Bahaya Optimisme yang Tidak Realistis dalam Hadapi COVID-19


Optimisme yang tidak realistis membuat kamu rentan karena merasa terlindungi, padahal tidak. (Foto: 123RF/niceideas)
PEMERINTAH daerah, Kementerian Kesehatan, hingga World Health Organization (WHO) telah membuat rekomendasi tentang langkah-langkah yang dapat diambil untuk membantu melindungi diri sendiri, orang tercinta, dan anggota komunitas dari COVID-19. Misalnya seperti vaksinasi, memakai masker, menjaga jarak aman, dan menjauhi tempat ramai.
Hal yang penting, di tengah rekomendasi ini, para peneliti telah melihat langkah mana yang berpengaruh; apakah orang mengikutinya atau tidak; termasuk mengenai kecenderungan manusia untuk memiliki optimisme yang tidak realistis.
Optimisme yang tidak realistis merupakan kecenderungan untuk mengantisipasi keadaan dengan berpikir peluang untuk menghadapi keadaan buruk lebih rendah dari peluang untuk menikmati perkembangan dan perbaikan.
Baca juga:
Pasien COVID-19 Varian Delta Bisa Menyebarkan Virus 2 Hari sebelum Merasakan Gejala
Diberitakan Psychologytoday.com (30/8), data ilmiah yang muncul menunjukkan bahwa pola pikir optimisme yang tidak realistis ini memiliki hubungan dengan meremehkan kemungkinan terkena COVID-19, merasa tidak takut tertular, dan cenderung kurang mau mencari informasi lebih banyak tentang kemungkinan tertular dan bagaimana melindungi diri sendiri.
Namun, bagaimana jika elemen-elemen ini dibalik? Dengan kata lain, jika orang benar-benar mengikuti anjuran kesehatan, apakah optimisme mereka yang tidak realistis akan meningkat?

Dalam sebuah penelitian berjudul "Can self-protective behaviors increase unrealistic optimism? Evidence from the COVID-19 pandemic" yang dimuat secara daring di Journal of Experimental Psychology: Applied, tim peneliti mengeksplorasi pertanyaan ini.
Lebih khusus lagi, mereka memeriksa apakah orang akan memiliki optimisme yang lebih tidak realistis tentang peluang mereka terkena COVID-19 (yaitu, berpikir peluang mereka tertular virus lebih rendah daripada orang lain), dan apakah memikirkan rutinitas pribadi mereka memakai masker akan mengintensifkan bias ini.
Hasil penelitian menunjukkan, orang memang memiliki optimisme yang tidak realistis tentang peluang mereka terkena COVID-19. Selain itu, eksperimen tersebut juga mengungkapkan bahwa ketika orang memikirkan penggunaan masker mereka, ini menyebabkan mereka memiliki optimisme yang lebih tidak realistis dibandingkan dengan orang yang hanya mengukur kemungkinan tertular virus tanpa memikirkan penggunaan masker mereka sendiri.
Baca juga:
Kompensasi Risiko
Mengapa pertanyaan ini penting? Tentu, orang mungkin kurang rentan untuk mengambil tindakan pencegahan keselamatan jika mereka lebih optimis secara tidak realistis, dan itu penting untuk disadari. Namun, bagi orang-orang yang benar-benar mengikuti pedoman kesehatan, siapa yang peduli jika hal itu membuat mereka lebih bias tentang keselamatan mereka sendiri?
Faktanya, seperti yang ditunjukkan pera peneliti, tergantung pada praktik orang (yaitu, berada di rumah), orang-orang seperti itu mungkin benar dalam berpikir bahwa mereka cenderung tidak sakit. Jadi mengapa kita bahkan membicarakan ini?
Para peneliti menyoroti poin penting: Jika orang menjadi lebih optimis secara tidak realistis, mereka dapat membuat pilihan yang tidak aman bahkan setelah mengambil langkah-langkah untuk melindungi kesejahteraan mereka. Ini adalah konsep yang dikenal sebagai kompensasi risiko.

Misalnya, penelitian sebelumnya menemukan bahwa setelah orang menerima vaksin, mereka melonggarkan beberapa praktik keamanan lain yang akan melindungi mereka dari penularan penyakit dan bukan terus mempertahankan semuanya.
Jadi apa yang bisa kita ambil dari penelitian ini? Apakah ini berarti kontraproduktif untuk mengikuti rekomendasi keselamatan COVID-19? Sama sekali tidak. Seperti yang ditunjukkan dengan tepat oleh para peneliti, penting untuk mengambil langkah-langkah untuk membantu melindungi dari COVID-19, dan langkah-langkah itu berhasil.
Mereka juga menekankan bahwa apa yang perlu kita perhatikan, dan apa yang harus disoroti oleh pesan kesehatan masyarakat, yaitu langkah-langkah yang diambil untuk menjaga diri tetap aman dapat membuat kamu rentan untuk berpikir bahwa kamu lebih terlindungi dari COVID-19, padahal tidak.
Pada gilirannya, kamu mungkin akhirnya lengah dan melonggarkan praktik pencegahan tertentu lainnya yang juga diperlukan untuk menjaga diri sendiri, orang-orang terkasih, dan orang lain tetap aman. (aru)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga

Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak

Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas

Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
