Kesehatan

Mengapa Orang yang Sudah Vaksin Penuh Perlu Dosis Booster?

P Suryo RP Suryo R - Senin, 23 Agustus 2021
Mengapa Orang yang Sudah Vaksin Penuh Perlu Dosis Booster?

Perlunya booster untuk mempertahankan tubuh. (Foto: Pexels/Thirdman)

Ukuran:
14
Audio:

BOOSTER kedengarannya membingungkan. Para pakar dan pejabat kesehatan mengatakan vaksin COVID-19 bekerja dengan baik, memberikan lebih dari 90 persen perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian. Mereka mencegah orang masuk rumah sakit.

Namun, mereka juga mengatakan penelitian menunjukkan bahwa bahkan orang yang divaksinasi tetap mungkin terinfeksi. Jadi, beberapa negara telah memberikan atau sedang menyusun rencana sekarang untuk penyediaan vaksin booster.

Baca Juga:

Indra Rudiansyah, Mahasiswa Negeri Aing di Balik Vaksin AstraZeneca

vaksin
Suntikkan ketiga dapat meningkatkan kekebalan yang memudar secara alami. (Foto: Pexels/CDC)

Bagaimana keduanya bisa benar? Itu karena suntikkan ketiga dapat meningkatkan kekebalan yang memudar secara alami. Vaksin booster ini juga dapat lebih efektif untuk varian baru yang bergerak cepat. Dan, mengatasi lambatnya vaksinasi di sebuah populasi.

Namun, penting untuk diingat bahwa vaksin tidak menghentikan virus. "Beberapa orang berpikir bahwa jika mereka divaksinasi, ada semacam medan kekuatan di sekitar mereka," kata Scott Hensley, seorang ahli imunologi dan mikrobiologi di University of Pennsylvania seperti diberitakan cnn.com (20/8).

Jika virus ada di udara, bahkan orang yang divaksinasi pun akan menghirupnya. Apa yang dilakukan kekebalan tubuh adalah mengendalikan apa yang terjadi setelah itu. Batasan kekebalan pertama datang dalam bentuk antibodi dalam rupa protein yang menempel pada penyerang seperti virus, dan membuatnya lebih sulit untuk menyerang sel, atau menetralkan sepenuhnya.

Vaksin meningkatkan kadar antibodi ini, dan melatih tubuh untuk memproduksi antibodi yang dirancang khusus untuk menghentikan patogen seperti virus corona. Antibodi dapat menghentikan infeksi virus dengan cepat. Produksi ini mulai berkurang dari waktu ke waktu.

Baca Juga:

Dosen Ini Jadi Viral karena Jago Gambar di Papan Tulis

vaksin
Vaksin masih 90 persen protektif terhadap penyakit parah dan kematian. (Foto: Pexels/Mufid Majnun)

Selain itu, beberapa varian baru telah mengembangkan mutasi yang membantu mereka menghindari antibodi. "Dengan beberapa varian, virus sebenarnya bisa masuk ke dalam sel dan bereplikasi untuk satu atau dua putaran," kata Hensley.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), AS menerbitkan dua penelitian pada hari Rabu (18/8) yang menunjukkan, kekebalan turun di antara orang-orang selama musim panas. Sementara vaksin masih 90 persen protektif terhadap penyakit parah dan kematian, jumlah orang yang terkena infeksi ringan atau tanpa gejala bertambah.

“Data terbaru memperjelas bahwa perlindungan terhadap penyakit ringan dan sedang telah menurun dari waktu ke waktu. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh melemahnya kekebalan dan kekuatan varian Delta yang meluas,” kata Ahli Bedah Umum AS Dr. Vivek Murthy dalam pengarahan di Gedung Putih, Rabu (18/8).

Satu studi tentang penghuni panti jompo menunjukkan kekebalan dari segala jenis infeksi turun dari 75 persen pada bulan Maret menjadi 53 persen pada bulan Agustus.

Baca Juga:

Bukan Masalah Utama, Burnout hanya Penyampai Pesan

vaksin
Tingkat antibodi yang lebih tinggi mungkin diperlukan untuk melindungi dari Delta. (Foto: Pexels/cottonbro)



Dosis ketiga vaksin ini dapat meningkatkan tingkat antibodi sepuluh kali lipat, kata Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases Dr. Anthony Fauci dalam pengarahan tersebut. "Tingkat antibodi yang lebih tinggi mungkin diperlukan untuk melindungi dari Delta," katanya.

"Kami tidak mengatakan Anda membutuhkan dosis booster sekarang," kata Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky kepada CNN Rabu malam (18/8).

"Kami mengatakan bahwa kami mulai melihat penurunan efektivitas vaksin terhadap penyakit sedang dan ringan dan kami sedang mempersiapkan diri untuk bulan depan karena kami telah melihat di negara lain bahwa itu bisa menandakan memudarnya penyakit parah," demikian Walensky.

Baca Juga:

Pandemi Lahirkan Tren Wisata Vaksinasi

Booster setelah delapan bulan

vaksin
Booster diberikan delapan bulan setelah dosis kedua. (Foto: Pexels/FRANK MERIÑO)


Para ahli mempertimbangkan bukti untuk memilih jeda 8 bulan untuk vaksin booster setelah mereka mendapatkan dosis kedua vaksin mRNA. Di AS sendiri, rencana pemberian booster akan berlangsung pada September.

Walensky menambahkan, jeda 8 bulan sebagian didasarkan pada data dari Israel dan negara-negara lain tentang berkurangnya efektivitas vaksin dari waktu ke waktu.

Berkaitan dengan jeda waktu tersebut, Julie Swann, PhD., Kepala Departmen North Carolina State University dan Allison Distinguished Professor di Departemen Gabungan Teknik Biomedis di University of North Carolina di Chapel Hill., AS menambahkan, "Ada kemungkinan bahwa delapan [bulan] dikaitkan dengan jumlah waktu yang kami dapat mengikuti sekelompok besar orang, terutama mereka yang berusia 65 tahun ke atas."

"Saya tahu bahwa Pfizer telah mengatakan bahwa mereka pikir booster antara enam dan 12 bulan akan masuk akal," Swann mengatakan dalam briefing media berikutnya pada hari yang sama.

Swann mendukung rencana suntikan booster pemerintah. Dia mengatakan penting untuk terus memberi perlindungan penuh jika direkomendasikan oleh CDC dan ACIP [Advisory Committee on Immunization Practices] dari suntikan booster. (aru)

Baca Juga:

Tips Membuang Masker dan Sampah Medis Bekas COVID-19

#Kesehatan #Vaksinasi #Vaksin Covid-19
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Bagikan