Akrobat Politik PSI Dianggap Sebagai Siasat Rebut Suara Nasionalis dari PDI Perjuangan
Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin (Foto: Twitter @UiUkom)
MerahPutih.Com - Pengamat politik Ujang Komarudin menilai serangan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) melalui sang ketua umum Grance Natalie kepada partai berbasis nasionalis sebagai upaya mengambil suara PDI Perjuangan.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini melihat akrobat politik PSI ini lantaran ceruk suaranya sama.
"PSI bisa saja ingin mengambil suara pemilih PDIP karena ceruk suara mereka sama. Strategi menghantam lawan dan memenangkan diri sendiri," kata Ujang di Jakarta, Rabu (13/3).
Ujang Komarudin melihat PSI cemburu dengan PDIP karena selalu unggul dalam setiap survei dan diprediksi menang di Pemilu 2019.
Sementara itu menurut dia, PSI berdasarkan survei berbagai lembaga, terancam tidak lolos ambang batas parlemen 4 persen. Karena itu PSI cemburu kepada PDIP yang selalu disebutkan menang di Pemilu 2019.
"PSI memang cenderung menyalahkan partai lain, termasuk menyalahkan PDIP seolah-oleh PSI yang paling benar," ujarnya.
Ujang menilai tidak etis dan elok apabila PSI menyalahkan partai lain dan diduga strategi PSI menyalahkan PDIP merupakan bagian dari upaya mendongkrak popularitas dan elektabilitas suara di Pemilu 2019.
Menurutnya, meskipun kedua partai itu berada dalam koalisi pemenangan Jokowi-Ma'ruf, namun keduanya tidak bersatu untuk kepentingan Pemilu Legislatif (Pileg) karena masing-masing mengamankan suara partai.
"Mereka satu 'perahu' di Pilpres namun tidak di Pileg karena harus berjuang masing-masing mengamankan suaranya," katanya.
Ujang Komarudin sebagaimana dilansir Antara menyebut sikap PSI yang menyerang PDIP berpotensi merusak soliditas koalisi Jokowi-Ma'ruf sehingga harus ditertibkan karena harus menjaga etika koalisi.
Menurut dosen Universitas Al Azhar Jakarta ini, antar-partai koalisi harus bisa saling menjaga dan menghormati serta tidak saling menyalahkan.
Sebelumnya, Ketua Umum PSI Grace Natalie di Medan, Senin (11/3) menyebut partai yang dipimpinnya berbeda dengan partai nasionalis lain yang menurutnya lebih banyak diam terkait dengan kasus-kasus intoleransi dan diskriminasi belakangan ini.
Grace dalam pidatonya menyatakan hanya PSI yang peduli ketika 13 Januari lalu terjadi persekusi atas jemaat GBI Philadelpia yang sedang beribadah di Labuhan Medan. Juga ketika nisan kayu salib dipotong dan prosesi doa kematian seorang warga Katolik ditolak massa.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: WP KPK Gelar Aksi Diam Peringati 700 Hari Penyerangan Novel Baswedan
Bagikan
Berita Terkait
Jumat Malam Tol JORR Macet Parah, PSI Minta Jam Operasional Truk di Jakarta Dibatasi
Pelantikan PSI Solo, DPD PSI Solo Undang Jokowi Jadi Saksi
Dewan PSI Sesalkan Pemotongan Anggaran Subsidi Pangan, tapi Malah Tambahin Dana Forkopimda Rp 200 Miliar
Prabowo Ikut Musnahkan Barang Bukti Narkoba, Pengamat: Bandar Mulai Ketar-ketir
Dikasih Topi Logo Gajah, Jokowi Ngaku Ngomong Banyak Hal Dengan Sekjen PSI
PSI Ungkap Pengurangan Anggaran Berimbas pada Penghapusan BPJS Kesehatan 1,3 Juta Warga DKI
PSI DKI Temukan Anggaran Fantastis Pembelian Lampu Operasi di Dinkes, Nilainya Capai Rp 1,4 Miliar
Rp 14,6 Triliun DKI Ngendap di Bank, PSI Soroti Belanja Subsidi dan Modal yang Mampet
Akun Medsos yang Hina Bahlil Dilaporkan ke Polisi, Direktur P3S: Sangat Tidak Etis
Pengamat Beri Nilai 6 untuk Setahun Kinerja Prabowo-Gibran, Sebut Tata Kelola Pemerintahan Semrawut