Pergerakan Kurs Rupiah Pengaruhi Postur APBN 2024

Kamis, 20 Juni 2024 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, di tengah melemahnya nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir ini, Kamis (20/6).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan saat ini Indonesia mencermati isu terkini baik dari sisi global, menyangkut politik global dan berbagai perkembangan yang terjadi dari perekonomian di Amerika Serikat, Eropa dan China yang memiliki potensi pengaruh ke perekonomian nasional.

"Itu akan terus pantau bagaimana meminimalkan dampak negatif kalau terjadi seperti keputusan mengenai Fed Funds Rate, yang beberapa kali akan menurunkan suku bunga dan juga perkembangan di Eropa," jelasnya.

Indonesia melihat pergerakan terutama dari sisi nilai tukar dan yield Surat Berharga Negara (SBN) yang belakangan sangat dipengaruhi faktor fundamental, yang sejatinya memiliki posisi sangat kuat.

Baca juga:

Sentimen Domestik dan Pembayaran Utang Bikin Rupiah Bisa Melemah

Sri Mulyani menegaskan, jika melihat fundamental seperti indeks penjualan riil masyarakat yang mencerminkan konsumsi masyarakat mengalami pemulihan terutama pada Mei dan Juni, lalu Mandiri Spending Index, kepercayaan masyarakat, konsumsi semen, listrik, dan Purchasing Managers Index (PMI).

"Semuanya masih dalam kondisi relatif terjaga dan menjadi fondasi cukup baik untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua," katanya.

Ia menegaskan, kredit perbankan mengalami kenaikan, dalam hal ini jumlah ekspansi kreditnya, baik kredit investasi, modal kerja, konsumsi.

"Ini menggambarkan fungsi intermediary perbankan juga mengalami hal yang positif atau meningkat cukup baik. jumlah kredit growth juga mencapai 12,3 persen, dan total peningkatan dari dana pihak ketiga juga meningkat 8,1 persen,” jelasnya.

Sementara itu mengenai APBN 2024 akan tetap dikelola secara hati-hati. Walaupun ada beberapa hal yang mengalami pergerakan seperti kurs, harga minyak maupun dari sisi yield SBN yang mempengaruhi postur.

"Namun hal itu sudah dipantau dari sisi implikasi pembiayaan," katanya.

Sejak Desember 2023 hingga pertengahan Juni 2024 ini, rupiah melemah 5,92 persen terhadap dolar AS (USD). Teranyar, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (20/6) pagi turun 18 poin atau 0,11 persen menjadi Rp 16.383 per dolar AS.

Pemerintah dan DPR telah menyepakati asumsi dasar makro pada APBN 2024, yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen, inflasi yang terkendali sebesar 2,8 persen, nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.000 per USD.

Lalu, suku bunga SBN 10 tahun sebesar 6,7 persen, harga minyak dunia (ICP) sebesar USD 82/Barel, lifting minyak sebesar 635 ribu barel per hari, serta lifting gas sebesar 1,033 juta barel setara minyak per hari.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan