Sains

Di Masa Lalu, Paus Punya Empat Kaki

Dwi AstariniDwi Astarini - Kamis, 22 Oktober 2020
Di Masa Lalu, Paus Punya Empat Kaki

Ilustrasi Peregocetus pacificus. (Foto: Alberto Gennari, albertogennari68.blogspot.com)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

TAK terbayangkan. Mamalia terbesar di laut ternyata punya empat kaki di masa lalu. Para ahli paleontologi, seperti dilansir CNN, pertama kali menemukan kerangka makhluk purba ini di India dan Pakistan. Namun, kerangka lain ditemukan lagi pada 2011 di Peru oleh Mario Urbina dan timnya. Temuan lanjutan itu menunjukkan banyak informasi baru yang mengejutkan.

"Ini adalah catatan tidak terbantahkan kerangka paus berkaki empat pertama di seluruh Samudra Pasifik," kata Olivier Lambert, salah seorang penulis studi dalam siaran pers. Para peneliti menemukan fosil hampir semua bagian dari sang makhluk purba itu. "Hampir merupakan spesimen yang lengkap, sebuah penemuan yang tidak disangka," kata Rodolfo Salas-Gismondi, seorang ahli paleontologi yang terlibat dalam penelitian, kepada Los Angeles Times.

BACA JUGA:

Sisi Kanan Lumba-Lumba Dominan Seperti Manusia

Hasil studi dipublikasikan di jurnal Current Biology. Makhluk temuan itu dinamakan Peregocetus pacificus yang berarti 'paus pengembara yang mencapai Pasifik'. Nama itu merepresentasikan usaha ilmuwan selama ini untuk mencari tahu bagaimana paus purba bermigrasi dari Mediterania ke Atlantik dan akhirnya ke Dunia Baru.

paus
Paus saat ini sangat berbeda dengan paus purba. (Foto: unsplash @thkelley)

CNN melaporkan ilmuwan telah lama mengetahui bahwa bentuk badan paus berubah seiring tahun. Hal itu membuat mereka beradaptasi dengan kehidupan di laut. Namun, mereka tidak mengetahui bagaimana paus bisa berpindah dari Asia Selatan ke Amerika Selatan. Alasannya, paus purba tidak aerodinamis seperti paus saat ini.

Peregocetus, lapor Business Insider, memiliki empat kaki, jari kaki memanjang yang amat mungkin berselaput, gigi tajam, dan bahkan mungkin berbulu. Secara sekilas, Peregocetus terlihat seperti seekor berang-berang atau platipus. Namun, nyatanya itu merupakan paus purba sepanjang 13 kaki yang hidup sekitar 42,6 juta tahun yang lalu.

Ciri-ciri itu menunjukkan paus purba dapat berjalan di daratan. Tidak hanya bisa berjalan di darat, ekor dan kaki yang berselaput menunjukkan Peregocetus juga dapat berenang dengan baik, sama seperti berang-berang zaman modern. Lambert dan rekan-rekannya mengategorikan makhluk itu sebagai amfibi.

paus purba
Tulang-tulang yang ditemukan. (Oliver Lambert, Et. al, Current Biology)

Walau begitu, Lambert mengatakan kepada Los Angeles Times bahwa meski memiliki empat kaki, ia berpendapat paus itu tidak pandai berjalan dan tentunya tidak pandai berlari. Amat mungkin Peregocetus makan dan bertahan di air dan hanya ke daratan untuk kawin dan melahirkan.

Karena paus purba memiliki jari kaki panjang yang amat mungkin berselaput, peneliti berasumsi mungkin begitulah cara mereka melintasi Samudra Atlantik. Dari Amerika Selatan, mereka mungkin juga bermigrasi ke Amerika Utara.

paus purba
Peneliti ingin menemukan ujung ekor dan kerangka kepalanya. (Oliver Lambert, Et. al, Current Biology)

Hal itu berarti para Peregocetus harus menghabiskan banyak waktu mereka di lautan. Lambert mengatakan pau purba menghabiskan lebih banyak waktu berenang sehingga akhirnya beradaptasi dan tidur di laut. Secara bertahap, mereka kehilangan kaki belakang yang mengganggu gerakan berenang yang bergantung pada gerakan ekor.

CNN menyebut peneliti berasumsi mereka tidak sepenuhnya menjadi binatang laut hingga sekitar 12 juta tahun setelah hidup di Bumi.

Walau penemuan ini fantastis, peneliti mengatakan masih diperlukan banyak informasi lain. Peneliti akan terus mencari fosil-fosil lain di Peru. "Akan lebih baik jika bisa menemukan kerangka kepala dan ujung ekor Peregocetus," ujar Lambert.(Lev)

BACA JUGA:

Santan Bantu Percantik Rambut

#Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Brasil dan Indonesia sepakat bekerja sama di bidang ekonomi dan sains. Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, berharap kerja sama ini bisa menguntungkan dua negara.
Soffi Amira - Kamis, 23 Oktober 2025
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Dunia
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Penemuan mereka berpotensi mengatasi beberapa masalah terbesar di planet ini, termasuk menangkap karbon dioksida untuk membantu mengatasi perubahan iklim dan mengurangi polusi plastik melalui pendekatan kimia.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
 Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Dunia
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Membuka jalan bagi lahirnya generasi baru komputer superkuat.
Dwi Astarini - Rabu, 08 Oktober 2025
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Bagikan