Kata Peneliti tentang Jenis Hotel yang Menang Lawan Krisis


Hotel membutuhkan resiliensi atau daya tahan untuk menghadapi berbagai gangguan dan meningkatkan keunggulan kompetitif. (Foto: Pexels/Pixabay)
INDUSTRI perhotelan di Indonesia menghadapi badai panjang selama pandemi COVID-19. Sejumlah hotel memilih berhenti beroperasi. Sebagian ada yang berusaha bertahan dengan berbagai jurus. Dari mengurangi gaji karyawan hingga separuhnya sampai membayar karyawan tetap berdasarkan jam kerja.
Bahkan karyawan juga terpaksa bersedia melakukan tugas fisik yang jauh dari kompetensinya seperti memelihara taman, menjadi pramusaji, atau membersihkan fisik hotel. Begitu diungkap oleh Dr. Paulina Lo, SE., M.M dalam disertasinya yang bertajuk Membangun Resiliensi Bisnis Perhotelan Berlandaskan Sumber Daya Crafting Strategy.
Paulina berhasil mempertahankan disertasinya dalam Ujian Terbuka Disertasi Program Doktor Manajemen dan Kewirausahaan Universitas Prasetiya Mulya pertengahan Februari 2023.
Penelitian Paulina melibatkan ratusan manajer dan pemilik hotel independen di Bali. Dalam risetnya, ia menemukan sejumlah manajer hotel yang berjibaku sekuat tenaga agar hotelnya tetap buka meski tak ada dukungan dana dari pemilik hotel.
Hasilnya, ada hotel bintang lima yang menjual bento hingga paket kolam renang. Bahkan hotel bintang tiga dijadikan rumah kos.
Baca juga:
Chef Syamsul Rizal Siap Hadirkan Cita Rasa Jepang di Hotel Indigo Bali

“Ketika Bali dibuka untuk turis secara mendadak, hotel-hotel yang memaksakan diri tetap beroperasi ini ternyata take profit lebih dulu dibandingkan hotel-hotel yang pernah tutup lalu beroperasi lagi setelah pandemi. Secara infrastruktur, hotel-hotel ini tetap terjaga baik karena saat pandemi para pekerja tetap merawat bangunan, AC dan barang-barang lain,” ujar Paulina seperti termaktub dalam keterangan resmi yang diterima Merahputih.com
Paulina juga menemukan sejumlah hotel dalam tadi ini berhasil meraup untung dan menutup kerugian dalam sembilan bulan saja setelah mengalami sepi pengunjung selama pandemi.
“Sementara itu, hotel-hotel yang memilih tutup selama pandemi harus berurusan dengan berbagai masalah kerusakan fisik dan peralatan dalam hotel," ungkap Paulina.
Paulina melanjutkan, ada orang hotel yang mengaku bahwa persiapan pembukaan hotel setelah tidak beroperasi selama dua tahun membutuhkan dana hingga 80% dari investasi awal. "Ini cukup berat. Belum lagi karyawan sudah banyak yang mengundurkan diri, pulang kampung atau pindah ke hotel lain,” tambahnya.
Baca juga:
Kemeriahan Perayaan Tahun Baru Imlek Hotel Episode Gading Serpong

Sumber daya manusia dianggap paling penting oleh pengelola hotel.
(Foto: Pexels/Pixabay)
Penelitian Paulina juga memberi rekomendasi kepada pelaku industri perhotelan untuk berupaya memiliki sebanyak mungkin sumber daya manusia yang dapat disesuaikan dengan perubahan dan tantangan yang dihadapi.
Menurut Paulina, sumber daya manusia dianggap paling penting oleh pengelola hotel. Selama masa pandemi, kebertahanan hotel bergantung pada peran pimpinan hotel, loyalitas staf, semangat tim untuk berbagi beban dan perhatian terhadap kondisi ekonomi karyawan hotel.
“Hotel membutuhkan resiliensi atau daya tahan untuk menghadapi berbagai gangguan dan meningkatkan keunggulan kompetitif. Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang mudah diubah atau disesuaikan untuk menghadapi tantangan, karena dapat memberi kontribusi dalam usaha membangun daya tahan hotel,” ujar Paulina.
Sumber daya lain seperti keuangan, fisik, alam dan beberapa faktor budaya tidak dapat beradaptasi pada saat hotel menghadapi gangguan. (kna)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Gubernur Pramono Beri Keringanan Pajak Hotel 50 Persen hingga September 2025

4 Hotel di Puncak Cemari Ciliwung Disegel, 18 Lainnya Masih Diperiksa KLH

Hotel dan Restoran Wajib Bayar Royalti Lagu, PHRI Solo Merasa Keberatan

Banyak ‘Rojali’ di Mal, Kelas Menengah Pilih Barang Lebih Murah di E-Commerce demi Bisa Investasi

Guru Besar UI: Perang Iran - Israel Bisa Picu Krisis Ekonomi di Indonesia

Sambut Perayaan ‘Eka Warsa’, Hotel Tentrem Jakarta Optimistis di Tengah Kelesuan Industri Perhotelan, Committed Dukung UMKM Lokal

Hotel Bintang 4 - 5 di Jakarta Wajib Tonjolkan Budaya Betawi selama 2 Bulan dalam Setahun

Sah, Jakarta Beri Insentif Potongan Pajak Hotel 50% dan Bisnis F&B 20%

Tok, Pajak Hotel Jakarta Turun! Besarannya Diumumkan Menyusul

Pelonggaran Efisiensi Bakal Berikan Perubahan Sektor Usaha Perhotelan dan Restoran
