Kesehatan

Jangan Anggap Remeh Kabut Asap

P Suryo RP Suryo R - Rabu, 31 Maret 2021
Jangan Anggap Remeh Kabut Asap

Kabut asap sering terjadi setiap tahun terutama ketika musim kemarau. (Foto: Pixabay /Presentsquare)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

KABUT asap menjadi kejadian rutin setiap musim kemarau tiba. Di beberapa wilayah Indonesia sering terjadi setiap tahun, kabut asap ini menandakan kondisi udara di wilayah tersebut sudah tidak sehat. Banyak aktivitas manusia yang memicu terjadinya kabut asap. Seperti di kota-kota besar terutama, padatnya penduduk membuat asap kendaraan bermotor dan aktivitas industri semakin padat. Sementara di wilayah Sumatera dan Kalimantan, umumnya disebabkan oleh pembakaran lahan yang sering terjadi di wilayah tersebut.

Kabut asap merupakan polusi udara dari campuran beberapa gas dan partikel yang bereaksi dengan sinar matahari. Ditambah dengan kandungan gas karbon dioksida (CO2), Karbon monoksida (CO), nitrogen, salfur oksida (SO2), senyawa organic volati (VOC), dan ozon. Selain itu, kumpulan partikel yang terdapat pada kabut asap seperti debu, pasir, dan serbuk sari.

Baca Juga:

Kapan Waktu yang Tepat untuk Mengonsumsi Jus Sayuran?

Lalu bagaimana dampak kabut asap untuk kesehatan kita? Beberapa dampak terjadi jika kita tinggal di wilayah dengan kulitas udara yang buruk seperti kabut asap.


1. Kerusakan paru

kesehatan
Paru dapat terganggu karena kabut asap. (Foto: Pixabay/kalhh)


Ketebalan kabut asap di udara membuat kita kesulitan untuk bernapas berpotensi menyebabkan kerusakan paru. Penelitian menunjukan menghirup kabut asap dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kematian akibat dari penyakit paru. Seperti infeksi paru-paru terutama pada anak-anak, penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK) dan kanker paru.

Kabut asap dapat memperburuk kondisi penyakit yang sudah diderita seseorang, seperti asma dan PPOK. Penelitian Thailand menunjukan ketika musim kabut asap, kunjungan ke unit gawat darurat meningkat. Keluhan yang terjadi seperti kambuhnya gejala asma dan PPOK. Ini karena zat yang terkandung pada kabut asap bersifat iritatif dan membuat kondisi paru-paru semakin meradang.

Lebih parahnya, apabila seseorang mengirup kabut asap dalam jangka panjang. Maka besar kemungkinan memiliki risiko kanker paru-paru, walaupun orang tersebut bukan perokok. Kabut asap mengandung banyak partikel penyebab kanker.

2. Batuk dan iritasi tenggorokan

iritasi
Kabut asap membuat orang megalami batuk berkepanjangan. (Foto: Pixabay/nastya_gepp)


Kalau menghirup kabut asap, sebagian orang cepat atau lambat dapat mengalami batuk dan iritasi tenggorokan. Biasanya kondisi ini berlangsung beberapa jam. Namun efek bagi sistem pernapasan manusia bisa berlangsung lama walau gejala sudah mengilang.

3. Fungsi jantung

jantung
Jantung terganggu akibat kabut asap. (Foto: Unsplash/Robina Weermeijer)


Kumpulan partikel yang ada dalam kabut asap berisiko menginfiltrasi aliran darah manusia sehingga dapat berakibat buruk bagi fungsi jantung. Kabut asap mengandung partikel-partikel sangat kecil dengan ukuran kurang dari 10 micrometer. Semakin kecil ukuran partikel, makan semakin besar juga kemungkinan risiko yang ditimbulkan pada fungsi jantung.

Beberapa penelitian juga menunjukan bahwa menghirup kabut asap dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan tumpukan plak pada pembuluh darah. Ini diduga erat karena proses peradangan yang muncul karena paparan partikel kecil didalam kabut asap.

Baca Juga:

Gangguan Kecemasan Sebabkan 2 Hal Ini


4. Iritasi mata

mata
Debu dan zat iritasi menyebabkan gangguan pada mata. (Foto: Pexels/Rachel Claire)


Kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata. Debu dan zat iritasi yang terkandung dalam kabut asap menyebabkan iritasi. Oleh karena itu, ketika musim kabut asap selalu bawa obat tetes mata dan jangan lupa menggunakan kaca mata jika beraktivitas diluar ruangan.

5. Kerusakan kulit

kulit
Terjadi kerusakan pada kulit. (Foto: Pexels/Tatiana)


Selain berdampak pada organ dalam, kabut asap juga dapat merusak kulit. Beberapa penelitian menunjukan bahwa kabut asap dapat meningkatkan risiko penuaan dini pada kulit, menimbulkan jerawat, kanker kulit, dan gejala penyakit kulit eksim dan psoriasis

Dampak kabut asap berbeda-beda pada tiap orang, seperti pada bayi, anak-anak, dewasa, dan yang paling rentan terhadap dampak kabut asap yaitu kelompok manula. Jika terjadi kabut asap di wilayah kita, segera batasi kegiatan diluar ruangan. Jika terpaksa harus beraktivitas di luar, usahakan kegitan yang tidak terlalu menguras tenaga, ditambah pakai masker untuk menutup mulut dan hidung. (rzk)

Baca Juga:

Meski Terlihat Menggemaskan, Anak Terlalu Gemuk Berbahaya

#Kabut Asap #Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Indonesia
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Anggaran kesehatan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 dialokasikan sebesar Rp 244 triliun.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 21 Agustus 2025
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Bagikan