Tenaga Kesehatan Hamil Tua Tetap Bertugas Saat Pandemi Sejatinya Jagoan Negeri Aing


Tenaga kesehatan tetap pakai hazmat meski sedang hamil
ANNA Asmaul, seorang dokter di sebuah fasilitas kesehatan Jakarta, tengah hamil 24 minggu ketika kasus pertama COVID-19 muncul secara resmi di Indonesia. Sesuai protokol kesehatan WHO (World Health Organization) setiap tenaga kesehatan harus mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) selama bertugas.
"Mulai pakai Alat Pelindung Diri (APD) dari usia kandungan di atas 28. Usia 32 minggu udah pakai hazmat lengkap," kisahnya.
Baca juga:
Di tengah kondisi was-was banyak orang, termasuk tenaga kesehatan, terhadap COVID-19, Anna tetap harus bertugas saban hari menangani pasien. Ia harus bertugas di saat ketersediaan hazmat terbatas. Alhasil, Anna juga para nakes lain harus menyiasati mengenakan jas hujan pegganti hazmat saat bertugas di rumah sakit. "Dulu masih butuh sumbangan hazmat," ucapnya.
Tak mudah cepat beradaptasi bagi para nakes di awal pandemi. Mereka harus bersiaga memantau perkembangan COVID-19, protokol kerja, penanganan pasien baik Non maupun COVID-19, dan harus berlama-lama berpisah dari orang rumah. Keadaan tersebut harus dilakoni Anna saat tengah hamil besar. "Gerah, sesak tapi tetap jaga malam dan jaga poli Infeksi Saluran Pernapasan Akut," ujarnya.

Banyak para nakes tak pulang lantaran selain harus berjaga di rumah sakit, juga meminimalisasi penularan COVID-19 kepada keluarga di rumah. Kabar nakes positif bahkan meninggal terpapar COVID-19 mencuat. Anna harus tetap tegar menjalani tugas meski kabar buruk dan kelelahan acap melandanya di tengah mengandung.
Pikirannya sempat terpecah antara keluarga di rumah, kandungannya, dan tugas di rumah sakit, serta kekhawatiran terhadap COVID-19. Anna harus berjuang saba hari di dalam hazmat dan berlapis masker, perubahan mood karena hormon kehamilan, serta kondisi kehamilannya.
"Sakit badan, susah tidur, kegerahan. Belum lagi aku ada thalasemia minor jadi HB rendah. Pas hamil sempat ngedrop 5.5 transfusi 5 kantong," lanjutnya.
Perjuangan emak jagoan ini belum berhenti setelah anaknya lahir. Setiap pulang ke rumah, ia selalu diliputi rasa khawatir, takut membawa virus. "Pulang ke rumah jam sembilan malam enggak boleh sentuh apa-apa dulu. Disinfeksi semua, mandi, keramas, baru ketemu anak udah bobo," jelasnya.
Meski sudah coba menerapkan protokol kesehatan seketat mungkin, Anna tak terhindar dari paparan virus. Ia telah menerima hasil PCR positif COVID-19 sebanyak dua kali.

"Pertama tahun 2020 jadi masih takut banget dan minim update info jadi tetep isoman, beda kamar, pakai masker dobel. Untuk ASI pumping dan kasih ke Cio (anaknya) pake cup feeder atau dot. Untungnya orang serumah negatif semua," kisahnya.
Sementara COVID-19 kedua dialaminya pada tahun 2021. Sudah mendapatkan informasi cukup, ia lebih fleksibel dan berani menyusui anaknya secara langsung. "Pastikann benar-benar bersih. Cuci tangan, masker dobel, ganti baju baru tiap mau menyusui, cuci area payudara, terus disinfeksi area kita sentuh (kursi atau kasur) sebelum dan sesudah menyusui. Setelah itu kasih lagi Cio ke anggota keluarga sehat," urainya.
Selama menjalani isoman, ia melakukan berbagai hal menyenangkan agar proses recovery berjalan cepat. "Makan banyak dan enak. Masuk-masukin barang di cart Shopee tapi enggak checkout. Berjemur kalau pagi dan pastikan anggota keluarga jauh-jauh. Ngandelin sinar matahari masuk kamar. Dan karena aku OTG jadi tetap workout," ungkapnya mengisahkan keseharian saat isoman.
Baca juga:
Meski harus mengisolasi dirinya serta jauh dari sang buah hati, Anna tetap berusaha berpikir positif. "Mungkin memang waktunya dikasih istirahat sama Allah."
Sebagai manusia biasa, dalam titik tertentu, ia sering merasa stres. "Pernah pasien enggak berhenti dari jam 14:00, dan baru bisa istirahat buat shalat dan lain-lain jam 18:30. Full periksa pasien dan nanganin," tuturnya.
Kesibukan tersebut terjadi lantaran membludaknya pasien di Puskesmas tempatnya bekerja. Ia pontang panting mencari rujukan ke rumah sakit untuk pasiennya. Sayangnya, semua rumah sakit mengatakan rumah sakit full. "Setiap ada pasien gawat ke puskesmas yang butuh rumah sakit ya pusing cari rujukan. Dimana-mana full, mana stok oksigen dan alat-alat terbatas. Terus kondisi pasien juga kmungkinan memburuk".
Kendati kesibukan membuatnya harus terus-menerus bekerja, Anna selalu punya ruang untuk buah hatinya biasa dipanggil Cio. Sesibuk apapun Anna sebagai dokter, ia selalu menyempatkan diri memasakkan MPASI (makanan Pendamping ASI) bahkan menyuapi anaknya jika ada di rumah. Baginya, anak tetaplah prioritas.

Keluar dari zona nyaman (Foto: ISTIMEWA)
"Kalau misal nih jaga sore, pagi sempetkan buat masak sarapan, nyuapin sarapan, masakin buat siang dan malam, suapin makan siang," katanya.
Menunya pun dibuat begitu beragam agar anaknya tidak bosan. Di sela-sela kesibukan, ia coba mencari resep di sosial media. "Seringnya udah direncankan dari sehari, dua hari sebelumnya. Sambil tiduran sambil scroll-scroll sosmed cari menu buat Cio. Kadang sambil jaga pas rehat atau enggak ada pasien liat menu lagi".
Anna mengaku kesal dengan masyarakat masih lengah terhadap protokol kesehatan. "Kalo masih ada orang cuek i bahkan enggak percaya corona, heeeyy tolong lah! Di luar sana banyak orang mati-matian jaga demi keluarganya karena kalo kendor atau enggak peduli prokes itu efeknya bukan rugi diri sendiri doang tapi orang lain juga!" ujarnya keras.
"Kami nih nakes mau hamil, mau abis lahiran, atau menyusui tetp jagaa prokes karena udah kewajiban. Kalo disuruh milih, pengennya mah di rumah aja, enggak kepapar. At least bisa lindungin keluarga. Tapi sudah kewajiban dan sumpah," ketusnya.
Ia berharap pandemi cepat berakhir agar anaknya punya kesempatan bermain outdoor tanpa rasa takut. "Semogaa corona cepet ilang biar bisa bebas main outdoor tanpa takut. Makanya yuk patuh prokes, vaksinn, demi anak-cucu kita," tukasnya. (Avia)
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
