Kesehatan

Kenali Gejala Stockholm Syndrome

Dwi AstariniDwi Astarini - Selasa, 28 April 2020
Kenali Gejala Stockholm Syndrome

Sindrom Stockholm berawal dari peristiwa traumatis. (foto: (Foto_ Pixabay_meelimello)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

KAMU yang sudah menonton film Sebelum Iblis Menjemput 2 beberapa waktu lalu pastinya tidak terlalu asing dengan penyakit kejiwaan Stockholm syndrome. Beberapa artis ternama bahkan menggunakan nama penyakit ini sebagai judul lagu yang populer. Tak banyak yang tahu bahwa sindrom ini sama menyeramkannya dengan penyakit kejiwaan lain. Kamu tetap harus waspada.

Melansir Britannica.com, sindrom ini berawal dari peristiwa penyanderaan yang terjadi pada 1973. Saat itu, ada dua pria berusaha mencuri bank di Stockholm dan menyandera empat karyawan selama enam hari. Namun, peristiwa itu rupanya membuat para korban menunjukkan perasaan positif dan setuju kepada para pencuri. Pengidap sindrom ini bahkan bisa menggantungkan hidupnya kepada sang penyandera. Kira-kira apa ya penyebabnya?

BACA JUGA: Mitos Menstruasi yang Tidak Benar, Nomor 4 Mengejutkan

1. Takut

takut
Ketakutan yang cukup besar bisa menyebabkan trauma. (Foto_ Pixabay_Free-Photos)

Penculikan, penyanderaan, dan tindakan kriminal lainnya berpotensi membuat seseorang mengalami trauma dan depresi. Gejala sindrom Stockholm merupakan salah satu efek samping dari rasa takut berlebihan para korban. Akibatnya, korban bisa jatuh dalam jurang depresi dan malah balik bergantung kepada penculiknya. Sindrom Stockholm juga bisa dikatakan sebagai strategi bertahan hidup yang muncul begitu saja di dalam alam bawah sadar akibat rasa takut yang diderita korban.

2. Terisolasi

kesehatan mental
Terisolasi dari dunia luar. (Foto_ Pixabay_nmagwood)

Akibat disandera dan terisolasi, korban tidak mendapatkan informasi dari luar lagi. Maka sudut pandang yang korban dapatkan hanya dari si penculik. Ini lah yang menyebabkan gejala sindrom Stockholm syndrome muncul perlahan. Mau tidak mau korban akhirnya setuju dengan penculiknya.

3. Putus Asa

sindrom Stockholm
Merasa putus asa. (Foto_ Pixabay_Free-Photos)

Seseorang yang merasa putus asa dalam keadaan sempit seperti diculik bisa menderita stockholm syndrome. Penyebabnya karena korban merasa sudah tidak ada jalan keluar lagi dan tidak bisa kabur dari situasi tersebut. Mereka akhirnya terbiasa hidup dengan penculiknya.

4. Menganggap si Penyandera Baik Hati

sindrom stockholm
Korban akhirnya luluh pada penculik. (Foto_ Pixabay_422694)

Memang tidak semua kasus penculikan bisa menyebabkan para korbannya mengalami gangguan stockholm syndrome. Tetapi sebagian kasus yang kebetulan penculiknya memberikan makan dan mengurus korban dengan baik berpotensi menyebabkan gejala penyakit ini muncul. Korban merasa penculiknya baik hati karena mengurusnya dengan baik meskipun kenyataannya sangat lah mengerikan. (mar)

BACA JUGA: #DiRumahAja, Blake Lively Dapat Kiriman Pewarna Rambut

#Gangguan Mental #Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Lifestyle
Kalau Kamu Rasakan 3 Hal Ini Lebih dari 2 Pekan, Dokter Bilang Itu Depresi Lho!
Apabila depresi tidak ditangani dengan baik, dr. Adhi memperingatkan bahwa hal tersebut dapat berujung pada depresi resisten pengobatan
Angga Yudha Pratama - Jumat, 11 Juli 2025
Kalau Kamu Rasakan 3 Hal Ini Lebih dari 2 Pekan, Dokter Bilang Itu Depresi Lho!
Lifestyle
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Untuk skizofrenia, faktor risikonya mencakup genetik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Mei 2025
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Fun
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Skizofrenia dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 15 Mei 2025
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Penderita GB I, mengalami setidaknya satu episode manik yang berlangsung selama seminggu atau lebih.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 14 Mei 2025
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Bagikan