Penyintas Kanker Berisiko Alami Gangguan Seksual

Jumat, 11 Maret 2022 - Ikhsan Aryo Digdo

HASRAT seksual penyintas kanker berpotensi terganggu. Mereka yang sembuh dari kanker kemungkinan memiliki masalah lain, yakni ketidakpercayaan diri saat menghadapi pasangan di ranjang. Roy B. Sessions MD, dalam artikelnya di Psychology Today mengatakan dampak fisik dan emosional kanker pada seksualitas seseorang bisa sangat besar.

Dalam artikel berjudul Sexuality in the Cancer Patient, Roy menyatakan bahwa kinerja seksual penyintas kanker akan berubah seiring pulihnya kondisi kesehatan mereka dari penyakit mematikan tersebut. Contohnya pengobatan kanker pada organ seks dan daerah sekitarnya semisal prostat, perineum, testis, Mr. P, Miss V, ovarium dan kelenjar endokrin tertentu, semua ini berdampak langsung pada kinerja seksual.

Baca Juga:

Masalah Finansial jadi Faktor Utama Terhambatnya Tatalaksana Kanker

Pengobatan kanker lain, meskipun tidak memengaruhi kemampuan seksual, dapat menciptakan rasa malu dan kesadaran diri yang mengubah kepercayaan diri ketika berhubungan seks. Hal tersebut terlihat pada pengobatan kanker payudara. Kemudian kanker usus besar yang memerlukan kolostomi. Lalu berbagai kanker kepala dan leher yang memerlukan operasi perusakan seperti pengangkatan rahang dan lidah, laringektomi, gastrostomi, tabung trakeostomi hingga sarkoma tungkai yang memerlukan amputasi. Intinya, perubahan kondisi fisik pada akhirnya mengubah dinamika hubungan seksual.

Kinerja seksual penyintas kanker berubah. (Foto: Unsplash/Angiola Harry)

Kasus yang sering terjadi ialah penurunan hasrat seskual pada perempuan yang mengidap kanker payudara. Menurut Roy, payudara melambangkan feminitas dan menjadi daya pikat seksual. Penyintas kanker payudara akan merasa minder setelah melakukan mastektomi atau operasi pengangkatan payudara. Mereka merasa tidak bisa tampil dengan sempurna di depan pasangan karena kehilangan payudara.

Bahkan, beberapa perempuan yang melewati pengobatan kanker, merasakan perubahan sangat halus pada pasangannya. Bukan karena hilangnya ketertarikan seksual, tetapi pria tidak mau menyentuh pasangannya karena takut tertular kanker.

Pria yang mengidap kanker prostat juga bisa merasakan hal serupa. Mereka yang menjalani prostatektomi atau operasi prostat akan mengalami efek samping disfungsi ereksi. Hasrat seksual secara otomatis akan hilang sepenuhnya ketika mengalami kondisi ini.

Baca Juga:

Riset: Makanan Pedas Bisa Bantu Atasi Kanker

Di luar faktor-faktor ini, masih banyak faktor akibat kanker yang membahayakan gairah seks seseorang. Seperti perubahan penciuman dan rasa, xerostomia (mulut kering), kompromi estetis yang berhubungan dengan kerontokan rambut, massa otot, depresi, kelelahan, kecemasan, dan insomnia.

Dukungan pasangan sangat dibutuhkan oleh penyintas kanker. (Foto: Unsplash/National Cancer Institute)

Terlepas dari siapapun yang mengidap kanker, baik pria atau perempuan saling membutuhkan dukungan. Penting agar para dokter bisa memahami dan memberikan semangat kepada pasien kanker. Namun, Roy mengatakan beberapa dokter tidak nyaman membicarakan hal ini kepada pasangan.

Alternatifnya, dokter biasanya akan merujuk penyintas kanker yang mengalami gangguan seksual ke terapis seks atau psikoterapis. Tentu saja, selain tenaga kesehatan, pasangan merupakan sosok paling dekat yang harus selalu siap memberikan dukungan kepada penyintas kanker. (ikh)

Baca Juga:

Kenali Dampak Buruk Minum Air Berlebihan Bagi Otak

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan