Kesehatan

Mengenal Coronasomnia dan Cara Mengatasinya

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Kamis, 07 Januari 2021
Mengenal Coronasomnia dan Cara Mengatasinya

Coronasomnia dapat diatasi. (Foto: 123RF/ocusfocus)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

ADA nama khusus untuk insomnia yang telah muncul di seluruh dunia dalam sembilan bulan terakhir: coronasomnia. Seperti yang dikatakan Alon Avidan, seorang ahli saraf yang mengarahkan UCLA Sleep Disorders Center, dalam sebuah wawancara untuk Washington Post, "Dengan COVID-19, kami menyadari bahwa sekarang ada epidemi masalah tidur."

Spesialis perilaku tidur terkemuka, Donn Posner, asisten profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford dan presiden Konsultan Sleepwell, bercerita bahwa ketika memberikan ceramah tentang kesehatan tidur, dia selalu bertanya siapa di antara hadirin yang dapat tidur tanpa kesulitan.

Baca juga:

Tak Ingin Insomnia? Hindari Makanan Berikut

Kemudian dia bertanya kepada mereka bagaimana mereka melakukannya. Ternyata, tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu karena tidur adalah fungsi tubuh kita yang tidak bisa kita kendalikan.

"Sama seperti Anda tidak bisa membuat jantung Anda berdebar atau membuat diri Anda bernapas, Anda juga tidak bisa membuat diri Anda tertidur. Orang yang tidur nyenyak tidak membuat diri mereka tertidur. Mencoba membuat diri Anda tidur, menjadi terpaku pada tidur Anda, adalah faktor yang terus berlanjut yang membuat insomnia Anda tetap hidup," kata Posner dalam artikel di psychologytoday.com (6/1).

Pandemi memperburuk kualitas tidur. (Foto: 123RF/Shao-Chun Wang)

Jadi, jika tidur adalah fungsi otomatis, apa yang membuat banyak dari kita sulit mendapatkan tidur nyenyak pada malam hari? Dan mengapa pandemi memperburuknya?

Menurut National Institutes of Health, Insomnia adalah gangguan tidur yang umum. Akibat insomnia, kamu mungkin kesulitan tidur, tidak bisa nyenyak, atau kualitas tidur kurang. Ini terjadi meskipun kamu punya waktu dan lingkungan yang tepat untuk tidur nyenyak.

Insomnia mengganggu aktivitas harian dan mungkin membuat merasa tidak nyaman atau mengantuk di siang hari. Insomnia jangka pendek dapat disebabkan oleh stres atau perubahan jadwal atau lingkungan. Itu bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu.

Insomnia kronis (jangka panjang) terjadi tiga malam atau lebih dalam seminggu, berlangsung lebih dari tiga bulan, dan tidak dapat sepenuhnya dijelaskan oleh masalah kesehatan atau pengaruh obat.

Pandemi, tentu saja, merupakan pemicu stres utama yang disertai dengan berbagai tekanan lainnya. Seperti kekhawatiran tentang kesehatan diri sendiri dan orang yang dicintai, masalah keuangan, pola baru bekerja dan belajar jarah jauh, situasi rumah yang padat dan tegang, kesepian, hingga kecemasan. Gangguan yang sedang berlangsung itu kemudian menciptakan malam insomnia bahkan bagi orang yang biasanya tidur nyenyak.

Gangguan seperti kecemasan mengganggu kualitas tidur. (Foto: 123RF/Elnur Amikishiyev)

Jadi, apa yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan tidur malam yang nyenyak secara teratur, meskipun COVID-19 sedang mewabah di depan pintu?

Baca juga:

Quarantine Insomnia, Gangguan Tidur saat Karantina

1. Jangan panik

Ingatlah bahwa kita pernah mengalami kesulitan tidur, dan tetap bisa bekerja keesokan harinya. Khawatir tentang tidur dan "mengusahakan bisa tidur" tidak akan membantu. Usaha ini malah akan membuat lebih sulit untuk tidur.

Jika kamu belum mengalami insomnia kronis, saran selanjutnya adalah membiarkan tubuh melakukan apa yang dilakukannya secara alami. Dengan demikian, kamu bisa mendapatkan tidur malam yang nyenyak di malam berikutnya, atau mungkin setelah itu.

2. Atur aktivitas harian

Penting untuk mempertahankan jadwal yang teratur dan terstruktur dalam hidup kita, termasuk tidak hanya ketika kita makan, tetapi juga ketika kita berolahraga, ketika kita bekerja, dan ketika kita pergi tidur dan bangun. Pandemi telah mengubah rutinitas harian atau menghilangkannya sama sekali.

Biasanya kamu memiliki rutinitas pagi untuk membangunkan anak-anak dan bersiap-siap untuk sekolah, berpakaian, mengambil kopi pagi dan berangkat kerja pada waktu tertentu. Semua itu tidak berlaku selama pandemi ketika kamu bekerja di rumah dan anak-anak juga belajar jarah jauh.

"Cobalah untuk berolahraga pada waktu yang sama setiap hari. Cobalah makan makanan di jam yang sama," ujar Posner. Penting juga untuk memberi batasan pada pekerjaanmu. Saat di rumah, waktu kerja bisa terus berjalan, tetapi penting untuk memiliki pembagian antara pekerjaan dan relaksasi, seperti yang kamu lakukan jika pergi ke kantor setiap hari.

3. Ciptakan "Buffer Zone" sebelum tidur

Menurut Richard Barth, seorang spesialis tidur di San Francisc, siapkan waktu kira-kira satu jam sebelum waktu tidur untuk bersantai, menyikat gigi, memakai baju tidur, berhenti bekerja, dan mematikan komputer.

4. Atur dan pertahankan waktu bangun yang teratur

Yang terakhir ini mungkin yang paling menarik dari rekomendasi Posner, "Waktu bangun adalah satu-satunya struktur terpenting yang ada." Menurutnya, bangun pada waktu yang berbeda sepanjang minggu sama dengan "jet lag sosial".

Dia memberi contoh bepergian melintasi zona waktu, maka tidurmu akan terganggu. Itulah yang terjadi ketika kamu bangun jam 6 pagi pada suatu hari, dan 8 pagi keesokan harinya, dan jam 10 atau tengah hari di hari-hari selanjutnya. Tubuh akan bereaksi saat dibangunkan pada waktu yang berbeda selama seminggu dengan cara yang sama seperti saat berada di semua zona waktu yang berbeda dalam periode waktu sama.

Bangun pada waktu yang sama, setidaknya hampir setiap hari dalam seminggu, adalah salah satu kunci untuk mengatasi insomnia. Untuk memperbaiki jam tidur, kamu perlu mencoba bangun pada waktu yang sama setiap hari. Minimal pada hari kerja, lima hari seminggu, dan bangun pada waktu berbeda di akhir pekan.

5. Jangan terlalu khawatir tentang durasi

Ini juga mengejutkan. Posner berkata, "Banyak dari kita tidak tahu berapa banyak waktu tidur yang kita butuhkan." Kita diberi tahu kalau membutuhkan 7-9 jam tidur tiap malam, tetapi datanya tidak begitu jelas. Jumlah tidur yang dibutuhkan individu ternyata sangat berbeda.

6. Jangan menggantikan jam tidur yang hilang

Ada bahan kimia yang disebut adenosine yang menumpuk di tubuh kita pada siang hari untuk membuat kita tidur di malam hari. Jika kamu tidur larut malam kemudian tidur siang untuk mengganti tidur malam yang hilang, artinya tubuhmu tidak diberi kesempatan untuk membangun adenosin untuk tidur malam berikutnya. Dia mengatakan tidak apa-apa untuk tidur siang, untuk waktu yang singkat (seperti 20 menit) di sore hari atau ketika ada penurunan energi secara alami.

Masalah tidur selama pandemi adalah normal dan, setidaknya secara evolusioner, adaptif, karena tidak tidur secara historis merupakan respons yang sehat terhadap bahaya di lingkungan. Kekhawatiran, stres, perubahan gaya hidup, dan perubahan dalam kehidupan sosial dan pekerjaan kita yang menyertai virus semuanya berkontribusi pada insomnia beberapa malam.

Mengikuti langkah-langkah di atas dapat membantu kamu mengganti respons bawaan yang membuat kamu mendapatkan ketenangan dan tidur yang lebih nyenyak. (aru)

Baca juga:

Ini Perbedaan Insomnia dengan Hipersomnia

#COVID-19 #Tips Tidur #Tidur #Pola Tidur #Tidur Malam #Tidur Siang #Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Indonesia
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Anggaran kesehatan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 dialokasikan sebesar Rp 244 triliun.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 21 Agustus 2025
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Bagikan