Dengkur dapat Jadi Gejala Dimensia Dini?

P Suryo RP Suryo R - Selasa, 06 Juni 2023
Dengkur dapat Jadi Gejala Dimensia Dini?

Kebiasaan mendengkur yang terjadi akibat sleep apnea dapat memicu penurunan kognitif. (Unsplash-Mert Kahveci)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MENDENGKUR, kebiasaan tidur yang mengganggu ini rupanya dapat berdampak berbahaya pada fungsi otak. Studi baru menemukan kalau kebiasaan mendengkur yang terjadi akibat sleep apnea yang dapat memicu penurunan kognitif yang mengarah ke demensia dini.

Para ilmuwan menemukan bahwa kondisi sleep apnea yang biasanya menyebabkan seseorang mendengkur ternyata memutus aliran darah dan oksigen ke otak, yang dapat menyebabkan penurunan kognitif yang berkelanjutan.

Baca Juga:

Coba Malam Ini, 3 Posisi Tidur Ini Sangat Menyehatkan

dengkur
Sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. (Unsplash/Kinga Koward)


Menurut National Institute of Health, sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Kondisi ini dapat ditandai dengan mendengkur saat tidur dan tetap merasa mengantuk setelah tidur lama.

Para peneliti mengumpulkan 27 pria berusia antara 35 hingga 70 tahun yang baru-baru ini didiagnosis menderita obstructive sleep apnea (OSA) ringan hingga berat. OSA adalah kondisi saat tidur dimana nafas seseorang berulang kali berhenti dan kembali lagi bernafas. Selain gangguan tersebut, para peserta dinyatakan sehat.

Tujuh pria, yang tidak menderita sleep apnea dan memiliki latar belakang kesehatan dan pendidikan yang sama, juga merupakan bagian dari studi King's College London, yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Sleep.

Setiap peserta mengenakan topi khusus saat tidur. Topi tersebut memungkinkan para ilmuwan mengukur gelombang otak, memantau kadar oksigen dalam darah, detak jantung, pernapasan, gerakan mata dan kaki, serta fungsi kognitif.

Lewat penelitian itu, individu dengan sleep apnea parah kurang sadar, kurang fokus, memiliki masalah ingatan jangka pendek dan ketidakmampuan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga:

Atasi Dengkur dengan Lima Makanan ini

ngorok
Individu dengan sleep apnea parah memiliki masalah ingatan jangka pendek. (Unsplash/Leand)

Mereka dengan sleep apnea pada sisi yang lebih ringan memiliki fungsi kognitif yang lebih besar, catat para peneliti.

Temuan menyimpulkan bahwa mereka yang menderita sleep apnea serius memiliki risiko kehilangan kekuatan otak. Menurut para peneliti, dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular dan metabolisme, serta diabetes tipe 2.

Para peneliti berpendapat bahwa hasil ini bisa disebabkan oleh rendahnya kadar oksigen dan tingkat karbon dioksida yang tinggi dalam darah, perubahan aliran darah ke otak, dan peradangan di otak.

"Interaksi yang kompleks ini masih kurang dipahami. Tetapi kemungkinan hal ini menyebabkan perubahan neuroanatomi dan struktural yang meluas di otak dan terkait dengan defisit kognitif dan emosional fungsional. Studi kami adalah bukti konsep. Namun, temuan kami menunjukkan bahwa komorbiditas cenderung memperburuk dan mengabadikan setiap defisit kognitif yang disebabkan oleh OSA itu sendiri," kata peneliti utama Dr. Ivana Rosenzweig.

Akhirnya, dalam kasus yang paling parah, hal ini dapat menyebabkan demensia karena kehilangan ingatan dan ketidakmampuan berpikir jernih ditemukan pada individu yang menderita OSA. (dsh)

Baca Juga:

Pasanganmu Mendengkur? Waspada Terkena Polusi Suara

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Indonesia
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Penonaktifan itu dilakukan BPJS Kesehatan karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan menunggak pembayaran iuran sebesar Rp 41 miliar.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Terlalu sering mengonsumsi mi instan bisa membuat usus tersumbat akibat cacing. Namun, apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Rabu, 08 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Bagikan