Jangan Panik saat Musim Flu, Ini Urutan Gejala COVID-19
Senin, 21 September 2020 -
GEJALA COVID-19 memang mirip-mirip dengan penyakit atau virus lainnya. Termasuk flu musiman yang biasanya sering menghampiri kita ketika musim pancaroba.
Menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), masa peralihan dari kemarau ke musim hujan memang terjadi pada September di tahun 2020 ini.
Dengan flu musiman yang sedang melanda, pastinya kita sering merasa parno jika mengalami gejala-gejala seperti batuk atau demam. Tapi jangan panik, menurut Healthline, penelitian terbaru memperdalam tentang gejala-gejala COVID-19.

Penelitian yang dilakukan oleh University of Southern California (USC) berhasil menentukan bahwa COVID-19 biasanya bermula dalam suatu urutan gejala tertentu. Batuk dan demam memang gejalanya.
Baca juga:
Kelas Daring Turunkan Tingkat Kecemasan Sebagian Remaja
Para peneliti mengambil lebih dari 55,000 data kasus COVID-19 milik World Health Organization (WHO) di Tiongkok. Kemudian mereka menyimpulkan urutan gejala dari COVID-19 antara lain demam yang diikuti dengan batuk kering dan nyeri otot. Kemudian tahap selanjutnya adalah mual dan muntah-muntah dan diikuti dengan diare.

Menurut Dr. Robert Glatter dari Lenox Hill Hospital, penelitian ini mengatakan pasien yang mengalami gejala flu musiman biasanya mengalami batuk terlebih dulu, baru demam.
Kesimpulannya, penelitian dari University of Southern California (USC) ini menunjukkan influenza biasanya dimulai dari batuk, dan gejala COVID-19 adalah demam.
"Pada kenyataanya, ini mungkin sulit diidentifikasi karena flu seringkali dimulai secara tiba-tiba dengan tiga serangkai gejala termasuk sakit punggung, menggigil, dan batuk kering," ungkap Dr. Glatter.
Baca juga:
Penemuan ini diharapkan mampu berguna ketika sedang mengevaluasi beberapa pasien dalam pengaturan klinis yang sibuk.
"Urutan (gejala) ini sangat penting untuk diketahui ketika kita memiliki siklus penyakit seperti flu yang bertepatan dengan infeksi COVID-19", ungkap Peter Kuhn, PhD, salah satu penulis studi, profesor kedokteran, teknik biomedis, dan teknisi mesin dan dirgantara di USC.

Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu dokter dalam menentukan langkah apa yang harus diambil untuk merawat pasien dan mencegah kondisi pasien agar tidak memburuk.
Di sisi lain, kasus COVID-19 ini tidak selalu tampak 'sesuai dengan petunjuk pada buku'. Maka dari itu Dr. Glatter mengimbau para pekerja medis untuk melemparkan 'jaring' yang lebih lebar ketika mendiagnosa pasien terkait COVID-19. (shn)
Baca juga: