Roman Elok Sungai Jingah dan Rumah Tua Suku Banjar
Selasa, 11 Desember 2018 -
SEKELOMPOK pencinta sepeda tua tampak berkeliling di kawasan Kampung Rumah Banjar di Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Mereka yang tergabung dalam komunitas Sepeda Antik Banjarmasin (Saban) ini satu demi satu menyinggahi sekitar 20 unit rumah tua di kawasan tepian Sungai Martapura.
Sejurus kemudian, mereka membidik-bidikan kamera telepon seluler dan kamera saku ke rumah yang sebagian besar terbuat dari kayu ulin (kayu besi) itu. Segelintir dari mereka ada juga yang berswafoto dengan latar belakang rumah tua berarsitektur budaya suku Banjar yang merupakan etnis terbanyak yang bermukim di wilayah daratan paling selatan pulau terbesar nusantara tersebut.
Dikala hasil jepretan telepon genggam dan kamera pocket yang mengeksplor kampung tua dengan rumah-rumah adat tersebut dan diunggah ke grup di facebook dan whatshapp (WA) ternyata memperoleh respon positif dari netizen.
Banyak pertanyaan tentang lokasi kampung tua yang konon merupakan yang tertua di kota berjuluk 'kawasan seribu sungai' tersebut. Bahkan hasil jepretan yang diunggah ke FB dan WA tersebut oleh netizen dibagikan kemana-mana.
"Luar biasa kampung tua ini. Ini adalah objek wisata yang luar biasa pula jika dikembangkan menjadi destinasi, karena selain alamnya yang bagus juga berada di tepian Sungai Martapura," kata Zany Thaluk, anggota Saban seperti dilansir Antara.
Zany berpendapat bahwa objek wisata yang Indonesia miliki ini jauh lebih bagus dibanding wisata serupa yang ada di negeri Malaka, Malaysia. Di sana juga terdapat satu lokasi objek wisata di sungai sekaligus rumah dan gedung-gedung tua peninggalan kolonial Inggris.
"Padahal rumah dan gedung tua di sana hanya beberapa unit saja, sementara di Sungai Jingah Banjarmasin terdapat puluhan rumah dan semuanya tua-tua, ini lebih menarik dan eksotis," katanya.
Hanya saja lokasi sini belum dikelola sebagai destinasi wisata sementara di Melaka sudah lama dan dipublikasikan secara gencar ke seluruh dunia. Makanya saatnya Sungai Jingah juga dikelola dan dipublikasikan sebagai kota tua atau kampung lama wilayah ini.
Gubernur Kalsel, Haji Sahbirin Noor saat acara Aksi Sapta Pesona 2018 di kampung tua Sungai Jingah, Kamis (6/12), mengakui Sungai Jingah memiliki belasan rumah tua, makanya ke depan wilayah ini dijadikan kampung tua sebagai destinasi wisata.
Sungai Jingah bukan saja memiliki rumah-rumah tua, juga memiliki banyak kebudayaan lama yang terpelihara dengan baik, seperti budaya membuat kuliner, budaya membuat kain Sasirangan, serta budaya-budaya aneka kehidupan lainnya.

"Baik rumah serta budaya-budaya tersebut kesemuanya sangat potensial dijual kepada wisatawan, makanya ini akan dipublikasikan lebih luas lagi sebagai kawasan wisata di Kalsel," kata pria yang lebih dikenal dengan sebutan Paman Birin ini.
Menurut orang nomor satu di Pemprov Kalsel tersebut sudah saatnya wilayahnya tidak mengandalkan lagi tambang batu bara sebagai penggerak ekonomi, karena emas hitam tersebut merupakan fosil yang bisa habis.
Sementara daerah lain sekarang lebih mengedepankan pengembangan pariwisata yang dapat mendatangkan uang tanpa harus merusak alam, karena itu sudah saatnya Kalsel mengembangkan dunia wisata tersebut lebih luas lagi dan tak ada habis-habisnya.
Bersejarah Saat melihat potensi rumah banjar tersebut, Gubernur Kalsel merasa senang kepada pemilik rumah yang sama sekali tidak memperbaharui model tampilan tempat tinggal mereka itu.
Aksi Sapta Pesona yang digagas Dinas Pariwisata Kalsel dalam memaksimalkan sumber daya pariwasata di Sungai Jingah, rupanya mengingatkan kenangan masa kecil Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor. Maklum, ia lahir dan besar di kampung tepi Sungai Martapura itu.
"Saya senang sekali kegiatan pagi ini bertempat di Sungai Jingah. Tempat yang bersejarah, tidak hanya bagi Kota Banjarmasin dan Kalsel, tetapi bagi saya pribadi," ujar Sahbirin.
Gubernur mengapresiasi langkah Dinas Pariwisata Kalsel dalam kegiatan ini. Ia berharap instansi ini lebih banyak berbuat lagi demi mewujudkan keinginan bersama untuk tidak lagi bergantung sepenuhnya pada sektor pertambangan. (zaim)
Baca Juga: Menengok Wajah Kuyu Kota Tua Ampenan