Kekerasan Fisik atau Verbal, Manakah Lebih Bahaya?


Kekerasan verbal atau fisik. Manakah lebih bahaya? (Foto: Pexels/Kat Jayne)
KEKERASAN fisik maupun verbal selalu menjadi concern tersendiri bagi setiap orang. Namun ketika bicara tentang yang manakah yang lebih berbahaya? Psikolog dan Suicidolog Indonesia memiliki jawaban tersendiri.
Menurut suicidolog Indonesia, Benny Prawira Siauw, setiap orang punya kerentanan berbeda terhadap jenis kekerasan. Ada yang terbiasa pada kekerasan fisik tetapi tidak nyaman dengan kekerasan verbal, begitu pula sebaliknya.
Baca juga:
Psikolog Klinis, Nago Tejena menambahkan sebesar apapun ketahanan kamu pada jenis kekerasan tertentu, upaya preventif merupakan yang utama. "Menurutku kita enggak perlu menimbang-nimbang mana yang lebih berbahaya atau enggak. Kalau bisa dicegah keduanya kenapa tidak?," ujarnya.

Upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari tindak kekerasan, verbal atau fisik yakni dengan melakukan perlawanan. Bagaimanakah perlawanan untuk kekerasan verbal?
"Pertama-tama kamu harus menanyakan diri 'kenapa ucapan orang ini begitu mempengaruhiku?'. Bisa jadi itu berasal dari figur yang penting terhadap dirimu, kebutuhan akan penerimaan, dan seterusnya," urai Nago.
Ketika kamu memahami alasan dari dalam diri, itu akan memudahkan ke langkah berikutnya.
Baca juga:
Sementara Benny menilai cara merespon kekerasan verbal adalah dengan merefleksikan ke diri sendiri. "Tanyakan pada diri sendiri apakah penting untuk mendengarkan dia? Apakah ada bukti bahwa ucapan itu benar? Apakah ada orang lain yang lebih penting dan bisa berikan hal lebih positif ke saya yang bisa lebih saya dengarkan?," jelasnya.

Selanjutnya, kamu bisa pertimbangkan responmu. Jika menurutmu tidak penting untuk dibalas, silahkan. Sebaliknya jika kamu merasa perlu mempertahankan diri dan posisimu, kamu selalu punya pilihan untuk mengungkapkannya kepada orang tersebut.
Namun tidak selamanya kamu sekuat itu untuk mengatasi sendiri. Ada masanya kamu membutuhkan dukungan dari orang lain dalam menyikapi kekerasan verbal. Benny mengatakan ketika kamu fokus pada orang-orang suportif daripada ke orang-orang abusif maka mentalmu akan lebih terjaga.
"Kalo tidak bisa atasi sendiri, selalu cari bantuan dan dukungan sosial atau ahli jika alami kekerasan. Karena bagaimana pun juga kamu bisa lebih cepat pulih dan kembali fokus ke hal positif dalam dirimu jika kamu dikelilingi orang suportif," terang Benny. (Avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja

Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja

Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja

Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
