Sinyal The Fed Jadi Penentu Laju Market Kripto

Minggu, 28 Agustus 2022 - Andreas Pranatalta

MENJELANG akhir pekan keempat Agustus 2022, pasar aset kripto terus mengalami tekanan. Namun, secara keseluruhan, pergerakan harga 10 kripto berkapitalisasi besar atau big cap masih tergolong sideways dengan perdagangan di rentang harga yang terbatas dengan volatilitas tinggi.

Mengutip laman CoinMarketCap, Jumat (26/8), nilai Bitcoin bertengger di zona merah dengan harga USD 21.376 (sekira Rp 316 juta) atau turun 1,59 persen dan anjlok 2,95 persen dalam sepekan. Altcoin lainnya, Ethereum (ETH) yang digadang-gadang akan memasuki fase bullish jelang The Merge, juga lengser 3,21 persen di harga USD 1.649 (sekira Rp 24 juta).

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, mengatakan market kripto bergerak flat atau sideways dalam beberapa hari terakhir, lantaran mengantisipasi simposium The Fed di Jackson Hole, Wyoming, AS, pada Jumat (26/8) waktu setempat. Investor memilih wait and see terhadap kepastian arah kebijakan moneter AS ke depan, ketimbang buru-buru melakukan price actions di pasar kripto.

Baca juga

4 Tips Tetap Profit saat Bear Market untuk Investor Kripto

Sinyal The Fed Jadi Penentu Laju Market Kripto
Nilai Bitcoin bertengger di zona merah. (Foto: Unsplash/Quantitatives)


"Investor tengah bersikap memasang kuda-kuda menanti hasil simposium ekonomi The Fed di Jackson Hole. Dalam perhelatan itu, Ketua The Fed, Jerome Powell, digadang akan menyampaikan arah kebijakan moneter terbaru AS demi meredam inflasi," kata Afid, dalam siaran pers yang diterima Merahputih.com.

"Saat ini, banyak spekulasi menawarkan beberapa petunjuk apakah The Fed lebih memilih kenaikan suku bunga 50 atau 75 basis poin, yang akan diumumkan di pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee-Red.) pada 13 September mendatang," lanjutnya.

Dari sisi sentimen makroekonomi lainnya, memang saat ini belum mendukung pasar kripto. Meningkatnya inflasi di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa yang tinggi, tentu membuat komoditas beresiko seperti aset kripto ikut terdampak.

Baca juga:

Gudang Kripto Indonesia Siap Sambut Investor Pemula

Sinyal The Fed Jadi Penentu Laju Market Kripto
Pergerakan harga 10 kripto berkapitalisasi besar atau big cap masih tergolong sideways. (Foto: Unsplash/Jeremy Bezanger)

"Investor sedang memutar otak untuk mengamankan aset mereka dan memilih instrumen investasi yang dirasa lebih aman. Terlebih dalam beberapa hari terakhir ini indeks dolar AS menguat moderat," jelas Afid.

Di samping itu, data Glassnode dalam laporan on-chain terbarunya berjudul A Bear Market Mirage menyebutkan total arus masuk dan arus keluar di semua exchange kripto turun ke posisi terendah sejak akhir 2020. Penurunan tersebut menunjukkan kurangnya minat investor secara umum terhadap pasar kripto.

Glassnode menyebutkan kondisi pasar kripto saat ini hampir sama dengan pada saat bear market 2018. Namun, tahun ini pasar belum mencatat arus masuk yang signifikan untuk mendorong tren pemulihan yang berkelanjutan. Artinya pasar kripto untuk bull run sulit terjadi dalam jangka pendek hingga akhir tahun.

Kapitalisasi atau market cap kripto secara keseluruhan juga masih bertengger di atas USD 1 triliun (sekira Rp 14.852 triliun) sejauh bulan Agustus ini. Secara umum, market cap kripto telah kehilangan nilai kapitalisasi sekira USD 1,2 triliun (setara Rp 17.823 triliun) sejak Januari 2022. (and)

Baca juga:

Uang Kripto Bukan Hanya Bitcoin, Kenali 11 Lainnya

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan