Cucian Menumpuk di Masa Pandemi? Waras Aja Sih


Laundry semakin menumpuk semenjak pandemi. (Foto Unsplash/Thomes Dumortier)
SELAMA pandemi, warga rumah saya menjadi semakin parno. Jika biasanya baju rumah bisa digunakan selama tiga hari bahkan seminggu, ceritanya menjadi lain semenjak wabah COVID-19 menyerang.
Tanpa mengenal situasi, Mami akan memaksa semua orang di rumah untuk mengganti baju sehabis keluar rumah. Biarpun anak-anaknya hanya disuruh buang sampah ke luar pagar atau mengisi token listrik yang sudah berbunyi. Akibatnya, suara alarm 'nittt nittt nitt' dari mesin meteran listrik harus sampai berisik dan mengganggu telinga seisi rumah baru diisi. Maklum, warga rumah enggan mengisi token listrik. Alasannya? Apalagi kalau bukan perkara malas ganti baju walau hanya keluar rumah sebentar.
BACA JUGA:
Keribetan tak berhenti di urusan ganti baju. Semua warga rumah harus mandi walau hanya keluar pintu rumah kurang dari 5 menit. Semua keribetan ini waras aja sih. Orangtua menjadi semakin panik ketika jumlah kasus COVID-19 semakin meledak di Jakarta.

"Udaranya kan beda kalau di luar rumah, kotor, banyak kuman dan virus," ungkap Mami. Semenjak pandemi, kebersihan menjadi prioritas di rumah saya. Tidak mengherankan jika cucian semakin menumpuk setiap minggu. Saking numpuknya, pakaian-pakaian bersih saya dan warga lain di rumah jadi cepat habis di lemari.
Tindakan bersih-bersih dan ganti baju ini dianggap sebagai kegiatan preventif bagi orang-orang yang lebih berumur. Apalagi semenjak beredar kabar bahwa lansia lebih berisiko terinfeksi virus tersebut.
Apalagi nih, virusnya bisa menyebar dengan mudah. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyebut virus corona lebih menular melalui tetesan dari pernapasan dari orang yang terinfeksi saat bersin atau batuk daripada melalui pakaian atau benda yang terkontaminasi.
Namun, CDC mencatat ada bukti yang menunjukkan virus corona dapat tetap bertahan selama berjam-jam di permukaan benda, termasuk pakaian. Pakaian, menurut spesialis kesehatan masyarakat Carol Winner, dapat menahan virus tetesan ludah.
Partikel-partikel ini akan mengering seiring waktu dan menonaktifkan virus. Akan tetapi, hal itu tidak berarti bahwa kematian virus akan terjadi dengan cepat. Winner mengatakan para ilmuwan masih mempelajari lebih banyak tentang virus ini. "Kita tahu bahwa tetesan dapat mengering dalam beberapa kondisi, yang mungkin lebih cepat dalam serat alami," kata Winner, seperti dilansir HuffPost.
Ia menyebut virus bisa bertahan hingga 2-3 hari di berbagai permukaan. Tak menutup kemungkinan, daya tahan sama berlaku pada permukaan kain. Jadi sebagai tindakan pencegahan, amat disarankan untuk segera mencuci pakaian yang telah dipakai keluar rumah. Alih-alih menumpuknya selama berhari-hari. Apalagi sampai berminggu-minggu. Ih, jorok.

Lebih jauh, di luar kebiasaan bersih-bersih baju, gara-gara pandemi, kami sekeluarga jadi memiliki pandangan yang sama soal kebersihan dan kesehatan. Dari yang rajin menyantap makanan saji cepat, kami mulai rajin mengonsumsi vitamin dan makanan bergizi.
BACA JUGA:
Jadi Clean Freaks dan Ajak Semua Orang Melakukan Hal yang Sama
Rumah pun menjadi lebih sering dibersihkan. Dari yang biasanya ngepel tiga hari sekali, kini bersih-bersih rumah dilakukan setiap hari. Biasanya, kami bersih-bersih menggunakan jasa pembersih rumah, kini kami menjadi semakin rajin dan mandiri karena ngeri mendatangkan orang baru ke rumah semenjak pandemi.

Seluruh tindakan preventif COVID-19 itu awalnya amat mengesalkan. Namun kini, kami paham itu cara paling waras untuk tetap sehat. Kami juga mulai merasakan manfaatnya. Jika dahulu kami gampang batuk, pilek, atau kelelahan, kini tubuh terasa semakin sehat dan bugar. Faktor lainnya ialah karena orang rumah keranjingan bermain sepeda keliling kompleks demi menjaga kekebalan tubuh.
At the end of the day, pandemi COVID-19 tidak melulu berdampak negatif. Kayak keluarga saya nih, kini bisa lebih aware terhadap kesehatan dan kebersihan. Semua itu demi meraih keberlangsungan dan kualitas hidup yang lebih panjang dan lebih baik. Waras kan? (SHN)
BACA JUGA:
Bagikan
annehs
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
