Sains

Anjing Laut Bantu Peneliti Jepang di Antartika

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 02 Maret 2022
Anjing Laut Bantu Peneliti Jepang di Antartika

Anjing laut dilengkapi dengan sensor konduktivitas, suhu, dan kedalaman yang dipasang di kepala. (aawsat.com)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

ANJING laut yang memakai helm dengan antena mungkin terlihat tidak biasa. Namun, delapan anjing laut Weddell yang memiliki nama latin Leptonychotes weddellii, masing-masing dengan perangkat pemantau 580 g di kepala mereka, telah membantu peneliti Jepang menyurvei perairan di bawah lapisan es tebal di Antartika.

Diperbantukan untuk proyek penelitian antara Maret dan November 2017, saat musim dingin di Antartika, para anjing laut tersebut dilengkapi sensor konduktivitas, suhu, dan kedalaman yang dipasang di kepala. Alat itu yang memungkinkan para ilmuwan mengumpulkan data pengamatan, seperti suhu air dan kadar garam, di daerah dengan kondisi lingkungan yang sangat keras.

Pemimpin proyek Nobuo Kokubun mengatakan penelitian semacam itu membantu para ilmuwan melacak pola perilaku dan ekologi hewan.

BACA JUGA:

Mitos dan Fakta Seputar Satwa, Buaya Tidak Berbahaya?

“Selama musim panas, kami bisa pergi ke Antartika dengan kapal pemecah es untuk melakukan kegiatan penelitian yang sebenarnya. Dengan begitu, kami bisa mengumpulkan data di sana. Namun, selama musim dingin, hal seperti itu tidak bisa dilakukan di banyak tempat,” kata Kokubun saat wawancara dengan Reuters (25/2).

antartika
Penelitian dengan bantuan hewan membantu para ilmuwan melacak pola perilaku dan ekologi hewan. (Scitech Daily)

"Namun, bahkan dalam situasi seperti itu, banyak hewan seperti anjing laut yang hidup di wilayah Antartik. Jadi saya pikir kami harus meminta mereka untuk mengumpulkan datanya," tambah Kokubun.

Data yang dikumpulkan dari tujuh anjing laut menunjukkan salah satu dari mereka telah melakukan perjalanan sejauh 633 kilometer dari pantai Stasiun Showa Jepang di Antartika, sedangkan yang lain turun hingga kedalaman 700 meter.

Kokubun mengatakan para ilmuwan juga belajar dari data bahwa air laut hangat dari lapisan atas di laut terbuka mencapai Antartika dari Maret hingga musim dingin. Air mengalir di bawah es, membawa makhluk laut seperti krill Antartika, sumber makanan utama bagi anjing laut.

anjing laut
Selanjutnya, para peneliti berharap membuat perangkat lebih kecil untuk penguin. (Nature)

Dengan tujuan meneliti lebih lanjut dampak pemanasan global di wilayah pesisir Antartika, Kokubun selanjutnya berharap untuk membuat perangkat yang cukup kecil untuk dapat dikenakan pada hewan lain di Kutub Selatan lain, seperti penguin.

“Kelebihannya dengan penguin ialah mereka kembali ke tempat yang sama dan kami dapat mengumpulkan data dari mereka dengan segera. Selain itu, kami dapat menggunakan perangkat pada penguin dalam jumlah besar sehingga dapat mencakup area yang luas,” dia menjelaskan.(aru)

#Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Fun
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Ilmuwan temukan warna ‘olo’ — biru-hijau super pekat yang hanya terlihat dengan teknologi laser Oz.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 21 April 2025
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Bagikan