Risiko Resistansi Antimikroba Mengintai Manusia akibat Daging Ternak
Kamis, 21 November 2024 -
MerahPutih.com - Mengkonsumsi bahan pangan jenis daging ternak yang dicekoki antibiotik rupanya dapat memicu komplikasi kesehatan serius.
Koordinator Udayana One Health Collaboration Center (OHCC) Ni Nyoman Sri Budayanti mengatakan bahwa hewan ternak yang diasupi antibiotik meninggalkan risiko efek samping pada manusia ketika dikonsumsi.
Risiko efek samping yang dimaksud Ni Nyoman adalah kondisi Resistensi Antimikroba (AMR), kondisi dimana bakteri, virus, jamur dan parasit tidak mampu dimatikan oleh antibiotik.
Menurut penjelasan Ni Nyoman, hubungan daging ternak pada kondisi AMR terjadi karena ketika peternak punya kecenderungan terus menyuplaikan antibiotik pada hewan ternak. Padahal kondisinya, hewan tersebut tidak sakit.
Ni Nyoman mengatakan ketika antibiotik terus diberikan pada ternak bahkan dalam jumlah sedikit, dapat menimbulkan floral alami ternak yakni bakteri di tubuhnya menjadi resisten.
Baca juga:
"Bakteri-bakteri yang menjadi bagian dari sistem imunnya dia. Jika dia terpapar antibiotika dalam dosis kecil secara terus-menerus, bakteri akan membela diri, membuat pertahanan sehingga dia kebal terhadap antibiotika tersebut," katanya saat konferensi pers daring Diseminasi Laporan Program Desa Bijak Antibiotika (SAJAKA), Selasa (20/11).
Ni Nyoman menjelaskan bahwa masalahnya masih berlanjut. Ketika bakteri pada hewan tersebut mulai menginfeksi manusia.
Dengan kondisi bakteri yang sudah resisten terhadap antibiotik, maka manusia yang sakit akibat infeksi tersebut jadi sulit diobati.
"Nah kalau ini yang kita konsumsi, ada kontaminasi maka bakterinya bisa berpindah. Dan suatu saat terjadi infeksi bakteri pada kita maka tidak ada obat yang bisa mengatasi infeksi tersebut," kata dia.
Baca juga:
Di lain sisi dalam rentan waktu lama, manusia yang kerap mengkonsumsi daging ternak dengan pemberian antibiotik akan menimbun konsentrasi dalam tubuh. Tubuh manusia pun bakal turut menjadi resistan.
"Artinya kita juga secara tidak langsung juga mengonsumsi antibiotik dalam dosis rendah, yang terjadi bakteri dalam tubuh kita pun pelan-pelan menjadi resistan," kata dia.
kondisi AMR yang disebutnya "tak kasat mata" ini kerap tidak terdeteksi dini, memungkinkan memicu fenomena Silent Pandemi. (Tka)