Kesehatan

Mengenal Sindrom Tourette, Kondisi Dialami Lewis Capaldi saat Konser Berlangsung

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Minggu, 05 Maret 2023
Mengenal Sindrom Tourette, Kondisi Dialami Lewis Capaldi saat Konser Berlangsung

Lewis Capaldi mengidap sindrom tourette. (Foto: Instagram/@lewiscapaldi)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

PENYANYI Lewis Capaldi tidak dapat menyelesaikan seluruh lirik lagu Someone You Loved saat menghibur penggemar pada sebuah konser yang digelar di Eropa beberapa waktu lalu. Saat lagu hampir berakhir, tiba-tiba ia menolehkan kepalanya ke kiri berulang kali.

Dalam kondisi tersebut ia masih tetap berusaha melantunkan lagu. Hingga pada akhirnya Capaldi berhenti bernyanyi karena ia sudah merasa tidak nyaman. Seluruh penonton yang hadir tetap mendukung Capaldi dengan cara sing along untuk menyelesaikan lirik Someone You Loved.

Baca Juga:

Pasien Long COVID-19 Berisiko Terkena Kerusakan Syaraf

Kejadian yang dialami oleh Capaldi saat itu dibagikan oleh sebuah akun TikTok. Rupanya, gerakan menolehkan kepala yang ia lakukan merupakan salah satu gejala pada gangguan syaraf bernama sindrom tourette. Pengidap gangguan ini akan melakukan tics atau gerakan tubuh berulang yang tidak bisa dikendalikan seperti yang dialami penyanyi asal Skotlandia itu.

"Sindrome tourette ditandai dengan tics motorik dan vokal. Hal tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan, menganggu, dan memengaruhi aktivitas seseorang," ucap Dokter Penyakit Dalam Graham Rogers, M.D seperti dikutip dari Medical News Today.

Lewis Capaldi tetap melanjutkan konser meski sindrome tourette kambuh. (Foto: Instagram/@lewiscapaldi)

National Institute Of Neurogical Disorders and Stroke (NINDS), menjelaskan sindrom tourette merupakan sebuah gangguan neurologis yang menyebabkan pengidapnya melakukan gerakan cepat dan berulang. Sindrom tourette juga termasuk salah satu dari kelompok gangguan perkembangan sistem syaraf.

Gangguan ini paling sering dialami oleh pria dibandingkan perempuan. Kondisi umumnya memburuk saat usia remaja awal dan mulai terkendali ketika memasuki usia 20 tahun. Akan tetapi pada beberapa orang, kondisi ini bisa bersifat kronis dan kekambuhan dapat terjadi kapan saja saat sudah dewasa.

Baca Juga:

Air Hangat Tingkatkan Sistem Syaraf

Menurut Tourette Association of America, sampai saat ini penyebab sindrom tourette masih belum diketahui. Kondisi ini cenderung terjadi dalam keluarga dan banyak penelitian mengungkapkan kondisi ini terjadi karena faktor genetik.

Gerakan menolehkan kepala yang dialami Capaldi disebut dengan tics motorik. (Foto: Instagram/@lewiscapaldi)

Meski begitu, lingkungan atau kejadian khusus lainnya bisa menjadi salah satu faktor pemicu lainnya walau masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Para peneliti masih terus mencari faktor lain yang mendasari perkembangan gangguan kesehatan ini.

Tics menjadi gejala utama sindrom tourette, dan bisa berlangsung ringan hingga parah. Bila sifatnya ringan, maka gerakan yang dilakukan cenderung tiba-tiba, singkat, dan berulang serta melibatkan beberapa kelompok otot.

Secara umum, gejala sindrom tourette dibagi menjadi dua kategori, yakni tics motorik dan tics vokal. Gejala tics motorik lebih dulu terjadi sebelum tics vokal yang meliputi mata berkedip dan gerakan mata lainnya, wajah meringis, mengangkat bahu, dan kepala atau bahu menyentak. Sementara pada gejala vokal, pengidapnya bisa mengerang, batuk, berdeham, dan menggonggong. (dkr)

Baca Juga:

Jangan Berlebihan Minum Air Kelapa, Mengapa?

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Bagikan