Sains

NASA Luncurkan Roket untuk Pelajari Supernova Berusia 20.000 Tahun

Andrew FrancoisAndrew Francois - Senin, 30 Oktober 2023
NASA Luncurkan Roket untuk Pelajari Supernova Berusia 20.000 Tahun

Supernova sudah terjadi pada 20.000 tahun lalu. (Foto: ESA/Hubble/NASA/Z. Levay)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

CARA terbaik untuk memahami peristiwa siklus hidup bintang adalah dengan mengamatinya secara langsung saat berkembang. Akhir pekan ini, roket NASA akan mengamati peristiwa dramatis yang melibatkan bintang yang berjarak sekitar 2.600 tahun cahaya dari Bumi, berada di konstelasi Cygnus.

Bintang tersebut, yang dulunya memiliki massa besar, mungkin setara dengan 20 kali lipat ukuran Matahari kita, mengalami supernova yang sangat terang. Bahkan ledakan ini dapat terlihat oleh orang-orang di Bumi dengan mata telanjang di siang hari.

Meski ledakan tersebut terjadi sekitar 20.000 tahun yang lalu, materi yang dilemparkan oleh bintang selama supernova masih tersebar dengan kecepatan yang luar biasa, sekitar 930.000 mil (1,5 juta kilometer) per jam, seperti diwartakan Space, Minggu (29/10).

Materi itu membentang tiga kali lipat ukuran bulan purnama pada 2012 dan sekarang diyakini memiliki panjang sekitar 120 tahun cahaya. Sisa-sisa itu, yang dikenal sebagai Cygnus Loop oleh para astronom, adalah langka karena mencerminkan peristiwa ledakan supernova yang masih berlangsung.

Baca juga:

NASA Tunda Peluncuran Roket ke Bulan

Roket NASA akan menangkap gambaran supernova selama beberapa menit di ruang angkasa. (Foto: NASA)

Hal itu memberikan wawasan real-time tentang bagaimana unsur-unsur berat terbentuk di dalam inti bintang dan kemudian tersebar kembali ke alam semesta. Generasi bintang dan galaksi berikutnya akan mewarisi unsur-unsur ini dan mengalami manifestasi mereka dalam ribuan tahun mendatang.

"Supernova seperti yang menciptakan Cygnus Loop memiliki dampak besar pada pembentukan galaksi," kata Brian Fleming dari Universitas Colorado Boulder, yang merupakan peneliti utama misi tersebut. Fleming dan timnya akan mengamati Cygnus Loop pada hari Minggu dengan meluncurkan instrumen di atas roket kecil ke ruang suborbital.

Misi yang dinamakan INFUSE (Integral Field Ultraviolet Spectroscopic Experiment) itu diharapkan untuk mengumpulkan informasi tentang sisa-sisa tersebut selama beberapa menit dari ketinggian sejauh 150 mil (240 km), setelah lepas landas dari New Mexico pada hari Minggu lalu pukul 23:35 ET.

Instrumen itu akan fokus pada pengumpulan aliran cahaya dari Cygnus Loop dalam panjang gelombang ultraviolet jauh. Cahaya itu akan memberikan wawasan tentang sisa-sisa debu dan gas yang masih ada.

Baca juga:

Sukses dengan Uji Misi Artemis I, NASA Siapkan Peluncuran Roket ke Bulan

Roket NASA berangkat pada Minggu dari New Mexico. (Foto: NASA)

Diperkirakan sisa debu dan gas itu akan memiliki suhu antara 90.000 hingga 540.000 derajat Fahrenheit (sekitar 50.000 hingga 300.000 derajat Celsius). Itu juga akan membantu dalam memahami interaksi materi panas dengan gas dingin di luar angkasa saat sedang mengembang.

"INFUSE akan mengamati bagaimana supernova memancarkan energi ke dalam Bima Sakti dengan merekam cahaya yang dikeluarkan saat gelombang ledakan bertabrakan dengan kantong gas dingin yang mengelilingi galaksi," kata Fleming dalam pernyataan yang sama.

Data itu diharapkan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang lokasi unsur-unsur tertentu di dalam sisa-sisa ini dan akhirnya membantu dalam memahami siklus hidup bintang dan galaksi. (waf)

Baca juga:

Sukses dengan Uji Misi Artemis I, NASA Siapkan Peluncuran Roket ke Bulan

#Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Andrew Francois

I write everything about cars, bikes, MotoGP, Formula 1, tech, games, and lifestyle.

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Fun
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Ilmuwan temukan warna ‘olo’ — biru-hijau super pekat yang hanya terlihat dengan teknologi laser Oz.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 21 April 2025
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Bagikan