3 Social Experiment Paling Populer di Dunia

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Jumat, 30 September 2022
3 Social Experiment Paling Populer di Dunia

Social Experimen diperlukan untuk mendapatkan hasil yang pasti. (Foto: Unsplash/AbsolutVision)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SOCIAL experiment atau eksperimen sosial biasa dilakukan pada bidang sosiologi atau psikologi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sekelompok orang bertindak dalam suatu situasi atau bagaimana mereka merespon suatu program atau kebijakan.

Beberapa social experiment juga bersifat informal, mengandung unsur humor, dan dilakukan semata-mata untuk menghibur penontonnya. Seperti social experiment berbentuk prank yang populer di media sosial, ini kerap dilakukan dengan cara informal namun tetap memiliki hasil yang cukup akurat.

Baca Juga:

Inilah Rasanya Gantung Diri, Jangan Dicoba!

Nah, ternyata ada tiga social experiment populer di dunia yang pernah dilakukan, misalnya:

1. The Bobo Doll Experiment

The Bobo Doll Experiment merupakan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Albert Bandura pada tahun 1961. Eksperimen ini bertujuan untuk melihat apakah suatu perilaku sosial dapat dipelajari hanya dengan melihat orang lain melakukannya.

The Bobo Doll Experiment menghadirkan Bobo Doll atau boneka badut yang apabila ditinju akan melambung ke atas. Eksperimen ini menghadirkan sejumlah anak sebagai partisipan dan dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Studi ini menunjukkan bahwa anak-anak yang melihat orang dewasa memukul Bobo Doll cenderung mengekspresikan rasa kesal mereka dengan cara yang sama. Sementara anak-anak yang melihat orang dewasa melakukan aktivitas non-agresif cenderung memilih untuk menjauh dari Bobo Doll dan menyikapi rasa kesal mereka tanpa bersikap agresif.

2. The Asch Line Study: Conformity Experiment

The Asch Line Test atau The Asch Conformity Experiment mencoba untuk melihat bagaimana seseorang mengubah pikirannya demi menjadi sama dengan yang lain. Dilakukan oleh Solomon Asch pada tahun 1950-an, partisipan pertama-tama diminta untuk menjawab sebuah pertanyaan sederhana tanpa pengaruh dari orang lain.

Hasilnya, sebanyak 99 persen partisipan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar. Selanjutnya, Asch meminta anggota timnya untuk memilih jawaban yang salah dengan percaya diri dan memberitahu kelompok.

Baca Juga:

Ribuan Anjing Beagles Diselamatkan dari Pelanggaran Eksperimen

Partisipan akhirnya diminta untuk membuat pilihan, mengikuti kata hati mereka meskipun itu berarti memberikan jawaban yang berbeda dari yang lain atau mengikuti jawaban yang salah karena peer pressure. Penelitian ini menunjukkan bahwa 75 persen partisipan menjawab salah setidaknya satu kali hanya demi memilih pilihan yang sama dengan kelompok.

3. The Bystander Effect

Pada tahun 1964, tepatnya pada pukul tiga pagi, seorang perempuan bernama Kitty Genovese dibunuh di luar apartemennya yang berlokasi di New York, Amerika Serikat. Dua minggu kemudian, The New York Times merilis sebuah artikel berjudul 37 Who Saw Murder Didn't Call the Police. Judul artikel ini cukup menggemparkan dunia karena 37 orang saksi pada pembunuhan tersebut tidak mengambil tindakan ketika terjadi peristiwa pembunuhan. Media mengatakan bahwa orang-orang tersebut sekadar tidak ingin terlibat.

Namun, para psikolog ternyata mempunyai penjelasan yang berbeda. Ketika seseorang sedang berada di tengah keramaian dan menyaksikan tindakan kriminal, ia menjadi salah satu dari beberapa orang yang berpotensi akan melapor kepada polisi. Tetapi, karena tanggung jawab itu terbagi pada sekelompok orang, setiap individu akan memiliki kecenderungan untuk berpikir: “Ah, orang lain akan melaporkannya”.

Oleh karena itu, lahirlah The Bystander Effect, sebuah pemikiran yang melihat bahwa sebagai bystander, seseorang cenderung menghindari intervensi atau mengambil tindakan ketika dikelilingi oleh orang-orang lain.

Penelitian di atas telah menyumbang penjelasan ilmiah atas peristiwa yang kita temui dalam kehidupan bermasyarakat dan bermanfaat untuk bidang ilmu sosiologi/psikologi. Berbekal rasa keingintahuan, para peneliti sosial mampu mengungkap hal-hal yang belum pernah diketahui sebelumnya. Nah, apabila kamu tertarik untuk menjadi peneliti sosial/psikolog dan ingin mengambil jurusan terkait, kamu bisa mulai mempersiapkan diri masuk perguruan tinggi dengan mengikuti tryout online gratis di ruanguji. (ikh)

Baca Juga:

Ini Alasan Anjing Suka Dielus Perutnya

#Unik #Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Fun
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Ilmuwan temukan warna ‘olo’ — biru-hijau super pekat yang hanya terlihat dengan teknologi laser Oz.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 21 April 2025
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Bagikan