Sains

Cerita di Balik Aurora Borealis

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 30 Agustus 2023
Cerita di Balik Aurora Borealis

Kisah di balik fenomena Aurora Borealis.(foto: vincent-guth_unsplash)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

AURORA borealis atau northern lights merupakan salah satu fenomena alam yang paling spektakuler sekaligus rumit. Pertunjukan cahaya alam yang memukau yang ada di langit-langit Bumi ini berasal dari partikel-partikel yang berasal dari matahari yang berjarak 150 juta kilometer dari Bumi. Partikel-partikel tersebut bergerak melintasi ruang angkasa dan bertabrakan dengan atmosfer Bumi, menghasilkan pola cahaya bergelombang di langit malam daerah kutub.

Untuk memahami Aurora Borealis, kamu harus memiliki pemahaman dasar tentang angin matahari, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Bumi, bagaimana angin matahari berinteraksi dengan medan magnet planet kita, dan sedikit pengetahuan tentang cara atom dan molekul memancarkan cahaya saat terionisasi atau tereksitasi.

BACA JUGA:

Yuk, Lihat Super Blue Moon Malam Ini

Pertama, kamu harus tahu dari mana nama ilmiahnya, yaitu aurora borealis. Kata pertama yaitu aurora berasal dari nama Dewi Fajar Romawi. Kata kedua, 'boreas', mengacu pada Dewa Angin Utara Yunani.

sains
Proses terjadnya angin matahari.(foto: slashgear)

Apa itu angin matahari (solar wind)

Kita sudah tahu bahwa bintang terdekat dengan bumi ialah matahari. Bersamaan dengan panasnya, matahari juga memancarkan partikel bermuatan (elektron, proton, atau ion) ke dalam tata surya kita. Itulah yang disebut angin matahari. Partikel tersebut sampai ke Bumi dengan kecepatan 400 sampai 800 kilometer per detik. Tergantung pada kecepatannya, partikel-partikel energi itu mencapai Bumi dalam beberapa hari.

Dalam perjalanannya menuju Bumi, angin matahari diperlambat oleh magnetosfer Bumi, yang terdiri dari garis-garis medan magnet. Di khatulistiwa, garis-garis ini hampir sejajar dengan permukaan Bumi dan tidak memungkinkan partikel-partikel tersebut menembus atmosfer. Namun, garis-garis ini mengarahkan partikel bermuatan ke arah kutub. Bagi yang belum tahu, magnetosfer adalah ruang tiga dimensi di sekitar planet kita di mana medan magnetnya dominan.

BACA JUGA:

Melihat Aurora Borealis di Destinasi ini Bikin Kamu Masuk ke Dunia Lain

Bagaimana partikel bermuatan berinteraksi dengan medan magnet Bumi

Sekarang, kita akan memahami bagaimana tabrakan angin matahari dengan gas-gas di atmosfer kita memancarkan cahaya. Ketika mereka bergerak di sepanjang garis medan magnet yang menyatu dan mencapai kutub, partikel-partikel bermuatan memasuki atmosfer. Di sini, partikel-partikel tersebut bertabrakan dengan nitrogen dan oksigen dan mentransfer energinya ke molekul-molekul gas. Hal ini merangsang elektron dalam molekul, mendorong mereka ke tingkat energi yang lebih tinggi. Jika partikel memiliki energi yang berlebihan, mereka juga dapat menghilangkan elektron dari molekul, menyebabkan ionisasi. Dalam kedua kondisi tersebut, molekul menjadi tidak stabil.

aurora borealis
Partikel elektron yang bereaksi.(foto: slashgear)

Ketika elektron yang tereksitasi kembali ke keadaan stabil (atau molekul yang terionisasi bergabung kembali dengan elektron bebas), mereka memancarkan energi tambahan dalam bentuk radiasi yang terlihat oleh mata kita. Karena proses ini terjadi lebih dekat ke permukaan kutub Sekitar 80 km dari permukaan laut. Inilah yang kita sebut sebagai cahaya utara atau aurora borealis di Belahan Bumi Utara. Di Belahan Bumi Selatan, cahaya ini disebut aurora australis, di mana "australis" berarti "selatan".

Meskipun terlihat oleh mata. Tetapi sulit untuk melacak keberadaan cahaya ini. Pada umumnya, aurora tampak berwarna kuning kehijauan. Aurora adalah fenomena acak, dan sulit untuk memprediksi kapan terjadinya. Tetapi jika kamu ingin berburu cahaya ini, waktu yang paling tepat adalah pada musim dingin. Dari September hingga Maret, ketika langit lebih gelap dan malam lebih panjang. urora borealis mudah terlihat di wilayah utara Islandia, Swedia, Finlandia, Norwegia, Kanada, dan Alaska. Oleh karena itu, kamu memiliki banyak pilihan untuk melihat pemandangan magis cahaya utara, terutama jika kamu sedang merencanakan liburan.(aqb)

BACA JUGA:

300 Hari dengan Northern Lights

#Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Brasil dan Indonesia sepakat bekerja sama di bidang ekonomi dan sains. Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, berharap kerja sama ini bisa menguntungkan dua negara.
Soffi Amira - Kamis, 23 Oktober 2025
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Dunia
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Penemuan mereka berpotensi mengatasi beberapa masalah terbesar di planet ini, termasuk menangkap karbon dioksida untuk membantu mengatasi perubahan iklim dan mengurangi polusi plastik melalui pendekatan kimia.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
 Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Dunia
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Membuka jalan bagi lahirnya generasi baru komputer superkuat.
Dwi Astarini - Rabu, 08 Oktober 2025
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Bagikan