu pihak.

Lalu bagaimana jika ternyata pasangan terus menerus 'minta jatah' hingga bisa masuk dalam kategori hiperseks? Lebih baik segera ajak pasangan untuk konsultasi kepada psikolog atau jika perlu ke psikiater, karena bisa jadi pasanganmu tanpa sadar mengidap gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Menurut Healthmatch, seseorang yang mengidap hiperseks sebagai akibat dari PTSD yang tak segera disembuhkan, 'menggunakan' hubungan intim sebagai coping mechanism alias senjata menutupi gejala dari PTSD itu sendiri.

Gangguan stres pasca-trauma seringkali membutuhkan kegiatan yang dapat mengusir rasa gusar, stres, tidak nyaman, dan ketakutan seperti contohnya berhubungan intim terus menerus.

Baca juga:

Grafoterapi, Kurangi Stres Lewat Goresan atau Tulisan Tangan

Perilaku Hiperseks Bisa Jadi Tanda PTSD
Trauma di masa lalu seringkali menimbulkan perilaku menyimpang. (Pixabay/Anemone123)

Cara otak mengalihkan rasa trauma

Umumnya tubuh akan merasa tidak nyaman ketika mengalami stres berat, sehingga secara otomatis otak akan mencari memori-memori tertentu yang menyenangkan dan biasa dilakukan oleh sang pengidap untuk mengalihkan rasa trauma tersebut.

Jika kebetulan berhubungan intim merupakan salah satu kegiatan yang dapat mengusir stres dengan cepat bagi sang pengidap, otak akan terus menerus memerintah tubuh untuk meningkatkan frekuensi berhubungan intim.

Baca juga:

Kehilangan Daya Tarik Seksual Terhadap Pasangan Itu Wajar

Perilaku Hiperseks Bisa Jadi Tanda PTSD
Gangguan mental membutuhkan terapi khusus. (Pixabay/rtdisoho)

Rasa ingin mendominasi

Penyebab seseorang mengidap PTSD adalah mengalami trauma berat dalam hidup. Bisa jadi mereka adalah korban perang, atau perwira yang selamat dari perang tapi terlanjur menyaksikan pembantaian di medan perang.

Tak jarang pengidap PTSD juga merupakan korban dari kasus pelecehan seksual atau korban kekerasan dari orang terdekat. Dalam lubuk hatinya, pengidap PTSD merasa harga dirinya telah dirampas oleh orang lain sehingga salah satu cara untuk menutupi hal tersebut adalah dengan menjadi sosok hiperseks agar bisa mendominasi orang lain.

Membutuhkan perhatian lebih

Hubungan intim merupakan hubungan yang sakral. Bagaimana tidak? Kamu dan pasangan akan saling berbagi emosi, kasih sayang, perhatian, intimasi, dan rasa saling percaya antar satu sama lain.

Pengidap PTSD tentunya membutuhkan banyak perhatian yang sayangnya tidak banyak disadari oleh orang-orang di sekitarnya. Pengidap PTSD akhirnya mencari perhatian lebih tersebut melalui perilaku hiperseks. (Mar)

Baca juga:

4 Zodiak yang Lihai Atasi Stres

#Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Maria Theresia

Your limitation -- it's only your imagination.

Berita Terkait

Fun
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Merawat diri tidak lagi sekadar urusan penampilan fisik, tetapi juga menjadi sarana penting untuk menjaga kesehatan mental dan keseimbangan emosional.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Lifestyle
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Hanya dengan 15 menit 9 detik gerakan sederhana setiap hari, partisipan mengalami peningkatan suasana hati 21 persen lebih tinggi jika dibandingkan ikut wellness retreat.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Lifestyle
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Untuk skizofrenia, faktor risikonya mencakup genetik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Mei 2025
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Bagikan