Jangan Anggap Remeh Kabut Asap


Kabut asap sering terjadi setiap tahun terutama ketika musim kemarau. (Foto: Pixabay /Presentsquare)
KABUT asap menjadi kejadian rutin setiap musim kemarau tiba. Di beberapa wilayah Indonesia sering terjadi setiap tahun, kabut asap ini menandakan kondisi udara di wilayah tersebut sudah tidak sehat. Banyak aktivitas manusia yang memicu terjadinya kabut asap. Seperti di kota-kota besar terutama, padatnya penduduk membuat asap kendaraan bermotor dan aktivitas industri semakin padat. Sementara di wilayah Sumatera dan Kalimantan, umumnya disebabkan oleh pembakaran lahan yang sering terjadi di wilayah tersebut.
Kabut asap merupakan polusi udara dari campuran beberapa gas dan partikel yang bereaksi dengan sinar matahari. Ditambah dengan kandungan gas karbon dioksida (CO2), Karbon monoksida (CO), nitrogen, salfur oksida (SO2), senyawa organic volati (VOC), dan ozon. Selain itu, kumpulan partikel yang terdapat pada kabut asap seperti debu, pasir, dan serbuk sari.
Baca Juga:
Lalu bagaimana dampak kabut asap untuk kesehatan kita? Beberapa dampak terjadi jika kita tinggal di wilayah dengan kulitas udara yang buruk seperti kabut asap.
1. Kerusakan paru

Ketebalan kabut asap di udara membuat kita kesulitan untuk bernapas berpotensi menyebabkan kerusakan paru. Penelitian menunjukan menghirup kabut asap dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kematian akibat dari penyakit paru. Seperti infeksi paru-paru terutama pada anak-anak, penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK) dan kanker paru.
Kabut asap dapat memperburuk kondisi penyakit yang sudah diderita seseorang, seperti asma dan PPOK. Penelitian Thailand menunjukan ketika musim kabut asap, kunjungan ke unit gawat darurat meningkat. Keluhan yang terjadi seperti kambuhnya gejala asma dan PPOK. Ini karena zat yang terkandung pada kabut asap bersifat iritatif dan membuat kondisi paru-paru semakin meradang.
Lebih parahnya, apabila seseorang mengirup kabut asap dalam jangka panjang. Maka besar kemungkinan memiliki risiko kanker paru-paru, walaupun orang tersebut bukan perokok. Kabut asap mengandung banyak partikel penyebab kanker.
2. Batuk dan iritasi tenggorokan

Kalau menghirup kabut asap, sebagian orang cepat atau lambat dapat mengalami batuk dan iritasi tenggorokan. Biasanya kondisi ini berlangsung beberapa jam. Namun efek bagi sistem pernapasan manusia bisa berlangsung lama walau gejala sudah mengilang.
3. Fungsi jantung

Kumpulan partikel yang ada dalam kabut asap berisiko menginfiltrasi aliran darah manusia sehingga dapat berakibat buruk bagi fungsi jantung. Kabut asap mengandung partikel-partikel sangat kecil dengan ukuran kurang dari 10 micrometer. Semakin kecil ukuran partikel, makan semakin besar juga kemungkinan risiko yang ditimbulkan pada fungsi jantung.
Beberapa penelitian juga menunjukan bahwa menghirup kabut asap dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan tumpukan plak pada pembuluh darah. Ini diduga erat karena proses peradangan yang muncul karena paparan partikel kecil didalam kabut asap.
Baca Juga:
4. Iritasi mata

Kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata. Debu dan zat iritasi yang terkandung dalam kabut asap menyebabkan iritasi. Oleh karena itu, ketika musim kabut asap selalu bawa obat tetes mata dan jangan lupa menggunakan kaca mata jika beraktivitas diluar ruangan.
5. Kerusakan kulit

Selain berdampak pada organ dalam, kabut asap juga dapat merusak kulit. Beberapa penelitian menunjukan bahwa kabut asap dapat meningkatkan risiko penuaan dini pada kulit, menimbulkan jerawat, kanker kulit, dan gejala penyakit kulit eksim dan psoriasis
Dampak kabut asap berbeda-beda pada tiap orang, seperti pada bayi, anak-anak, dewasa, dan yang paling rentan terhadap dampak kabut asap yaitu kelompok manula. Jika terjadi kabut asap di wilayah kita, segera batasi kegiatan diluar ruangan. Jika terpaksa harus beraktivitas di luar, usahakan kegitan yang tidak terlalu menguras tenaga, ditambah pakai masker untuk menutup mulut dan hidung. (rzk)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
