Menengok Wajah Kuyu Kota Tua Ampenan


Suasana Kota Tua Ampenan saat malam hari. (Instagram/@aprian_one)
SUASANA sendu Kota Tua Ampenan itu telah terasa saat kendaraan menemui pertigaan yang tepat di pojoknya masih berdiri eks bangunan sekolah zaman Belanda yang saat ini menjadi SMPN 3 Mataram atau lebih dikenal dengan SMP Dollar. Penyebutan itu karena dahulunya itu merupakan sekolah Belanda.
Di sepanjang Jalan Niaga I, jajaran rumah toko dan bangunan yang berlanggam art deco membuat suasana tempo dahulu terasa. Namun warna putih tembok sudah memudar dan bercampur kehitaman. Persis lukisan alamiah yang tidak sedap dipandang mata.
Sampai di lampu merah Simpang Lima, berbelok ke arah kiri jalan, terpampang gapura yang bertuliskan 'Kota Tua Ampenan'. Suasana tidak bergairah kental terasa. Jalan itu dikenal dengan nama Jalan Pabean.
Jajaran rumah toko yang dimiliki warga keturunan Tionghoa masih ada di sepanjang ruas jalan yang langsung mengarah ke Pelabuhan Ampenan, seperti toko roti Djinsin. Seperti halnya rumah milik keturunan Tionghoa, di ruang tamunya terdapat altar, foto orangtua yang sudah meninggal dunia, lilin merah, dan guci berisikan abu jenazah.
Sementara itu, dari lampu merah simpang lima, jika berbelok ke arah kanan atau timur Gapura Kota Tua Ampenan, terdapat pula bangunan tua yang rubuh akibat gempa dan belum diperbaiki sama sekali sampai sekarang. Memang miris melihat kondisi bangunan bersejarah yang dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya untuk memperbaiki dari instansi terkait yang menangani kekayaan budaya itu.
Trotoar di muka sepanjang rumah toko itu memang sangat tidak menarik hati untuk disusuri dengan berjalan kaki. Terlebih lagi saat berakhirnya lorong rumah toko itu. Tiada trotoar di depan bangunan eks gudang.
Berbeda dengan Kelenteng Pao Hwa Kong, yang masih terawat dengan baik. Tepat di seberangnya, ada bangunan gudang distributor bahan bakar dengan latar belakang atap gudang yang ditembok bagian atasnya. Di sana tertulis 'Tahun 1936'. Mungkin tahun itu merupakan penanda tahun pendirian bangunan itu.
1. Kota Tua Ampenan Berpotensi Jadi Ikon Wisata Mataram

Secara sekilas, tidak terlihat adanya upaya dari pemerintah kota (pemkot) untuk merestorasi bangunan cagar budaya itu. Apalagi menata dengan konsep yang baik sehingga menjadi destinasi unggulan Kota Mataram.
Pilihan lain, pemkot bisa saja menggelar ajang yang menarik pengunjung berlibur ke Kota Tua Ampenan, seperti perlombaan yang berkaitan dengan edukasi kesejarahan atau car free day di daerah kota tua itu. Yang menarik, dan patut dipertanyakan, ialah pembuatan panggung permanen di dekat Pelabuhan Ampenan. Kesan menjaga kelestarian benda cagar budaya benar-benar tidak ada.
Menariknya, dibuat juga bangunan penjaga pantai di dekat pelabuhan dengan sejumlah anak tangga. Bangunan itu memberikan kesan yang tidak setimpal dengan keeksotikan bangunan tua. Tepat di muka bangunan eks Bank Dagang Belanda (Netherlands Indische Handelsbank).
"Saya menyayangkan saja kondisi ini, pengelolaannya tidak becus. Saya sendiri merasa kurang nyaman berlibur ke sini," kata Doni, wisatawan asal Jakarta, seperti dilansir Antara.
Hal serupa dibenarkan istri Doni, Sri, yang menyebut pemerintah setempat tidak memiliki kepekaan seni untuk menata Pantai Ampenan. "Masak ada panggung permanen, dan buat apa juga ada pengawas pantai? Toh di pantai pengunjung tidak bisa berenang mengingat ombak di Pantai Ampenan besar," katanya.
Bagikan
Berita Terkait
Taiwan Bidik Pasar Wisatawan Indonesia, Khususnya Kalangan Generasi Muda

Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas

Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan

Serba-serbi Gunung Tambora, Pesona Jantung Konservasi Alam Khas Indonesia Timur

Keberagaman budaya Indonesia Masih Jadi Magnet Bagi Wisatawan Mancanegara

Korea Utara Buka Resor Pantai Baru demi Cuan di Tengah Sanksi Ketat

Tidak Perlu Ribet Isi Berbagai Aplikasi Pulang Dari Luar Negeri, Tinggal Isi ALL Indonesia

Dibekali Kemampuan Bahasa Asing, Personel Satpol PP DKI Jakarta Dikerahkan ke Kawasan Wisata dan Hiburan

Australia dan Inggris Kritik Faktor Keselamatan Pariwisata Indonesia, Begini Reaksi Kemenpar
