vaksin covid-19

Mengenal Ragam Vaksin COVID-19 dan Dampaknya pada Penderita Komorbid

Iftinavia PradinantiaIftinavia Pradinantia - Jumat, 06 Agustus 2021
Mengenal Ragam Vaksin COVID-19 dan Dampaknya pada Penderita Komorbid

Kenali ragam vaksin dan efeknya pada tubuhmu (Sumber: Pexels/Frank Merino)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

COVID-19 begitu menakutkan. Apalagi untuk mereka yang punya komorbid. Orang-orang yang memiliki penyakit komorbid menjadi kelompok yang paling rentan mengalami COVID-19 dengan gejala berat dan membutuhkan perawatan intensif. Tidak sedikit yang kemudian mati karena komorbidnya menjadi semakin parah karena dipicu oleh virus corona.

Kini, vaksin hadir dan disebut-sebut mampu menjadi penawar dari 'keganasan' COVID-19. Namun, apakah vaksin boleh diberikan untuk mereka yang punya komorbid? Apakah ada efek samping yang timbul setelah mereka mendapatkan vaksin COVID-19?

Baca juga:

Cerita Bagirata Bantu Pekerja Terdampak

Menurut informasi yang dilansir dari ALODOKTER, vaksin COVID-19 penting untuk mereka yang punya penyakit kronis atau komorbid. Itu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi atau gejala berat apabila mereka terpapar COVID-19 di kemudian hari. Dengan banyaknya ragam vaksin yang tersedia saat ini, penting bagi orang-orang dengan komorbid untuk mencari tahu yang sesuai dengan kebutuhannya.

Berikut berbagai vaksin yang tersedia saat ini:

1. Vaksin Sinovac

sinovac
Ilustrasi Sinovac (Sumber: Pexels/cottonbro)

Vaksin Sinovac-CoronaVac adalah yang pertama hadir di Indonesia. Antivirus ini berisi virus Corona yang sudah dilemahkan atau dimatikan (inactivated virus). Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menyatakan vaksin Sinovac aman diberikan kepada pasien dengan komorbid tertentu seperti penyakit nodul tiroid, diabetes melitus, hipertensi, infeksi HIV (dengan syarat kadar CD4 di atas 200sel/mm3 dan dalam kondisi sehat), gangguan psikosomatis, penyakit hati, obesitas, penyakit hai, kanker paru, dan penyakit paru-paru kronis (asma, penyakit paru obstruktif kronis atau interstitial lung disease).

2. Vaksin AstraZeneca

vaksin covid
Ilustrasi Astra Zeneca (Sumber: Pexels/cottonbro)

Vaksin ini merupakan vaksin yang mengandung virus biosintetik hasil rekayasa genetik (viral vector) dari virus influenza. Berdasarkan hasil uji klinis, vaksin AstraZeneca juga aman dan direkomendasikan untuk penderita komorbid diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit peredaran darah, penyakit paru-paru dan obesitas. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) tidak melarang penggunaan vaksin AstraZeneca bagi para penderita penyakit kardiovaskular selama penyakit komorbid yang dialami pasien terkontrol dengan baik.

Walaupun ada pembekuan darah yang terjadi saat seseorang mendapatkan vaksin AstraZeneca kasusnya sangat rendah dan jarang terjadi. Hubungan antara pembekuan darah dan vaksin COVID-19 juga masih perlu diteliti lebih lanjut. Dibandingkan dengan efek sampingnya, manfaat yang didapat dalam mencegah COVID-19 jauh lebih besar.

Baca juga:

Jagoan Negeri Aing Berjuang Mencari Rumah Sakit Non-COVID

3. Vaksin Sinopharm

vaksin
Ilustrasi vaksin Sinopharm (Sumber: Pexels/Karolina Grabowska)

Selain vaksin Sinovac, vaksin Sinopharm juga terbuat dari virus Corona yang sudah dimatikan. WHO menyebut vaksin Sinopharm diperbolehkan untuk mereka yang menderita HIV. Perlu ditinjau lebih lanjut apakah vaksin ini aman diberikan untuk penderita diabetes, hipertensi dan penyakit jantung. Oleh karena itu, vaksin Sinopharm masih fokus diberikan pada mereka yang berusia di atas 16 tahun. Sementara untuk penderita komorbid yang ingin mendapatkan vaksin Sinopharm harus dengan persetujuan dokter.

4. Vaksin Pfizer

vaksin pfizer
Pfizer (Sumber: Pexels/Artem Podrez)

Vaksin Pfizer merupakan vaksin COVID-19 jenis mRNA (messenger RNA). Vaksin jenis mRNA menggunakan komponen materi genetik yang membantu stimulasi sistem kekebalan tubuh. Dengan demikian, tubuh akan memproduksi spike protein virus corona. Berdasarkan uji klinis tahap ketiga, vaksin Pfizer aman untuk penderita diabetes, hipertensi, HIV, gangguan ginjal, serta penyakit paru kronis. Vaksin jenis ini juga aman diberikan pada pasien dengan gangguan autoimun seperti lupus.

5. Vaksin Moderna

moderna
Vaksin Moderna (Sumber: Pexels/Artem Podrez)

Sama seperti Pfizer, Moderna juga merupakan vaksin jenis mRNA. Vaksin Moderna aman diberikan pada mereka yang menderita diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit jantung, penyakit paru-paru seperti asma hingga obesitas. (Avia)

Baca juga:

Tenaga Kesehatan Hamil Tua Tetap Bertugas Saat

#Kesehatan #Vaksinasi #Vaksin Covid-19
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pemerintah Jemput Bola Vaksinasi Ribuan Hewan Peliharaan, Jakarta Targetkan Bebas Rabies
Sebanyak 14.645 ekor hewan yang divaksin itu terdiri atas anjing 2.363 ekor, kucing 12.126 ekor, kera 104 ekor dan musang 52 ekor.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 16 September 2025
Pemerintah Jemput Bola Vaksinasi Ribuan Hewan Peliharaan, Jakarta Targetkan Bebas Rabies
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Bagikan