Kekerasan Fisik atau Verbal, Manakah Lebih Bahaya?

Muchammad YaniMuchammad Yani - Jumat, 23 Oktober 2020
Kekerasan Fisik atau Verbal, Manakah Lebih Bahaya?

Kekerasan verbal atau fisik. Manakah lebih bahaya? (Foto: Pexels/Kat Jayne)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

KEKERASAN fisik maupun verbal selalu menjadi concern tersendiri bagi setiap orang. Namun ketika bicara tentang yang manakah yang lebih berbahaya? Psikolog dan Suicidolog Indonesia memiliki jawaban tersendiri.

Menurut suicidolog Indonesia, Benny Prawira Siauw, setiap orang punya kerentanan berbeda terhadap jenis kekerasan. Ada yang terbiasa pada kekerasan fisik tetapi tidak nyaman dengan kekerasan verbal, begitu pula sebaliknya.

Baca juga:

Olahraga Berlebihan Ancam Kesehatan Tulang

Psikolog Klinis, Nago Tejena menambahkan sebesar apapun ketahanan kamu pada jenis kekerasan tertentu, upaya preventif merupakan yang utama. "Menurutku kita enggak perlu menimbang-nimbang mana yang lebih berbahaya atau enggak. Kalau bisa dicegah keduanya kenapa tidak?," ujarnya.

Menghindari kekerasan verbal (Foto: Pexels/Odonata Wellnesscenter)
Menghindari kekerasan verbal (Foto: Pexels/Odonata Wellnesscenter)

Upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari tindak kekerasan, verbal atau fisik yakni dengan melakukan perlawanan. Bagaimanakah perlawanan untuk kekerasan verbal?

"Pertama-tama kamu harus menanyakan diri 'kenapa ucapan orang ini begitu mempengaruhiku?'. Bisa jadi itu berasal dari figur yang penting terhadap dirimu, kebutuhan akan penerimaan, dan seterusnya," urai Nago.
Ketika kamu memahami alasan dari dalam diri, itu akan memudahkan ke langkah berikutnya.

Baca juga:

Manfaat Baik di Balik Kemewahan Caviar

Sementara Benny menilai cara merespon kekerasan verbal adalah dengan merefleksikan ke diri sendiri. "Tanyakan pada diri sendiri apakah penting untuk mendengarkan dia? Apakah ada bukti bahwa ucapan itu benar? Apakah ada orang lain yang lebih penting dan bisa berikan hal lebih positif ke saya yang bisa lebih saya dengarkan?," jelasnya.

kelilingi diri dengan orang positif (Foto: Pexels/Wendi Wei)
kelilingi diri dengan orang positif (Foto: Pexels/Wendi Wei)

Selanjutnya, kamu bisa pertimbangkan responmu. Jika menurutmu tidak penting untuk dibalas, silahkan. Sebaliknya jika kamu merasa perlu mempertahankan diri dan posisimu, kamu selalu punya pilihan untuk mengungkapkannya kepada orang tersebut.

Namun tidak selamanya kamu sekuat itu untuk mengatasi sendiri. Ada masanya kamu membutuhkan dukungan dari orang lain dalam menyikapi kekerasan verbal. Benny mengatakan ketika kamu fokus pada orang-orang suportif daripada ke orang-orang abusif maka mentalmu akan lebih terjaga.

"Kalo tidak bisa atasi sendiri, selalu cari bantuan dan dukungan sosial atau ahli jika alami kekerasan. Karena bagaimana pun juga kamu bisa lebih cepat pulih dan kembali fokus ke hal positif dalam dirimu jika kamu dikelilingi orang suportif," terang Benny. (Avia)

Baca juga:

Facebook Buat Fitur Antar Tetangga

#Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Muchammad Yani

Lebih baik keliling Indonesia daripada keliling hati kamu

Berita Terkait

Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Lifestyle
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Untuk skizofrenia, faktor risikonya mencakup genetik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Mei 2025
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Fun
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Skizofrenia dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 15 Mei 2025
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Penderita GB I, mengalami setidaknya satu episode manik yang berlangsung selama seminggu atau lebih.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 14 Mei 2025
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
Perasaan insecure selalu berkaitan dengan kepercayaan diri.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 25 Februari 2025
Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
Bagikan