Misteri Batu Berjalan di Death Valley, Terpecahkan

P Suryo RP Suryo R - Kamis, 21 September 2023
Misteri Batu Berjalan di Death Valley, Terpecahkan

Batu berjalan dibuktikan dengan jejak khas seperti bekas tergeser. (Unsplash/Andrey Grinkevich)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

BANYAK fenomena di dunia ini yang dianggap misteri bagi sebagian orang. Kemudoan fenomena ini yang menarik ilmuwan untuk membuktikan secara ilmiah.

Tentu saja, semuanya memiliki alasan yang tepat dan dengan penerapan metode ilmiah yang tepat, pada akhirnya alasan tersebut dapat diungkap. Salah satu misteri alam terlama di Amerika Serikat adalah misteri Batu Berjalan di Death Valley.

Baca Juga:

Danau Toba Perpaduan Alam dan Budaya yang Indah

batu
Konon batu-bau ini bergerak sepanjang tanah ketika tidak ada orang yang melihat. (Pixabay/PDPhotos)

Di Taman Nasional Death Valley, yang terletak di perbatasan antara California dan Nevada, terdapat hamparan tanah kering yang dikenal dengan nama Racetrack Playa. Nama itu mengacu pada batu-batu besar dan berat yang menghiasi permukaannya. Konon batu-bau ini bergerak sepanjang tanah ketika tidak ada orang yang melihat. Itu dibuktikan dengan jejak khas seperti bekas tergeser.

Batu-batu yang 'berjalan' ini menjadi topik penyelidikan ilmiah sejak awal tahun 1900-an. Para peneliti berusaha mencari tahu kemungkinan yang menggerakkan batu-batu yang berat ini. Baru pada tahun 2014 titik cerah nampak di permukaan.

Dari pandangan sekilas, batu-batu berat yang melapisi Racetrack Playa seharusnya tidak bisa bergerak kecuali dengan bantuan alat-alat berat. Lagipula, ini adalah tanah yang benar-benar datar, bebatuan itu mungkin awalnya jatuh dari permukaan tebing di sekitarnya.

Kemudian setelah berada di tanah yang padat tidak akan bergerak ke mana-mana. Setidaknya tanpa sesuatu yang mendorongnya. Yang terjadi sesungguhnya ada sesuatu yang mendorong batu-batu ini. Hanya saja bukan sesuatu yang bisa dilihat dengan mata telanjang.

Pada tahun 2014, dengan menggunakan kombinasi kamera time-laps dan sensor kecil yang dipasang pada batu-batu itu. Para peneliti menemukan pandangan aktual pergerakan batu untuk pertama kalinya dalam sejarah. Para pakar dapat melihat bahwa yang menggerakkan batu-batu ini adalah es.

Baca Juga:

Situ Bagendit Selesai Ditata Ulang, Dibagi dalam 6 Zona Memanjakan Pelancong

batu
Pergerakannya yang sangat lambat, bahkan nyaris tidak terdeteksi. (Unsplash/Urip Dunker)

Laman slashgear menuliskan bahwa meskipun di siang hari sangat panas, namun pada malam hari wilayah ini sangat dingin. Meskipun sangat jarang sekali hujan turun pada musim dingin di Death Valley, tapi hujan ini membentuk lapisan es yang sangat tipis di tanah.

Ketika matahari terbit dan suhu kembali naik, es mencair, membuat tanah di sekitarnya menjadi berlumpur. Tetapi, lapisan es kecil tetap berada di bawah bebatuan dalam waktu yang lebih lama. Pada saat itu, yang diperlukan hanyalah angin dengan kecepatan rendah dan bebatuan mulai bergeser.

Alasan mengapa tidak ada orang yang bisa melihat bebatuan itu bergerak adalah karena pergerakannya yang sangat lambat, bahkan nyaris tidak terdeteksi. Dengan sedikit angin dan lapisan es, bebatuan hanya akan bergeser sekitar lima hingga 15 kaki per menit (152 - 457 cm) dan hanya bergerak selama sekitar 15 menit.

Pada saat orang-orang menyadari bahwa bebatuan telah bergerak sedikit, batu-batu itu sudah berhenti. Ditambah lagi, jika semua bebatuan di tanah bergerak sekaligus, orang-orang mungkin akan menganggap gerakan tersebut sebagai tipuan matahari gurun.

Meskipun misteri batu berjalan telah terpecahkan, namun tetap menjadi salah satu atraksi paling terkenal di Death Valley hingga saat ini. Tidak hanya bagus untuk dilihat, tetapi juga merupakan implikasi dari kejadian alam yang benar-benar sempurna. Hal ini tidak akan pernah bisa terjadi kecuali jika setiap elemen yang relevan berada dalam posisi yang benar-benar sempurna. (aqb)

Baca Juga:

Lepas Penat di Pulau Penyengat

#Wisata #Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Dunia
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Membuka jalan bagi lahirnya generasi baru komputer superkuat.
Dwi Astarini - Rabu, 08 Oktober 2025
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Travel
Makanan Halal Magnet Utama Pilihan Liburan Muslim Indonesia
Temuan ini berdampak langsung pada strategi destinasi dunia, mulai dari Tokyo hingga Dubai, yang kini semakin memperhatikan fasilitas halal demi menarik wisatawan muslim.
Dwi Astarini - Senin, 29 September 2025
Makanan Halal Magnet Utama Pilihan Liburan Muslim Indonesia
Travel
Aji Mumpung Banget ini, Seoul Tawarkan Paket Wisata dengan Kelas Tari 'KPop Demon Hunters'
'KPop Demon Hunters' telah menjadi panduan tidak resmi bagi wisatawan asing.
Dwi Astarini - Rabu, 10 September 2025
Aji Mumpung Banget ini, Seoul Tawarkan Paket Wisata dengan Kelas Tari 'KPop Demon Hunters'
Travel
Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman
Pulau ini meluncurkan pengumuman etika multibahasa pertama di Korea.
Dwi Astarini - Kamis, 21 Agustus 2025
Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman
Indonesia
PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, berencana membuka Ragunan hingga malam hari. Namun, hal itu langsung ditolak keras oleh fraksi PSI DPRD DKI Jakarta.
Soffi Amira - Rabu, 20 Agustus 2025
PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas
Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Indonesia
Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan
Pulau kecil hasil reklamasi di perairan Gili Gede, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat terancam disegel pemerintah daerah setempat.
Wisnu Cipto - Selasa, 05 Agustus 2025
Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan
Indonesia
Serba-serbi Gunung Tambora, Pesona Jantung Konservasi Alam Khas Indonesia Timur
Gunung Tambora merupakan satu-satunya balai taman nasional terlengkap di Indonesia
Wisnu Cipto - Kamis, 31 Juli 2025
Serba-serbi Gunung Tambora, Pesona Jantung Konservasi Alam Khas Indonesia Timur
Bagikan