Mengupas Sejarah 'Dia de los Muertos', Tradisi Hari Kematian di Meksiko
Senin, 02 November 2020 -
MUNGKIN kamu mengenal festival hari kematian ini melalui animasi Pixar Coco. Dia de los Muertos atau The Day of the Dead, merupakan sebuah acara dalam tradisi Meksiko untuk menyambut arwah keluarga atau orang tercinta yang berkunjung ke alam kehidupan.
Walaupun terkesan menakutkan, festival ini justru merupakan perayaan penuh warna dan sukacita. Sebab tujuan utamanya ialah menunjukkan cinta serta penghormatan kepada mereka yang telah meninggal.
Baca juga:
Mirip Halloween, Intip Tradisi Menghormati Arwah di Berbagai Negara
Melansir laman History, hari libur ini dirayakan setiap tahunnya mulai dari tanggal 31 Oktober hingga 2 November.
Kalau pada 31 Oktober merupakan hari Halloween, 1 November adalah el Dia d los Inocentes atau hari anak-anak yang juga biasa disebut sebagai All Saints Day. Sementara tanggal 2 November ialah Hari Semua Jiwa atau Hari Orang Mati.
Menurut tradisi, gerbang surga akan terbuka pada tengah malam tanggal 31 Oktober. Arwah anak-anak dapat kembali bergabung dengan keluarganya selama 24 jam, begitu pula roh orang dewasa.
Pada festival ini, anggota keluarga yang masih hidup akan membuat altar di rumah berisi foto anggota keluarga yang telah meninggal, pergi ke makam untuk menaburkan bunga, menyalakan lilin, dan membawa makanan. Orang Meksiko juga merayakannya dengan merias dan menggunakan pakaian khas warna-warni.
1. Sejarah Hari Kematian dari Suku Aztec dan Nahua

Untuk mengetahui sejarah di balik perayaan ini, kita perlu kembali ke sekitar 3000 tahun yang lalu tepatnya pada zaman Mesoamerika pra-Colombus. Kala itu, suku Aztec dan orang Nahua memiliki pandangan siklus mengenai alam semesta. Mereka melihat kematian sebagai bagian integral dari kehidupan yang selalu ada.
Setelah meninggal, seseorang diyakini akan melakukan perjalanan ke Chicunamictlan atau Negeri Orang Mati. Hanya setelah berhasil melewati sembilan level yang menantang dan berlangsung selama beberapa tahun, barulah jiwa orang tersebut akhirnya bisa mencapai Mictlan, tempat peristirahatan terakhir.
Dalam ritual Nahua yang diadakan setiap Agustus, anggota keluarga akan menyediakan makanan, air, dan peralatan untuk membantu almarhum melewati perjalanan sulit tersebut.
Tradisi inilah yang mengilhami praktik memberikan makanan atau persembahan lainnya di kuburan maupun altar orang yang mereka cintai.
Lebih lanjut, tengkorak yang jadi simbol Dia de los Muertos sebenarnya sudah digunakan oleh suku Aztec bahkan satu milenium sebelum perayaan Hari Orang Mati ini muncul.
Tulang belulang manusia yang diletakkan di kuil Aztec menjadi simbol kunci dalam tradisi yang berlangsung selama lebih dari enam abad ini.
2. Selebrasi Hari Kematian di Eropa kuno

Setelah Spanyol menaklukkan kerajaan Aztec pada abad ke-16, Gereja Katolik memindahkan tanggal ritual adat dan perayaannya berdasarkan penanggalan Katolik.
Sehingga akhirnya ditetapkan bahwa peringatan Hari Semua Orang Suci dirayakan setiap tanggal 1 November dan Hari Semua Jiwa sehari setelahnya.
Tradisi dan simbol pribumi Amerika Latin dalam menghormati orang mati tersebut akhirnya menyatu dengan praktik Katolik non-resmi mengenai gagasan tentang kehidupan setelah kematian.
Baca juga:
Stingy Jack, Sosok di Balik Identiknya Halloween dengan Labu
Di Eropa Kuno, perayaan pagan orang mati juga diadakan pada musim gugur. Biasanya terdiri dari api unggun, tarian, maupun pesta. Bahkan beberapa adat istiadatnya masih bertahan setelah kebangkitan Gereja Katolik Roma.
Secara tidak resmi, gereja mengadopsinya ke dalam dua hari besar yaitu Hari Semua Orang Suci dan Hari Semua Jiwa. Inti perayaannya pun kurang lebih sama, yakni mendoakan semua orang suci dan jiwa-jiwa yang sudah meninggal.
Lain lagi dengan perayaan di Spanyol abad pertengahan. Untuk memperingati hari ini, orang akan membawa anggur dan roti arwah ke kuburan orang yang mereka cintai pada Hari Semua Jiwa.
Mereka juga akan menutupi kuburan dengan bunga dan menyalakan lilin dengan harapan dapat menerangi jalan jiwa-jiwa yang mati agar bisa kembali ke rumah mereka di bumi.
Pada abad ke-16, pasukan Spanyol membawa tradisi itu ke Dunia Baru. Namun dicampurkan dengan pandangan mengenai kematian yang sedikit lebih kelam karena dipengaruhi kehancuran wabah pes.
3. Perayaan tradisional yang berubah jadi budaya pop

Awalnya festival tradisional ini hanya dirayakan di daerah pedesaan di Meksiko, namun sejak tahun 1980an mulai menyebar ke kota-kota besar.
UNESCO akhirnya melihat pertumbuhan besar perayaan tersebut pada tahun 2008 kemudian menambahkan perayaan pribumi yang didedikasikan untuk orang mati itu ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage of Humanity.
Beberapa tahun terakhir, acara tradisional ini berubah menjadi budaya pop yang semakin bertumbuh pesat di AS. Apalagi berkat kemunculan beberapa film hit yang mengangkat tema Hari Orang Mati.
Mulai dari film Spectre James Bond rilisan tahun 2015 yang memperlihatkan parade Hari Kematian, sampai animasi populer Disney dan Pixar Coco yang ceritakan petualangan anak laki-laki di Tanah Orang Mati.
Meskipun adat dan skala perayaannya semakin besar, inti dari perayaan ini tetap sama selama ribuan tahun. Hari Kematian jadi kesempatan untuk mengenang, menghormati, dan merayakan mereka yang telah meninggal dunia. (sam)
Baca juga: