PKS Sebut Capaian Ekonomi Triwulan I 2024 Ditopang Siklus Musiman dan Pemilu
Jumat, 10 Mei 2024 -
MerahPutih.com - Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2024 tumbuh sebesar 5,11 persen.
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bidang Ekonomi dan Keuangan, Anis Byarwati mengapresiasi capaian pertumbuhan ekonomi tersebut.
"Tetapi kita mesti melihat apa yang menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi tersebut. Tidak sepenuhnya karena membaiknya kinerja ekonomi Pemerintah, tetapi lebih banyak karna faktor musiman yang terjadi secara berbarengan," kata Anis dalam keterangannya di Jakarta (10/5).
Menurut anggota Komisi XI DPR RI ini, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2024 lebih banyak ditopang oleh faktor yang sifatnya musiman seperti pelaksanaan pemilu dan bulan Ramadan. Dua faktor ini yang banyak mendorong terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan I 2024.
Selain itu, peningkatan konsumsi ini juga ditopang oleh faktor lainnya yaitu banujmtuan sosial yang diberikan kepada masyarakat. "Bansos juga tidak akan lagi diberikan jor-joran oleh pemerintah. Oleh sebab itu, pemerintah perlu mengantisipasi dan mewaspadai kondisi tersebut," ungkapnya.
Baca juga:
Erick Thohir Targetkan Timnas Indonesia Bisa Berlaga di Olimpiade 2028
Menurut Anis, pertumbuhan ekonomi 5,11 persen sudah baik sebagai modal awal dengan catatan masih terlalu dini untuk memprediksi kondisi tersebut akan menjadi gambaran ekonomi hingga akhir tahun 2024. Ia menyebut tantangan ketidakpastian ekonomi dan volatilitas keuangan gobal masih sangat tinggi.
Fenomena higher for longer untuk menggambarkan tingkat inflasi dan suku bunga bisa memicu pertumbuhan ekonomi weaker for longer.
Ekonomi global masih sangat ringkih dan rapuh inilah yang kita khawatirkan akan berdampak terhadap kondisi perekonomian nasional. Apalagi kita akan menghadapi transisi kekuasaan pada bulan Oktober nanti. Kita berharap semuanya bisa berjalan baik dan Pemerintahan baru bisa bekerja secara optimal," katanya.
Baca juga:
Anis berpandangan tantangan semakin berat kedepannya. Kondisi geopolitik yang sedang memanas di banyak kawasan, akan membuat perekonomian global goncang, terutama harga minyak. Menurutnya, kondisi ekonomi China yang melambat berpotensi melambatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Hari ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika tertinggi dalam empat tahun terakhir. Jika rupiah terus melemah, tentu BI akan menaikkan tingkat suku bunga kembali, dampaknya sektor rill akan terancam, daya beli akan semakin melemah dan ini akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Legislator asal Jakarta ini menyebut target pertumbuhan 5,3 persen terlampau berat, perlu kerja keras untuk mencapainya mengingat kondisi perekonomian dan keuangan global yang masih sangat rentan.
"Sementara itu, perekonomian nasional masih sangat terpengaruh dengan kondisi global. ditambah kondisi geopolitik di banyak kawasan sedang memanas, perlambatan ekonomi china, tingginya angka inflasi dan suku bunga The FED dan harga komoditas yang mulai turun," tuturnya.
Baca juga:
Macklemore Kutuk Agresi Israel ke Palestina Lewat Single 'Hind's Hall'
Ia juga melihat, MK kondisi ekonomi nasional belum cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi. Kita masih sangat tergantung dengan konsumsi. Sementara investasi dan ekspor belum bisa diharapkan banyak menopang pertumbuhan.
"Ini PR pemerintahan baru nantinya," sambungnya.
Wakil Ketua BAKN DPR ini juga menyebut parlemen berupaya dengan fungsi yang dimiliki untuk mendorong pemerintah mencapai target pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam APBN 2024.
"Sekali lagi tentu saja tidak mudah, apalagi pemerintahan saat ini tinggal menunggu waktu untuk berakhir. Tidak akan banyak kebijakan baru yang akan dikeluarkan, selain melanjutkan apa yang sudah dikerjakan," pungkasnya. (Pon)